“Aku pamit dalam kisah yang tak pernah berujung bahagia.”
—Suci Amara Ayesha—
Siapkan mental kalian!
Disarankan untuk mendengarkan lagu *ST-12. Saat Terakhir.* Biar deep gitu feallnya.
Yang mau nitip Tisyu sistem COD, kuy!
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar di setiap paragraf!
Happy Reading 🤗
Beberapa suster dan dokter keluar masuk ke ruang rawat milik gadis yang lagi-lagi dalam keadaan memburuk. Detak jantungnya tiba-tiba kembali melemah. Dokter yang menanganinya berusaha melakukan tindakan yang terbaik untuk pasiennya. Keadaan gadis itu sangat menurun, hingga tiba di mana suara mesin EKG berbunyi sangat nyaring dan membentuk garis lurus.
“Dokter!” seru Suster itu dan langsung memberikan alat pacu jantung.
Dokter tersebut langsung memberikan tekanan pacu untuk menyelamatkan nyawa Suci. Di bawah alam sadarnya, Suci melangkah ke arah cahaya putih yang sudah menyambutnya. Suci menoleh ke belakang, tapi ia harus kembali melangkah di saat suara yang tidak asing memanggilnya.
“Suci! Ayo, kita pulang!”
“Nadia?”
“Tempatmu bukan di sana, Suci. Tempatmu sekarang di sini. Jangan kembali ke sana, karena kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan di sana.”
Suci tersenyum. “Ayah ... Bunda. Suci pergi,” gumam gadis itu yang memakai dress putih dan berjalan menuju seseorang yang sudah menunggunya.
Sudah tiga kali pacu, tapi tidak dapat menormalkan detak jantung Suci. Untuk kali ini nyawa Suci tidak bisa diselamatkan dengan seiringnya garis lurus yang tertera di monitor. Dokter itu menghela napas berat. Ia menoleh ke arah suster, dan menggelengkan kepala pelan.
“Pasien tidak bisa diselamatkan, Sus.”
Suster itu mengangguk lirih. Ia melepaskan beberapa alat penopang hidup yang menempel ditubuh Suci, dan menarik kain sampai menutupi seluruh tubuh Suci.
Kini, tidak ada lagi sebuah penderitaan yang menopang hidupnya. Penderitaan itu akhirnya sudah lenyap bersamaan dengan sebuah nyawa yang sudah Tuhan ambil. Permohonan atas sebuah kematian kini terkabulkan. Suci telah tiada dalam keadaan kesepian tanpa ada orang yang menunggunya untuk berdoa menuntunnya pulang. Ternyata takdir berkata lain, Suci memilih pulang ke rumah Tuhan.
Selama hidupnya, Suci ingin sekali disayang oleh kedua orang tuanya. Suci ingin mendapatkan peluk hangat mereka, yang sampai di ujung hidupnya pun Suci tak mendapatkan pelukan itu. Selama hidupnya Suci hanya mendapatkan sebuah penyiksaan. Orang tuanya tidak pernah menganggap kehadiran Suci. Mereka hanya memikirkan tentang Luna. Sekarang pun, mereka tengah dibuat gelisah nan khawatir atas kondisi Luna yang memburuk. Tanpa mereka tahu, kalau putri bungsunya telah lebih dulu meninggal dunia.
Ara dan Yesha beberapa kali merapal doa untuk keselamatan Luna. Di ruang tunggu ini, sudah ada kedua sahabat Luna dan kakek neneknya yang sudah rela jauh-jauh dari Bandung untuk melihat kondisi cucunya.
Dari lorong belakang, Leonard dan teman-temannya yang lain baru saja tiba. Kedatangan mereka bersamaan dengan ayah Leonard yang berpapasan di lorong. Leonard tersenyum miring. Benar dugaannya, pasti ayahnya itu akan datang. Segera, mereka semua langsung menghampiri kedua orang tua Luna yang kini sudah terisak lirih mengkhawatirkan kondisi anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Novela Juvenil[Harap follow sebelum membaca] "Sunyi itu tidak buruk. Hanya saja terlalu sepi." By : Mamake_Nyong. Ini tentang gadis bernama Suci Amara Ayesha. Gadis kesepian, yang terpaksa hidup diantara keramaian di tengah-tengah keluarga bahagia. Sayangnya, Suc...