(48). Anak Baru

376 48 27
                                    

Satu pekan sudah mereka lewati dengan segala drama soal-soal UTS, belajar sampai dini hari, hingga mempersiapkan training menjadi tutor relawan.

Setelah satu pekan menjalani ujian, Senin pagi ini ribuan siswi APRI dikejutkan dengan pengumuman yang dikeluarkan dari pihak sekolah di papan mading.

Reyhan Saputra resmi drop-out dari SMA APRI.

Judul dari papan mading itu membuat seluruh pasang mata siswa membola, bisik-bisik penuh tanya menjalar, dengan batin yang terus berkata dalam hati mencerna segala informasi yang tertera.

Mendapatkan nilai tujuh puluh dalam tiga mata pelajaran, Reyhan Saputra resmi dikeluarkan dari SMA APRI. Sejak berdiri, SMA APRI telah memberikan komitmen pada para siswa untuk memberikan kualitas pendidikan terbaik dengan melahirkan insan pendidikan terbaik.

Nilai tujuh puluh menjadi momok bagi citra yang telah dibangun APRI. Maka, atas perhatian dari SMA APRI, kami memberikan peringatan dini pada para siswa untuk mempertahankan nilai dengan baik dan memperbaiki kualitas diri dan cara belajar.

Demikian informasi yang dapat disampaikan.

Tertanda,

Kepala Sekolah APRI

Rosaline Carlotta

*

Bab 48

"Anak Baru"

*

Pemberitahuan—atau peringatan, yang diberikan resmi dari pihak sekolah tentu menjadi perbincangan hangat yang menghantui para siswa. Reyhan Saputra terkenal dengan bakat basketnya yang memukau. Ketua tim basket APRI itu berhasil menembus APRI berkat kejuaran nasional membawa tim basketnya dahulu. Dengan bakat psikomotor yang baik, tentu para siswa terkejut dengan keputusan sepihak APRI yang terkesan tiba-tiba dan mendadak.

Mereka yang merasa tidak memiliki bakat yang menonjol dan nilai yang mumpuni tentu harap-harap cemas. Berharap bukan mereka target selanjutnya yang akan dikeluarkan APRI.

Memiliki bakat saja dapat keluar, apalagi siswa biasa dengan nilai standar? pikir mereka.

Upacara hari Senin kali ini terdengar lebih bising dengan riuh rendah bisikan para siswa APRI yang membicarakan topik hangat. Proses kenaikan bendera mereka abaikan, suara nyanyian 'Indonesia Raya' dari tim paduan suara mereka hiraukan, Apalagi pembacaa pembukaan UUD yang membosankan.

Mereka baru kembari fokus ketika prosesi pelafalan Pancasila dan Janji Siswa. Suara sahut-menyahut mendengungkan sila Pancasila dan poin sumpah janji siswa. Tibalah masanya amanat Pembina Upacara. Prosesi paling menyebalkan yang selalu diabaikan oleh siswa, tapi kali ini, seluruh pasang mata menatap intens ke arah Pembina.

Ibu Rosaline Carlotta.

Biasanya, Pembina upacara selalu ditunjuk bergantian antar wali kelas siswa yang kelasnya bertugas sebagai pelaksana petugas upacara. Tapi senin pagi ini, tampak berbeda.

Bu Rosa menaikkan jarinya untuk mengetuk mic dua kali dan berdeham sejenak. "Selamat pagi anak-anak."

"Pagiii..." Setengah dari siswa membalas basa-basi busuk dari sang kepala sekolah. Setengah lainnya hanya menatap malas atau bahkan sudah menyenggol teman di sampingnya untuk kembali berbincang dalam bisik.

"Saya merasa sudah lama tidak menyapa kalian semua."

Lagi.

Mata Aysha bergulir malas menatap sang kepala sekolah yang hobi sekali basa basi busuk.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang