(42). Recovery

497 56 41
                                    

"Gue takut gue gak dimaafin"

"Memaafkan atau enggak, itu hak mereka. Lo cukup minta maaf dengan tulus. Mas kasih tau ya, minta maaf yang tulus itu maaf tanpa syarat, maaf tanpa pembelaan."

"Ucapkan kata maaf tanpa perlu embel-embel kata tapi."

"Biarkan ruang dan waktu untuk mereka menentukan, apakah mereka bisa memaafkan, atau enggak. Jangan pernah takut untuk gak dimaafkan. Tapi, takutlah ketika masih ada manusia yang terluka bahkan ketika kata maaf telah diterima."

*

Bab 42

"Recovery"

*

Paman Zubair : "Aysha sudah siuman. Tapi belum bisa ditemui. Tenang saja, Aysha sedang dalam masa pemulihan dan penjagaan ketat psikiater."

Terhitung sudah 37 kali Muh membaca pesan dari Paman Zubair sejak tiga hari yang lalu.

Ya, memang sudah tiga hari ini Aysha dirawat di rumah sakit, dan belum ada kabar kelanjutan dari Paman Zubair. Muh khawatir jika dia nekat menjenguk di saat gadis itu belum siap bertemu siapapun, justru akan memperunyam masalah.

Tapi laki-laki itu sangat ingin menemui Aysha. ingin memastikan bahwa Aysha memang benar baik-baik saja.

"Caramel macchiato satu, croffle tiramisunya satu ya," ucapan dari pelanggan membuyarkan lamuman Muh.

Salman yang tengah melayani pelanggan tersenyum dan mengangguk. Menyebutkan total pembelian, menerima uang cash, serta memberikan kembalian pada pelanggan.

Terhitung tiga hari ini juga Muh sibuk memantau Salman dan Shafiyah yang mulai bekerja dan mengaktifkan kembali coffeshop-nya yang lama terbengkalai—Meskipun tetap seringkali Muh tinggalkan untuk berkunjung ke adik-adik jalanannya.

Muh tengah menyiapkan sesuatu yang spesial untuk Aysha bersama adik-adik jalanannya di kolong. Entah apakah gadis itu akan suka atau tidak.

Triingg..

Lonceng di pintu kafe berbunyi, pertanda ada seseorang yang memasuki coffeshop.

Pemuda tinggi dengan lesung pipi yang manis tengah berdiri dan tersenyum kaku.

"Sein." Muh yang pertama memanggil. Tangannya melambai memberi isyarat untuk mendekat. Salman yang tengah sibuk membuat pesanan pelangganpun ikut menoleh.

Husein yang dipanggil pun melangkah mendekat, masuk ke dalam patry barista yang bertuliskan 'tidak berkepentingan dilarang masuk'

Salman cukup terkejut dengan kedatangan Husein. Ia bahkan menghentikan segala aktivitasnya untuk melihat pergerakan Husein.

'Apa Husein masih marah pada dirinya?'

'Apa Husein akan kembali protes?'

'Apa Husein akan berkelahi dengan Muh?'

Pertanyaan-pertanyaan baru terus muncul di benaknya. Hingga netra coklatnya melihat Husein menjatuhkan tubuhnya untuk berlutut. Salman menjengit terkejut melihat Husein berlutut tepat di hadapannya.

"Maaf," lirih Husein dengan kepala yang tertunduk.

Muh yang duduk tak jauh dari Salman tersenyum simpul dan ikut berdiri. Sebelah tangannya merangkul Salman. "Gak gitu cara minta maafnya, Sein." Sepatu ketsnya bahkan menendang pelan lutut Husein.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang