[H-1 Olimpiade Sains Tingkat Kota (OSK)]
Triingg..!! Tringg..!!
Derap langkah kakinya dipercepat kala saraf sensoriknya menerima sinyal dari suara bel yang berdering. Pertanda waktunya pergantian jam pelajaran. Gadis berambut biru yang terlambat 1 jam pelajaran itu segera menyelinap ke dalam kelas tatkala guru mata pelajaran pertama keluar dari kelas.
Seluruh pasang mata di kelas menatap gadis itu sepersekian detik, sebelum akhirnya melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Sudah terbiasa dengan kelakuan sang brandal kelas yang hampir setiap hari absen di jam pertama.
"Buset dah, pagi-pagi dah gak enak banget pemandangan, muka lo kenapa, Sal!?" celoteh Aysha begitu melihat wajah sang sahabat pagi ini.
Gadis itu memicingkan matanya. Tangannya menangkup kedua pipi Salman dengan paksa. Kemudian, matanya meniti setiap detail wajah Salman. Terdapat goresan di sudut kanan matanya dan di ujung kiri bibirnya, serta lebam samar di pipi kirinya.
"Duduk dulu yang bener, Ay." Salman melepas tangan Aysha dari pipinya. Gadis dengan hoodie hitam dan tas yang masih menempel di pundaknya itu langsung beringsut duduk di bangkunya.
"Telat lagi lo?"
"Gak usah alihin topik. Kayak baru pertama liat gue telat aja." Aysha membalikkan tubuhnya menghadap Salman. "Muka lo kenapa?" todong Aysha lagi
Salman tersenyum lebar, menampilkan giginya yang rapih. "Jatoh."
"Jatoh ke jurang mana lo? Modelan begitu lo bilang jatoh?"
"Buset, doainnya."
"Siapa yang doain?"
"Ucapan itu doa Aysha."
"Ya gak gitu maksud gue."
"Iya, iya. Tau, maksudnya lo perhatian sama gue kan?"
"Bajingan."
"Jangan emosian sama gue. Masih pagi."
"Iya gak emosian, cuma gatel aja tangan gue mau jambak rambut lo," desis Aysha sebal.
Salman terkekeh –tak lama– karena detik berikutnya laki-laki itu kembali meringis tatkala pipi lebamnya justru ditampar oleh si brandal kupu-kupu.
Plak.
"Anjrit..! Sa–"
"Sakit ya lo!" umpatan Salman tertahan oleh sambatan Aysha. "Siapa yang bolehin lo ketawa di saat begini?! Lo harusnya marah bego!. Ulah ibu lo lagi kan?" umpat Aysha mengembalikan topik yang sudah melenceng jauh itu.
Salman menggeleng kaku, "Bukan. Sok tau." Matanya melirik was-was ke arah penjuru kelas, takut-takut melihat teman-temannya yang memperhatikan perdebatan dirinya dan Aysha.
"Tsk.." Aysha berdecak jengah. Mata tajamnya beralih menatap setiap penjuru kelas yang tengah memperhatikannya. "Bisa gak usah kepo sama urusan orang lain, gak?" ucap Asysha lantang pada penjuru kelas.
Seluruh pasang mata itu kemudian menunduk, mengalihkan pandangan, beberapa di antaranya kembali mengobrol, pura-pura menyibukkan diri.
Aysha berdesis sinis, kembali menatap Salman. "Gak usah terus-terusan belain dia. Siapa lagi emang yang hobinya nyakitin anak sendiri?" ucap Aysha menohok.
Salman tersenyum getir. "Tapi kali ini beneran bukan ibu gue," jawab Salman sungguh-sungguh. Meskipun laki-laki itu tau gadis itu tidak akan percaya sebelum Salman mau menyebut nama lain.
Srek.
Tuh kan, apa Salman bilang barusan? Aysha sudah terbiasa menelan semua kebohongan dan sangkalan dari Salman mengenai ibunya. Itu adalah makanan sehari-hari baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANTAKA
Teen FictionKantaka ; Bahasa Sansekerta : Sedih, Susah. . Aysha pikir olimpiade adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Membawa pulang medali emas dan mendapat privilege beasiswa ke luar negeri. Chemistry Sciences - Seoul National University. N...