Tinggal menunggu beberapa bab menuju ending, yey!
Mau lanjut ke part selanjutnya? Penuhi part ini dengan 100 komentar!
Kali-kali challange guys!!!
Happy Reading 🤗
Suasana pemakaman tumpah dengan isak tangis seorang laki-laki yang tengah mengusap nisan bertuliskan nama sang ibu. Sulit dipercaya kalau ini semua adalah nyata. Restu selalu saja berandai; andai ia tidak keluar, andai ia pulang cepat, dan andai ia bisa pergi jauh dari jangkauan sang ayah, mungkin kematian ibunya tidak akan pernah terjadi. Sekarang, Restu kesepian. Ia sebatang kara, ibunya telah pergi dan si pria brengsek itu kini sudah mendekam di penjara.
Beberapa orang yang telah mengikuti prosesi pemakaman pun ikut merasakan duka. Teman-teman sekolahnya dan guru-guru ikut serta menemani Restu di pemakaman ini hingga selesai. Satu persatu orang pun mengucap bela sungkawa dan pergi meninggalkan pemakaman itu. Termasuk Farah dan Megi. Ingin sekali Risky menarik tangan gadis itu untuk menuntut sebuah penjelasan, tapi ia tersadar kalau ini bukanlah waktu yang tepat.
Leonard dan Gilang yang baru saja mengetahui kabar ini, ia baru bisa menginjakkan kaki di pemakaman itu. Sebelumnya Leonard menghubungi Farah untuk memberikan alamat rumah Restu, tapi yang ia dapatkan malah sebuah kabar duka dari laki-laki yang tengah ia cari. Anggun dan teman-temannya menoleh ke arah kedua temannya, mereka cukup terkejut melihat kehadiran Leonard dan Gilang di sini. Leonard mencoba mengedarkan pandangannya. Ia tak melihat keberadaan Suci di sini. Seharusnya, gadis itu ada di sini, ikut berkabung bersama yang lain.
“Res, kita semua ikut berduka,” ucap Anggun memecahkan keheningan. Restu tak menjawab, ia menyeka air matanya dan mulai beranjak berdiri. “Gue tahu ini berat banget buat lo, tapi lo harus ikhlas,” lanjutnya.
“Bener apa kata Anggun. Lo harus ikhlas, ya. Nyokap lo udah tenang di atas sana,” omong Rasya turut menguatkan.
Restu mengangguk samar. “Thanks. Gue tahu kalau gue harus ikhlas, meski ikhlas itu sulit.”
“Res, Suci sama lo nggak?” tanya Gilang membuat dirinya menjadi pusat perhatian mereka.
“Lo kenapa, sih, di keadaan kayak gini aja masih nanyain si Suci?! Stop, mikirin dia. Dia itu Cuma beban masalah kita doang,” tukas Risky kesal.
Leonard maju ke depan. Ia mendorong tubuh Risky dengan emosi. “Suci bukan beban masalah! Asal lo tahu, semalem Suci baru aja di usir sama orang tuanya, sialan!”
Risky tersenyum miring. “Terus, kalau di usir kenapa? Dia udah gede, dia bisa nyari tempat buat berteduh.”
Leonard mengepalkan kedua tangannya kuat. Giginya bergemeletuk menahan emosi yang semakin memuncak. “Suci terkena leukimia, bangsat! Hidup dan matinya kini terancam!”
“A-apa?”
Tak ada yang tidak terkejut saat mendengar pernyataan dari Leonard. Semua orang tercengang di tempat, begitu pun dengan Anggun yang hampir saja kehilangan keseimbangan. Anggun membekap mulutnya tak percaya, air matanya tumpah mengaliri pipinya. Pantas saja, ia merasa ada yang aneh pada diri Suci. Ternyata, Suci ....
“Kita harus cari Suci sekarang! Kita harus cari dia, Rasya.” Anggun mengguncangkan tangan kekar kekasihnya. “Tolong, aku butuh sedikit rasa empati kamu. Suci baru aja di dropout di sekolah, terus dia juga di usir dari rumahnya. Aku takut, Rasya ... aku takut Suci kenapa-kenapa.”
Restu yang sedari tadi memilih diam lantaran mencoba meredam amarahnya kepada Suci lantaran dirinya menyalahkan Suci atas kematian sang ibu, kini ia mulai mendekat pada Anggun untuk menuntut sebuah penjelasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Novela Juvenil[Harap follow sebelum membaca] "Sunyi itu tidak buruk. Hanya saja terlalu sepi." By : Mamake_Nyong. Ini tentang gadis bernama Suci Amara Ayesha. Gadis kesepian, yang terpaksa hidup diantara keramaian di tengah-tengah keluarga bahagia. Sayangnya, Suc...