Ashaf Gumilar Resmi dikeluarkan dari SMA APRI.
Ashraf Gumilar—Guru biologi SMA APRI yang telah mengabdikan dirinya selama 10 tahun, resmi dikeluarkan dari SMA APRI. Terbukti melakukan tindak kecurangan dengan membeberkan soal Olimpiade yang didapatkan dari salah satu panitia Olimpiade—yang saat ini masih diusut indentitasnya. Ashraf Gumilar juga terbukti menghasut siswa untuk melakukan tindak kecurangan.
'Kalau kamu tidak mau, bapak akan berikan soal ini kepada sainganmu, dan bapak pastikan kamu akan kalah dalam olimpiade.' Begitu kesaksian yang diberikan salah satu siswa—korban hasutan Ashraf.
Siswa berinisial MA itu mengaku tidak pernah menggunakan soal-soal bocoran tersebut. MA membeli soal tersebut karena takut soal tersebut akan jatuh pada orang yang salah dan disalahgunakan. Kasus ditutup dengan mengeluarkan Ashraf dari satuan pendidikan dan MA dinyatakan sebagai korban dan tidak bersalah. Dapat dipastikan Ashraf Gumilar tidak dapat lagi mengajar di satuan pendidikan mana pun di Indonesia setelah keluar dari APRI.
Aysha tertawa dalam hati, membaca artikel jurnalistik yang dipasang di papan mading pagi ini. Menertawakan nama samaran yang dibuat oleh pihak jurnalistik. Seantero APRI sudah mengetahui dengan pasti siapa MA yang dimaksud.
Bahkan namanya kemarin jadi highlight dan judul berita.
"Gue kayaknya perlu berterimakasih sama lo." Gadis berponi yang baru tiba di depan mading dan berdiri di samping Aysha itu buka suara. "Berkat video yang lo take di rooftop, dan lo share di seantero sekolah, itu jadi alibi paling kuat buat gue meloloskan diri."
Marwa berbalik, menghadap Aysha, senyum piciknya mengembang di wajahnya. "Kenyataannya gue cuma punya bukti rekaman bahwa Pak Ashraf ngehasut gue lewat ancamannya, tapi gak ada bukti konkrit kalo gue gak pernah pake soal itu."
Aysha mendongak, balas menatap dengan tatapan datar.
"Video lo mungkin yang jadi pemicu transaksi itu terbongkar, tapi sekaligus jadi bukti kuat kalo gue gak bersalah 100%."
Aysha mengangguk. Tak peduli.
"Gue gak pernah peduli apa hukuman yang lo dapatkan atau bahkan sebaliknya. Tujuan gue cuma satu." Aysha mengacungkan jari telunjuknya, membentuk angka 1. "Media bisa balik nyerang lo dan perhatian publik kembali ke lo."
Marwa berdesis sebal. Setelah kejadian ini, jelas bahwa ia tidak bisa meremehkan gadis kupu-kupu itu. Dengan kecepatan berpikirnya, sekali tepuk, Aysha bisa dengan mudah membuat media berbalik menyerangnya.
Jika saja Marwa tidak memiliki alibi yang kuat, bisa dipastikan namanya sudah di blacklist oleh panitia Olimpiade, dan ia tidak pernah bisa melanjutkan Olimpiade hingga tahap Nasional.
"Demi Tuhan, saya tidak pernah memakai soal itu, pak! Bapak bisa lihat sendiri di video yang tersebar, jelas-jelas saya bilang kalau saya gak pernah pake soal itu!" Perempuan berponi itu geram berbicara.
"Segelnya sudah dibuka, nak. Meskipun soalnya bersih, tanpa coretan, tapi tidak ada yang tau segala kemungkinan. Bisa saja Ananda Marwa memotretnya kemudian menyimpannya kembali dengan rapih." Pak Harits menyanggah.
"Ya, seharusnya kamu langsung mengembalikan dan melaporan tindak kecurangan ini sebelum pelaksanaan olimpiade." Bu Rosa ikut menambahkan.
Marwa mendelik marah. Bagaimana bisa? Transaksi dilakukan H-2 Pelaksanaan Olimpiade, dan skandal sialan ayahnya itu membuat dirinya goyah dalam beberapa hal.
"Harus saya katakan berapa kali? Saya benar-benar tidak pernah memakai soal itu. Kalau memang saya menggunakan soal itu, memotretnya, saya pasti akan merahasiakan, bahkan kalau perlu saya bakar, bukan justru saya kembalikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KANTAKA
Teen FictionKantaka ; Bahasa Sansekerta : Sedih, Susah. . Aysha pikir olimpiade adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Membawa pulang medali emas dan mendapat privilege beasiswa ke luar negeri. Chemistry Sciences - Seoul National University. N...