1. Happy Birthday

8.1K 353 14
                                    

"Aku ada, namun seperti tak tampak."

-Suci Amara Ayesha-

"Happy birthday, Bunda."

Seorang gadis memeluk sang ibu dari belakang, dengan satu tangan yang memegang sebuah cake berukuran sedang. Sang ibu tersenyum, ia mencium kening putrinya begitu lembut. Sebuah kasih sayang kini sama-sama saling tersalurkan. Apalagi hari ini begitu tampak special, yaitu ulang tahun Ara yang ke 42 tahun.

"Bunda, selamat ulang tahun, ya. Bunga mawar yang cantik di hari special, Bunda," ucap Suci yang tiba-tiba datang dari arah belakang.

Ara menerima bunga itu, menciumnya sekilas, lalu mengamati bunga itu kembali. Senyuman tulus Suci terbit saat melihat ibunya mau menerima pemberiannya. Namun, senyuman itu harus pudar seketika saat Ara membuang bunga itu begitu saja. Suci terperangah, tak menyangka tentang perlakuan ibunya.

"Kamu kasih Bunda bunga, buat doain Bunda cepet mati, gitu? Kamu pikir Bunda itu kuburan di kasih bunga?!" tukas Ara begitu emosi. "Lihat dong kakak kamu, dia kasih Bunda cake. Nggak kayak kamu, Suci."

Luna mengusap bahu ibunya pelan. "Bunda udah, mungkin Suci nggak punya uang. Kan, Suci Cuma bisa nada uang ke Bunda. Nggak kayak Luna, punya uang sendiri hasil endorse."

"Adik kamu itu emang Cuma bisa nyusahin." Ara memutar bola matanya. "Kamu itu seharusnya bisa contoh kakak kamu, Suci. Dia bisa hidup mandiri, meskipun sudah kelas 12 SMA yang lagi sibuk-sibuknya, tapi dia masih bisa membagi waktunya."

"Bukannya Suci nggak mau kerja Bunda, tapi kegiatan Suci di sekolah terlalu padat. Apalagi tugas Suci yang jadi ketua OSIS," ujar Suci menduduk wajahnya.

"Jadi babu sekolah aja bangga lo. Di gaji berapa sama pihak sekolah? Mending-mending kalau pihak sekolah nanggung biaya SPP lo, ini mah enggak," cibir Luna tersenyum sinis.

Kata-kata tajam itu harus terlontar kembali di bibir ibunya dan juga kakaknya. Suci meremas rok abu-abunya, menahan sesak yang kini menghantam dadanya. Suci ingin menangis, namun genangan air mata itu harus tertahan. Kata-kata kasar itu sering kali Suci dapatkan, meski berulang kali Suci harus berusaha menahan amarah sekaligus sakit hati yang ia pikul.

"Udah, udah, lebih kalian pergi ke sekolah, nanti terlambat. Bunda nggak mau hari bahagia Bunda harus di rusak oleh keributan ini."

"Ya udah, Luna pergi dulu, ya, Bun. Assalamualaikum." Luna pamit, dan melenggang pergi.

Suci mengulurkan tangannya untuk mencium tangan ibunya. Namun, tangan Suci harus ditepis begitu saja oleh Ara Suci menatap nanar tangannya, lalu ia turunkan dan tersenyum tipis.

"Suci berangkat dulu, Bunda. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam," jawab Ara begitu ketus.

Suci melenggang pergi meninggalkan rumahnya. Ia menaiki motor scoppy kesayangannya dan melesit jauh. Jujur, pagi ini Suci harus merasakan kesedihan untuk kesekian kalinya. Namun, ia juga harus di paksa tersenyum oleh keadaan.

Suci Amara Ayesha, sosok gadis yang paling dibenci oleh keluarganya. Kebenciannya karena Luna lebih unggul dibandingkan Suci. Luna lebih mandiri, pintar, dan juga pandai mencari uang. Tak hanya itu, di bidang ekstrakurikuler juga Luna cukup aktif. Apalagi ia adalah salah satu kapten cheers.

 Apalagi ia adalah salah satu kapten cheers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang