[Harap follow sebelum membaca]
"Sunyi itu tidak buruk. Hanya saja terlalu sepi."
By : Mamake_Nyong.
Ini tentang gadis bernama Suci Amara Ayesha. Gadis kesepian, yang terpaksa hidup diantara keramaian di tengah-tengah keluarga bahagia. Sayangnya, Suc...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Bahkan aku hampir lupa caranya tertawa bahagia. Aku hanya bisa menari di atas luka yang sering kali mereka beri tanpa hati.”
—Suci Amara Ayesha—
Jangan lupa tinggalkan vote terlebih dahulu agar tidak lupa.
Sudah siap memeluk luka Suci kembali?
Siapkan hati dan mental kalian dari sekarang.
ლ(´ ❥ 'ლ)
Pagi ini Suci harus terbangun dengan luka memar yang semakin membiru, saat dibiarkan semalaman. Suci berusaha untuk kuat meski rasa sakitnya menghantam begitu kuat. Suci keluar menghampiri sang ayah yang baru saja duduk di depan meja makan.
Yesha menatap Suci dari ujung kaki, hingga ujung kepala. Wajah Suci terlihat lebih pucat, dengan langkah Suci yang sedikit berjalan pincang. Sebenarnya, hukuman apa yang sudah diberikan istrinya? Ah, bodo amat. Yesha tak perlu capek-capek memikirkan hal itu.
“Ayah, Suci boleh minta uang saku? Suci perlu Ayah,” ucap Suci kikuk.
“Ayah kan, sudah bilang, kalau tidak ada uang saku untuk kamu selama satu minggu. Kamu ngerti, kan? Jadi kalau sekarang-sekarang, kamu puasa aja dulu. Enggak usah jajan di sekolah,” ujar Yesha begitu telak.
“Tapi Ayah ....”
“Udah, lebih baik kamu pergi sekolah sana! Nanti kamu terlambat,” sela Yesha memotong ucapan Suci.
Selang kepergian Suci, Luna dan juga Ara baru saja datang ikut duduk bergabung bersama Yesha. Sepasang mata mereka tak sengaja melihat Suci yang baru saja pergi sekolah setelah berpamitan pada sang ayah.
“Suci udah berangkat? Dia nggak sarapan?” tanya Luna.
“Dia udah berangkat, tadi dia sempet minta uang saku sama Ayah. Cuma nggak Ayah kasih, karena dia masih berada di tahap hukuman,” papar Yesha menjelaskan.
“Oh ... Kirain apa.”
Hidup memang tak adil untuk Suci yang berusaha menunjukkan bahwa dirinya ada di bagian keluarganya, namun sama sekali tak di anggap. Suci mengendarai motornya dengan kecepatan pelan, karena rasa pusing yang melanda di kepalanya. Mata Suci semakin mengabur, sampai ia harus terjatuh di jalanan.
Sebuah mobil yang tengah sengaja lewat, ia langsung meminggirkan mobilnya, dan keluar dengan sedikit berlari untuk membantu Suci. Seseorang itu membantu Suci untuk berdiri, lalu mengambil motor Suci untuk di pinggirkan.
“Lo nggak papa?”
Suci menggeleng pelan, lalu membuka helmnya. “Gue enggak papa, kok. Tadi kepala gue tiba-tiba pusing sedikit. Oh ya, sebelumnya makasih, ya. Gue harus segera ke sekolah.”