(6). Sang Ratu dan Si Perfeksionis

1.4K 185 166
                                    

"Ssshhh.." Gadis kecil itu meringis, merasakan bagian bawahnya sakit.

Seluruh tubuhnya sakit. Ia bahkan tak mampu bergerak untuk sekedar mengambil sehelai pakaian. Dirinya terkulai lemas di lantai dingin yang menusuk kulitnya.

Gadis kecil itu masih tak mengerti. Apa yang baru saja terjadi dengan dirinya? Tangan-tangan besar mereka terasa asing, dirinya terkunci sepanjang malam.

Tangan-tangan kasar yang tak pernah ragu melukai tubuh mungilnya kala memberontak, gigi-gigi tajam mereka yang melukainya, tatapan menakutkan, serta benda asing yang sangat menusuk melukai bagian bawahnya.

Apa itu?

Aysha tak mengerti. Yang jelas...

Ini sakit..

Dan terasa asing..

Huekk!!

Gadis itu memuntahkan cairan kotor yang mencekokinya sepanjang malam.

Menjijikan.

*

Bab 6

Sang Ratu dan Si Perfeksionis

*

Tungkai panjangnya baru satu langkah memasuki salah satu bilik rumah sakit, ketika tiba-tiba netra di balik kacamata itu menangkap sebuah piring terbang yang hampir mengenai kepalanya.

Pletak!

Tubuh tingginya dengan cepat meliuk menghindari lemparan piring terbang yang baru saja membentur pintu tak bersalah.

Jika saja refleksnya sedang tidak bekerja, mungkin ia akan ikut terbaring di bangsal rumah sakit bersama si pelaku yang melemparkan piring padanya.

"Harus banget gue dateng-dateng dapet piring terbang?" lempar si pria berkacamata dengan tatapan sinisnya. Kemudian melangkah ringan menghampiri sang wanita.

"CK..! LAMA BANGET SIH DATENGNYA!" sentak seorang wanita yang tengah duduk di atas ranjang bangsal. Alisnya yang tebal udah bertaut saling menyatu, menandakan bahwa wanita ini sedang dalam mood yang tidak baik.

Umar heran, dari mana wanita ini mendapat tenaga untuk melempar piring dengan infus yang menancap punggung tangannya yang mulus.

"Gue abis briefing anak baru di tim debat. Ini juga kan gara-gara lo yang tiba-tiba sakit dan mundur dari tim!" sungut Umar seraya mendudukkan dirinya di samping ranjang rumah sakit.

Sepulang kelas tambahan olimp tadi dia menyempatkan diri ke ruang kimia untuk bertemu Aysha dan Muh, kembali mengingatkan banyak hal untuk persiapan perlombaan besok beserta materi-materi pendukung.

Alhasil ia terlambat datang untuk menjenguk sahabat sekaligus partner debatnya yang membuat Aysha bergabung di timnya sementara waktu.

Namanya Marwa. Marwa Alfasya.

"Harus banget briefing? Biasanya juga spontanitas."

Kehidupannya terlihat sempurna bak ratu. Memiliki kembaran yang genius, sahabat yang pintar, dan tunangan yang tampan. Hidup bergelimang harta. Cantik. Pintar. Elegan.

"Lagian siapa sih yang mau sakit?"

Kecuali satu fakta yang ia tutup rapat-rapat.

"Lo pikir gue pengen sakit begini?!"

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang