19. Resmi Pacaran

2.5K 209 18
                                    

LONELY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LONELY

Kata orang karma itu nyata. Karma akan dibayar lunas sesuai perilaku yang sudah kita buat. Nyatanya, karma itu sama sekali tak berlaku bagi Leonard. Karma hanya omong kosong, bahkan kadang tak sesuai realita yang ia pikirkan. Jika karma itu ada, mungkin karma itu sudah menghampiri ibunya. Buktinya, sang ibu malah berbahagia di atas penderitaan Leonard.

Berbicara tentang karma, mungkin tak berbeda jauh dengan cinta. Cinta tak memiliki bentuk, rasanya saja kadang tak selalu manis. Bukan begitu?

Perihal cinta, ia tak tahu harus mendeskripsikannya seperti apa. Yang Leonard tahu, cinta hanya sebatas ilustrasi patah hati yang paling disengaja. Bodohnya, orang-orang sering menganggap cinta itu hal yang paling luar biasa. Padahal hanya biasa-biasa saja.

Entahlah, Leonard sekarang tak tahu harus dibawa ke mana soal hati dan perasaan, bahkan kehidupannya. Meminta untuk kembali pada masa-masa yang indah sudah tidak mungkin akan terjadi. Keretakan di dalam keluarganya sudah benar-benar tak bisa diperbaiki. Ibarat gelas yang jatuh, kepingannya tak mungkin bisa di satukan. Seperti itulah gambaran keluarga Leonard sekarang.

"Yah, mau sampai kapan Ayah tidak mau pulang ke rumah? Di agama tidak di anjurkan untuk suami istri pisah rumah. Jangankan pisah rumah, pisah ranjang aja enggak boleh," tanya Leonard. Saat ini laki-laki itu sudah berada di sebuah apartemen milik ayahnya.

"Secepatnya Ayah akan menguruskan perceraian sama ibu kamu. Soal kamu mau ikut siapa, itu terserah kamu. Kamu mau ikut ibu kamu silakan, mau ikut Ayah juga tidak masalah," jawab Vino enteng.

Leonard menghela napas. "Apa hubungan Ayah sama Bunda sudah tidak bisa diperbaiki?"

"Leonard, apa pun akan Ayah maafkan tentang kesalahan ibu kamu, tapi tidak dengan perselingkuhan. Kamu paham, kan, Nak?" beber Vino menjelaskan.

"Apa pun keputusan Ayah, jika itu yang terbaik menurut Ayah, Leo akan selalu dukung," ucap Leonard tersenyum tipis.

"Ya sudah, lebih baik sekarang kamu pulang. Ibu kamu pasti nyariin."

"Leo pamit dulu, Yah." Setelah mengucap pamit, Leonard beranjak pergi.

Rasa-rasanya untuk pulang ke rumah saat ini begitu malas. Malas jika Leonard harus melihat kembali sebuah pemandangan yang menjijikkan.

Leonard menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Malam ini jalanan ibu kota Jakarta cukup padat oleh pengendara lain yang menikmati malam minggunya. Menyebalkan sekali, pikirnya.

Perihal malam minggu, tak urung menjadi sebuah kesempatan untuk para anak muda. Seperti Luna saat ini. Gadis itu sudah nyentrik dengan pakaian sexynya dengan surai indahnya yang dibuat dengan diikat, menambah kesan ke sexyannya yang memperlihatkan bagian bahu dan juga lingkar dadanya. Ditambah dengan make up yang cukup tebal seperti bukan anak remaja seperti biasanya.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang