25. Salah Paham

2.3K 164 7
                                    

“Hati dan otak tak selamanya bisa diajak berdamai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati dan otak tak selamanya bisa diajak berdamai. Di saat hati memiliki rasa ingin berdamai, namun otak mengajaknya menjadi seorang pembunuh.

—Luna Amara Yesha—

Hi! Untuk kalian yang merasa hidup ini tidak adil, tetap semangat, ya.
Dunia ini bukan tidak adil, hanya terkadang kitanya saja yang kurang bersyukur. Jika mengadu nasib, 'siapa yang lebih menderita di dunia ini', kalian salah. Setiap orang memiliki titik deritanya masing-masing. Tak semua orang memiliki kebahagiaan yang abadi. Tuhan pasti menguji umatnya dengan cara yang ia berikan. Tapi tetap, Tuhan tidak akan menguji umatnya melebihi batas kemampuan umatnya sendiri.

Sekarang, apa kalian sudah mau bersyukur? Ayo, mulai sekarang kalian harus bisa pasrahkan hidup kalian kepada Tuhan. Karena Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk kalian. Stop menghakimi kalau dunia ini tidak adil. Okey?

Peluk jauh dari Mamake🤗

ლ(´ ❥ 'ლ)

Acara gotong royong sangat melelahkan, di mana lingkungan sekolah yang terlihat kotor akibat acara hut kemarin. Beruntungnya, akibat kekompakan seluruh murid SMA Exa School, membuat pekerjaan itu terasa ringan. Area sekolah terlihat bersih kembali setelah melakukan 4 jam pembersihan.

Suci duduk di meja kantin dengan menegak sebotol air mineral. Area kantin tidak terlalu ramai seperti biasanya, hanya ada beberapa murid saja yang ada di sini. Setelah acara kerja bakti itu selesai, memang seluruh murid sudah diperbolehkan pulang, tetapi tidak dengan Suci yang masih memilih untuk tetap stay.

“Gue boleh ikut duduk?” tanya Leonard yang tiba-tiba datang. Suci mengangguk mengiyakan. “Kenapa belum pulang?”

“Sebentar lagi juga pulang. Mmm ... Suci ke sana dulu, ya, Kak. Sebentar,” ujar Suci dan diangguki oleh Leonard.

Suci menghampiri Mbok Ijah, penjual mie ayam yang super lezat yang terkenal di SMA Exa School. Suci berdiri di samping etalase, ada rasa gugup yang melanda dihatinya, namun disapa dengan senyuman oleh Mbok Ijah.

“Kenapa Neng Suci? Mau beli mie ayam?” tanya si Mbok ramah.

“Bukan, Mbok. Ta-tapi Suci ke sini—”  Suci menjeda kalimatnya. Ia beberapa kali susah payah untuk menyingkirkan rasa tak enak dihati. Di samping itu, ada Leonard yang memperhatikan gelagat Suci. “Suci mau minta kerjaan sama si Mbok. Apa pun deh, Mbok. Suci bisa cuci piring kok, atau ngelayanin pembeli juga bisa.”

“Aduh Neng, si Mbok bingung cara ngegajihnya gimana. Si Mbok kan Cuma penjual kecil di kantin,” ujar si Mbok.

“Berapa pun Suci terima kok, Mbok. Suci bener-bener lagi butuh uang. Sehari 20 ribu juga Suci terima,” tutur Suci memohon.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang