Hallo! Berapa bulan kita tidak bertemu?
Maaf, ya, lama banget di ghostingnya;(
Pasti diantara kalian ada yang lupa sama alurnya, kan?
Huhu maafkan sekali lagi:')
Happy reading guys!!!
Jangan lupa vote dan komentar di setiap paragraf ❤️
Sesuai keputusan Anggun dan yang lainnya. Mereka mengunjungi kediaman Suci untuk mencari gadis itu. Mereka ingin memastikan bahwa Suci baik-baik saja atas keputusan dari pihak sekolah yang baru saja mengeluarkan Suci. Mereka sendiri tak menyangka, bahwa pihak sekolah akan mengeluarkan Suci begitu saja. Padahal, selama ini Suci tidak masuk sekolah bukan tanpa sebab, melainkan karena sakit.
Di depan rumah besar ini, mereka sudah berdiri menemui Mbok Imah selaku asisten rumah tangga. Jika dilihat-lihat, rumah ini terlihat sangat sepi. “Mbok, maaf. Apa Suci-nya ada?”
“Non Suci belum pulang sekolah, Non. Mungkin dia ada bimbingan OSIS.”
Anggun melemparkan pandangannya ke arah Gilang. Berarti sejak Suci di droupout, Suci tidak kembali ke rumah. Lantas, ke mana perginya gadis itu? Pikiran mereka benar-benar kacau. Rasa cemas semakin melanda hati mereka, apalagi Gilang yang mengetahui penyakit Suci. Ia takut jika penyakit Suci kambuh dan tidak ada orang yang menolongnya. Astaga, hilangkan pikiran negatif itu Gilang.
“Kalau begitu, makasih, ya, Mbok.”
“Sama-sama, Non. Si Mbok permisi dulu.” Mbok Imah kembali memasuki rumah, dan menutup pintunya kembali.
Anggun dan yang lainnya bingung harus melakukan apa, dan mencari keberadaan Suci ke mana. Namun, di saat mereka baru saja melangkah menuju kendaraan mereka, tiba-tiba saja sebuah mobil baru saja memasuki halaman rumah Suci. Mobil yang sangat mereka kenali.
Leonard turun dari mobil, ia menghampiri teman-temannya penuh tanya. “Kalian ngapain ada di sini?”
“Kita nyari Suci, tapi dia nggak ada di rumah,” jawab Rasya. “Oh, ya, Le. Mumpung lo ada di sini, lo bisa bantu kita nggak?” Leonard menaikkan satu alisnya. “Lo bisa selidiki Luna tentang kasus Nadia?”
Leonard tersenyum miring. “Lo bisa-bisanya, ya, nyuruh gue untuk nyelidikin kasus nggak penting itu. Lo harusnya punya sedikit empati, Sya. Luna itu sekarang kritis. Lo bisa-bisanya nyurigain cewek gue. Di mana otak lo?!”
Leonard tak habis pikir dengan jalan pemikiran temannya. Semuanya memang tak memiliki hati nurani. Tidak Suci, tidak Rasya. Mereka semua sama. Tak ada yang memedulikan kondisi Luna saat ini. Padahal gadis itu tengah berjuang melawan mautnya.
“Santai dong, Men. Kita nyuruh lo baik-baik. Asal lo tahu, ya, kasus ini sangat penting bagi kita! Nadia bunuh diri gara-gara frustrasi akibat video itu!” seru Risky ikut emosi. Apalagi ia benar-benar merasa bersalah atas kematian Nadia.
“Dan itu semua gara-gara lo!” Leonard menyentuh bahu Risky dengan jari telunjuknya. “Lo hiper! Makanya Nadia bunuh diri. Bodohnya lagi, lo nyalahin kematian dia ke orang lain. Seharusnya lo ngaca, yang buat Nadia bunuh diri itu gara-gara lo!”
“Bangsat!” umpat Risky yang baru saja akan melayangkan bogeman ke wajah Leonard, tapi harus ditahan oleh Rasya dan Gilang.
Leonard tersenyum miring. Ia tak memedulikan amarah Risky saat ini. Ia lebih memilih berlalu pergi untuk mengambil keperluan Luna selama rumah sakit. Sebab meladeni mereka hanya akan membuang-buang waktu Leonard saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[Harap follow sebelum membaca] "Sunyi itu tidak buruk. Hanya saja terlalu sepi." By : Mamake_Nyong. Ini tentang gadis bernama Suci Amara Ayesha. Gadis kesepian, yang terpaksa hidup diantara keramaian di tengah-tengah keluarga bahagia. Sayangnya, Suc...