(19). Pengumuman

713 101 16
                                    

Warning ⚠️ : terdapat adegan suicide, selfharm, violence yang dapat menimbulkan trigger terhadap para penyintas. Aku harap para pembaca di sini bijak dalam menyikapi adegan dalam cerita. Ambil baiknya, buang buruknya. ✨

*

Papan dengan ukiran kayu jati sederhana berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2x1 meter, tidak pernah tidak menjadi pusat perhatian para siswa, utamanya ketika mereka berjalan di lorong gedung utama APRI.

Dari mulai lirikan mata sekilas, tungkai kaki yang berbelok dan berhenti sejenak, bahkan sampai derap langkah kaki terburu-buru demi menghampiri papan dengan sebutan majalah dinding-Mading.

Secarik kertas penuh urutan nama-nama siswa yang berhasil mengharumkan SMA APRI di kejuaraan OSK kemarin menjadi topik hangat dan alasan kuat lirikan, langkah, bahkan desisan para siswa di depan papan mading.

Netra coklat gadis berambut hitam kebiruan itu menangkap secarik kertas tersebut.

Bukan. Aysha belum tertarik mencari namanya.

Gadis dengan hoodie dan tas yang masih menempel di pundaknya itu justru langsung tertuju pada bidang fisika, mencari nama sahabat laki-lakinya.

Deg.

Jantungnya mencelos ketika matanya menangkap nama lain di peringkat pertama.

1. Husein Alfaro (SMA APRI) Fisika 96.5

Oh, shit! Bagaimana bisa?

Matanya kembali mencari nama sahabatnya.

3. Salman Alaska (SMA APRI) Fisika 93.6

Netra itu membola ketika melihat nama sahabatnya yang terukir di barisan ketiga.

Sekali lagi. Ke-ti-ga.

Pria dengan ribuan hapalan rumus itu tak pernah turun dari peringkat pertamanya, ia tahu betul bagaimana laki-laki ini belajar mati-matian. Salman bahkan biasanya selalu mendapat nilai dan skor di atas angka 95.

Setidaknya, kalaupun laki-laki itu turun, bukan karena skornya yang merosot. Melainkan saingannya yang terlampau tinggi.

Ada yang tidak beres.

Sekali lagi. Gadis itu kembali mendongak, menyisir papan pengumuman. Kali ini mencari namanya.

1. Muh Alfarez (SMA APRI) Kimia 97.2

2. Aysha El Riviera (SMA APRI) Kimia 96.9

"Ck... Shit!" Aysha mendengus pelan, menjambak anak rambutnya di dahi. "Nyaris."

Nilainya dengan Muh selisih hanya 0,3 poin, tapi tetap saja dirinya kalah.

Argh..! Ia kalah lagi. Kalah dari laki-laki yang bahkan sempat tertidur dan terlihat tidak serius ketika mengerjakan soal kemarin.

Demi melihat nama saingannya yang terpajang indah di urutan pertama, jantung Aysha berpacu lebih cepat, ada segudang gejolak yang tiba-tiba naik dan mengobrak-abrik isi kepalanya, berkorelasi dengan kepalan tangannya yang entah sejak kapan sudah kencang. Kuku panjangnya bahkan seakan siap menembus kulit di telapak tangannya.

Gigi geliginya bergemeletuk. Payah. Dirinya payah.

Triingg...

Bel berdering membuyarkan pikiran Aysha. Pergantian jam pelajaran. Waktunya gadis itu untuk menyelinap masuk ke kelas. Saraf motoriknya bekerja sama mengirim impuls ke efektor di tungkai kakinya, meninggalkan papan mading yang sudah ribuan kali mencuri perhatian siswa sepagian ini.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang