(10). Sistem Kerja Hati

1.2K 183 8
                                    

Kaki mungilnya terus saja berlari, menapaki jalan berbatu di bawahnya. Telapak kakinya yang bertelanjang tanpa alas kaki terus saja menghantam bebatuan di bawahnya. Tak peduli seberapa sakit gadis itu berlari, tak peduli seberapa banyak cairan merah yang keluar di balik telapaknya.

Gadis itu tak peduli.

Mengindahkan semua rasa sakitnya, ia sudah bertekad untuk pergi. Pergi dari tempat jahanam itu. Tempat yang membuatnya terasa begitu kotor.

Setelah ribuan malam ia habiskan di sana dengan harapan kedatangan sang Ayah sebagai pahlawan. Kini, gadis itu menyerah pada takdir. Ia sudah menerima kenyataan bahwa Ayahnya tak akan pernah datang.

Tidak ada yang bisa menolongnya.

Kecuali, dirinya sendiri...

Tubuh mungilnya yang terlapisi sehelai baju tipis itu terus berlari, meninggalkan tempat yang telah menorehkan segudang luka.

*

Bab 10

Sistem Kerja Hati

*

Suara gerbang yang dibuka tepat di depan pintu rumah terdengar menguar di telinga, seorang pria yang sudah menunggu kepulangan ibunya itu terperajat, bangkit dari duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara gerbang yang dibuka tepat di depan pintu rumah terdengar menguar di telinga, seorang pria yang sudah menunggu kepulangan ibunya itu terperajat, bangkit dari duduknya.

Ceklek

Wanita dewasa dengan tubuh semapai dan wajah cantiknya itu masuk ke dalam rumah. Dahinya mengernyit tatkala melihat putranya berdiri di hadapannya, kemudian netra coklatnya melirik jam dinding sekilas.

01.15 dini hari.

Dahinya semakin berkerut dua kali lipat dengan kepala yang dipenuhi pertanyaan. "Mengapa putranya belum tidur?"

Salman.

Pria itu berdiri tepat di depan wanita yang telah melahirkannya dengan pandangan seribu bahasa. Binar matanya tertahan di pelupuk mata seakan hendak menjelaskan ribuan perasaaan tak tersampaikan.

Hela napas lega kemudian keluar tatkala melihat keadaan ibunya baik-baik saja, namun sedetik kemudian, wajahnya kembali datar, mengingat apa yang ibunya lakukan.

"Ibu dari mana?" Kalimat pertama itu akhirnya keluar dari mulutnya setelah belasan pilihan kata lain bertumpuk di pikirannya.

Wanita itu tidak langsung menjawab, tubuh lunglainya menerobos masuk melewati sela daun pintu dengan sedikit menabrak bahu kanan sang putra. "Ibu baru pulang kerja, kamu kenapa belum tidur?" Tubuhnya kemudian ia jatuhkan pada bantalan empuk di sofa rumah.

Salman berbalik menghadap sang ibu, netranya menatap dalam-dalam wajah letih sang ibu. Entah seberapa besar emosi dalam dadanya yang sudah menggebu-gebu selama menunggu kehadiran sang Ibu. Tetapi, emosi itu seakan lenyap begitu saja ketika dirinya melihat wajah letih sang ibu.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang