6. Tak Berkutik

2.3K 184 0
                                    

Kamu, adalah satu-satunya pengharapan yang selalu aku semoga, kan.

—Suci Amara Ayesha—

Pagi ini SMA Exa School sudah di hebohkan dengan kedatangan Leonard yang berjalan bergandengan dengan Suci Amara Ayesha. Semua mata tak lepas dari sosok keduanya. Suci merasa malu, namun Leonard semakin mengeratkan genggaman tangan itu. Bisik-bisik mulai menyelinap masuk ke dalam indra pendengaran Suci. Mulai dari cibiran, hingga pujian yang ia terima pagi ini.

Anggun yang baru saja berjalan dari arah kantin, langkahnya tak sengaja berpapasan dengan Leonard dan juga Suci. Anggun menghentikan mereka, mata gadis itu kini terpusat pada tautan tangan yang di genggam erat. Apa jangan-jangan mereka sudah jadian?

“Kalian pacaran?”

Leonard menunjukkan genggaman itu di depan wajah Anggun. “Menurut lo arti genggaman ini apa?”

“Kok bisa secepet itu? Bukannya kalian baru aja pendekatan? Kenapa nggak saling mengenal lebih dalam dulu? Dan lo juga Ci, kenapa lo bisa terima Leo jadi pacar lo?” tutur Anggun dengan wajah panik.

“Kak Anggun kenapa? Kok kayak nggak terima gitu? Soal aku terima Kak Leo jadi pacar aku, ya karena aku udah nyaman sama Kak Leo. Lagi pula, kita sama-sama saling suka kok,” ucap Suci sangat santai.

“Lo yakin sama keputusan lo, Ci?” tanya Anggun sekali lagi.

“Lo apaan sih, Gun. Ngehasut cewek gue aja. Udahlah, gue mau anter Suci ke kelasnya dulu. Dan lebih baik lo ke kelas sana,” ucap Leonard dan menarik tangan Suci untuk segera pergi.

Leonard sengaja mengajak Suci untuk segera pergi, karena Leonard tahu ke mana arah pembicaraan Anggun. Sedangkan Anggun, gadis itu berdecak. Ia gagal mencegah kedekatan antar Suci dan juga Leonard. Jika sudah begini, Anggun tidak bisa melakukan apa pun. Seharusnya Anggun mengatakan hal yang sebenarnya sejak awal.

Leonard mengantarkan Suci sampai di depan kelas. Nadia yang tengah berdiri di samping pintu, gadis itu menganga begitu lebar. Apalagi saat melihat Leonard yang merapikan rambut Suci dan menyalipkannya ke belakang telinga. Siapa yang tidak terkejut, karena sahabatnya benar-benar bisa menggapai cintanya.

“Gue ke kelas dulu, ya. Nanti istirahat kita ketemu lagi.”

“Iya, Kak,” jawab Suci lembut, hingga laki-laki itu langsung melenggang pergi.

Nadia mendekati Suci. “Lo jadian sama Kak Leo? Seriusan Ci? Gue nggak halu kan, Ci?”

Suci terkekeh. “Lo nggak halu, Nad. Dan gue bener-bener jadian sama Kak Leo. Kemarin dia nembak gue langsung.”

“Kok bisa sih? Ceritain dong, cara nembaknya gimana? Gue kepo tingkat akut nih,” ucap Nadia begitu heboh.

“Ceritaiin enggak, ya ... enggak mau, ah.” Suci terkekeh pelan, gadis itu memasuki kelasnya meninggalkan Nadia yang tengah di landa rasa penasaran.

“Loh, Ci, kok gitu!”

Suci paling senang membuat sahabatnya di landa penasaran. Saat Suci tengah bahagia melepas masa jomblonya, berbeda dengan Leonard yang tengah menahan amarah kepada Anggun. Laki-laki itu berjalan memasuki kelasnya, menghampiri Anggun yang duduk bersama Rasya.

Dengan kasar, Leonard menggebrak meja itu begitu kencang, hingga penghuni kelas terkejut dengan apa yang sudah Leonard lakukan. Risky yang tengah bermain game pun, ia langsung menghentikan gamenya dan menghampiri Leonard ke meja Anggun.

“Lo apa-apaan sih?! Lo punya masalah apa anjing?!” sungut Rasya begitu marah.

“Kasih tahu cewek lo, jangan pernah ikut campur sama urusan gue!” tekan Leonard pada Rasya. “Dan lo, gue peringatin sekali lagi, kalau lo berani menghancurkan segala rencana gue, gue pastiin lo bakal tanggung akibatnya,” ancam Leonard pada Anggun.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang