(8). Miss Akasari

1.3K 173 37
                                    

Finally..! Akhirnya aku terbang ke Makassar dalam program Pertukaran Mahasiswa..! (≧∇≦)/

I'am so sorryy...

Aku bener-bener minta maaf yang sebesar-besarnya karena hilang dalam jangka waktu yang cukup lama.

Dua-tiga mingguan ini bener-bener hektik sama organisasi ditambah huru-hara berkas untuk keberangkatan. Tapi akhirnya aku berhasil tembus untuk terbang ke Makassar

Setelah berbagai drama yang terjadi wks.

Terima kasih banyak buat pembaca yang masih setia menunggu atau bahkan sempet mendoakan. Untuk warga Makassar boleh banget say hai ke aku..o(〃^▽^〃)o

Happy Reading!

*

"Ibu lo selingkuhan ayah gue bangs*t! Dasar anak pelacur!"

BUG!

Tubuhnya kembali dihantam oleh sepatu pantopel yang melekat di kaki seorang laki-laki yang baru saja menghina sosok perempuan yang paling ia sayangi.

"Ibu lo pelacur! Ngejual tubuhnya demi uang bokap gue! Ibu lo udah nyakitin nyokap gue!" tuding Husein berkali-kali, sepatu pantopelnya terus menghantam punggung ringkihnya tanpa ampun.

Ugh...

Kepala Salman rasanya seperti dihantam berkali-kali oleh batu besar yang tajam. Di samping fakta bahwa kepalanya memang beberapa kali terbentuk tembok dan tanah di bawahnya akibat hantaman sepato pantopel Husein. Seluruh ucapan kakak kelasnya itu jauh lebih menghantam isi kepalanya yang sudah melayang jauh pada sosok perempuan 32 tahun yang berstatus seorang ibu.

Apa?

Husein bilang apa tadi?

Ibunya selingku-

Ah....

Tidak mungkin kan?

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya berkali-kali, berusaha menangkis sebuah fakta yang menyesakkan dadanya.

"Arghh..." Salman meringis pelan tatkala Husein tanpa ampun menendang, menginjak, dan menghantam tubuhnya berkali-kali.

Tubuhnya membeku bak sebuah lelehan cairan panas yang dicelupkan pada sebuah air dingin. Hanya menunggu hitungan detik hingga lelehan beku itu pecah berantakan.

Tak cukup dengan melontarkan ucapan paling tidak masuk akal yang pernah Salman dengar. Kini, Husein melemparkan belasan lembar foto yang berisikan gambar dua orang dewasa yang tengah bercumbu di sebuah club. Seorang pria paruh baya dengan sosok wanita dewasa yang sangat Salman kenali.

Sosok perempuan yang selalu ia lihat di rumah, di kamar, di dapur, di ruang tamu, bahkan di balkon, dengan pakaian sederhana, baju lengan panjang dan celana bahan dengan rambut kuncir kuda.

Kini, sosok wanita itu bukan lagi sosok wanita yang ia kenali.

Sosok wanita dengan riasan wajah yang tebal, pakaian minim, rambut tergerai panjang dengan bibir yang tengah bercumbu dengan sosok laki-laki asing paruh baya.

Dia bukan ibu.

BUG...! BUG...! BUG..!

Kembali.

Sepatu pantopel itu kembali menghantamnya bertubi-tubi. Kali ini bersama dengan sepatu-sepatu lain di belakangnya.

"Argh...Ssshhhh... Argh...," Salman meringis semakin kencang tatkala dirinya ditendang dari berbagai sisi oleh Husein dan teman-temannya. Tubuhnya kembali meringkuk menahan sakit.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang