(14). Saksi Bisu

1K 116 4
                                    

"Ceritain semua yang lo tau."

"Siappp tuan putri...!! Tapi, syaratnya.. lo gak boleh gegabah, karena orang ini gak main-main."

"Menarik nih"

"Soalnya.. ceweknya juga lumayan unik, satu tipe sama kembaran lo, dan kayaknya mereka juga udah punya something like..."

"Relationship?"

"No.. no... terlalu cepat untuk menyimpulkan ke arah sana. Maybe.. just chemistry?"

"I see.. orangnya kayak gimana?"

"Tampilannya berani banget, pokoknya kalo lo liat ada cewek yang rambutnya biru metallic mencolok di bagian dalemnya, itu pasti orangnya. Cuma dia yang gue tau berani warnain rambut"

"Terus-terus?"

"Anak pendebat banget si keliatan. Dia keras kepala, berani berargumen, sebenarnya gak banyak omong, tapi sekali ngomong tepat sasaran. Punya tato kupu-kupu di lehernya"

"WHAT!! TATTOO?"

"Yes.."

"Are you sure?"

"Sure."

"Lo ketemu sendiri aja deh kalo penasaran."

*

Bab 14

Saksi Bisu

*

"Ck! Apa-apaan sih soal ngejebak banget, gak ketemu terus jawabannya, anjrit!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ck! Apa-apaan sih soal ngejebak banget, gak ketemu terus jawabannya, anjrit!"

Gadis kupu-kupu itu menggerutu sembari mencoret-coret lembar soal olimpiade kimianya. Matanya menyipit mencermati setiap angka yang tertulis, setidaknya sebelum ia sadar pandangannya semakin memburam.

Gadis itu segera mengalihkan pandangannya, menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar. Tangannya terulur untuk memijat pelipisnya, sepertinya ia terlalu menekan dirinya hari ini. Lebih tepatnya terlalu memaksa dirinya untuk mengalihkan fokus.

Aysha benci malam.

Ketika suara-suara itu muncul di saat kegelapan hinggap menyelimutinya, ketika bayangan-bayangan itu memenuhi kepalanya tanpa permisi, dan ketika tiba-tiba instingnya bekerja di luar nalarnya.

Itulah sebabnya gadis itu selalu menyibukkan malam-malamnya di studio radio. Menghabiskan malam-malamnya dengan omong kosong yang tak pernah dia laksanakan. Menghabiskan malam-malannya dengan curhatan hati yang tak pernah tersampaikan dengan baik.

Setidaknya dengan itu, ia bisa pulang dalam keadaan lelah dan tanpa berpikir ulang untuk jatuh terlelap. Tanpa bertemu suara itu.

Sayangnya, jam terbangnya belum sepadat itu. Gadis malang itu tak bisa menghabiskan setiap malamnya disana. Di tempat yang justru jauh lebih nyaman dibanding rumah.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang