(23). Tamparan

702 63 4
                                    

"Kenapa mereka yang jadi tempat kabur lo?"

*

Terdengar hela napas panjang dari pemilik mata legam yang menatapnya teduh.

"Simple." 

Muh tersenyum menatap segerombolan anak-anak yang dimaksud Aysha. "Mereka yang bikin gue tetep waras di dunia ini, Ay. Mereka yang bikin gue setidaknya ngerasa masih jadi manusia."

Aysha mengerutkan dahinya, "Emangnya apa yang bikin lo mikir 'lo bukan manusia'?"

Muh tertawa kecil. "Gue brengsek Ay. Gue anak koruptor." Netra legam itu berganti menatap Aysha dalam. "Koruptor yang sekarang lagi dibenci sama satu nusantara."

Muh sedikit mengalihkan perhatiannya tatkala salah satu anak bernama adit di bawah tiba-tiba melambaikan tangannya. Laki-laki itu dan gadis kupu-kupu ikut melambaikan tangan, membalas sapaan dan senyum hangatnya.

"Setidaknya karena mereka, gue masih bisa hidup dengan moral yang gue yakini." Muh melanjutkan. "Ketika semua orang ngecap gue sebagai anak koruptor. Gue lebih memilih lari ke mereka—anak-anak jalanan. Setidaknya untuk membuktikan ke diri gue sendiri, kalo gue bukan manusia brengsek yang ikut menikmati hasil korupsi."

Muh mendongak, kembali menatap langit senja. "Setidaknya lewat mereka, gue bisa nebus kesalahan gue."

"Bego," seru Aysha seketika.

Tentu saja Muh terkejut. Mata legam penuh tanda tanya itu bertabrakan dengan mata sinis dari Aysha.

Gadis itu kembali buka suara. "Katanya rangking 1 paralel. Bedain yang udah jelas beda aja gak bisa."

"Lo adalah lo." Aysha balas menatap Muh tajam. "Lo bukan ayah lo. Lo cuma remaja 17 tahun yang berstatus pelajar, dan bukan tanggung jawab lo untuk nanggung semua kesalahan ayah lo.

"Kalaupun lo dateng kesini dan berbaur sama mereka, itu bukan karena rasa bersalah lo terhadap kesalahan ayah lo. Tapi murni karena hati nurani dan rasa kemanusiaan lo."

Muh tertegun. Tamparan yang keras untuk seorang Muh Alfarez.

Sekarang Muh mengerti, kenapa alam bawah sadarnya tadi membawanya pada gadis ini. Kenapa bisa-bisanya Muh mengajak Aysha ke tempat persembunyian yang rahasia ini.

Gadis bertato kupu-kupu itu. Dia adalah orang asing pertama dalam hidupnya—yang tidak memandang dirinya dari tampilan.

Aysha—gadis yang tidak sengaja melihat dirinya di titik terendah. Gadis yang dengan berani melempar sapu tangan basah di wajah yang bahkan tak berani ditatap oleh orang lain—ketika insiden pertengkaran Muh dan Husein di lorong kantin.

Sejak awal Muh tau, bahwa gadis itu adalah gadis yang unik. Dia bukan gadis yang akan berkumpul dengan segerombol siswi lain di tengah kantin untuk sekedar membahas gosip anak kelas atau bahkan sesama temannya.

Dia gadis yang akan duduk dipojok kantin, memilih diam dan menjaga katanya. Tapi jauh dibalik diamnya. Dia adalah sosok pengamat yang cermat. 

*

Bab 23

Tamparan

*

"IYA!! DISITU BANG! AH ELAH...! AWAS-AWAS DI BELAKANG ADA MUSUH!"

"ARGH..! GUE DISERANG! BANTU BANTU"

"KAN UDAH GUE BILANG BANG, JANGAN KE SANA!"

Teriakan-teriakan itu menggema di seisi ruang tamu kediaman keluarga Semesta Adl. Pria berkacamata yang tengah menyeduh teh di dapur itu hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar teriakan adiknya bersama sahabatnya itu.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang