"Muka standar jangan sok keras!"
-Anggun Monica Zahra-
Sepulang sekolah ini Nadia berencana untuk ikut pulang bersama Suci. Sang sopir di rumahnya tidak bisa menjemput, dan kebetulan arah rumahnya dengan Suci searah. Beruntung sekali Nadia memiliki sahabat seperti Suci.
Suci memakai helmnya, dan menyalakan mesin motornya itu. Namun, seseorang tiba-tiba mematikan mesin motor itu, dan mengambil kunci itu begitu saja. Suci dan Nadia terkejut, saat melihat sang pelaku tersebut. Badan Suci tiba-tiba gemetar, ia merasa malu untuk bertemu dengan Leonard saat ini. Apalagi, rasa suka diam-diam itu sudah diketahui.
"Pulang bareng sama gue, yuk, mau 'kan?" ajak Leonard tersenyum.
Suci dan Nadia menganga lebar. Ia tak percaya dengan apa yang barusan Leonard katakan. Ini benar-benar di luar dugaan mereka. Karena yang mereka tahu, Leonard sudah menolak Suci secara halus.
"Gu-gue nggak bisa. Gue bawa motor, dan kebetulan gue pulang sama Nadia," jawab Suci begitu gugup.
"Ya udah, kalau nggak bisa nggak masalah, tapi gue bisa 'kan, minta kontak lo?" Leonard menyodorkan ponselnya.
Suci mengambil ponsel itu dengan tangan yang gemetar, lalu mengetik nomornya di sana. Suci mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. Tentu saja, itu membuat Leonard tersenyum senang.
"Lo nggak mau minta nomor gue juga gitu, Kak?" tanya Nadia dengan cengirannya.
Leonard menggeleng. "Enggak, gue cum butuh nomornya Suci. Kalau gitu, gue pergi dulu. Dan thanks, ya, Ci."
"Sama-sama."
Kepergian Leonard seketika membuat Suci turun dari motornya dan berjingkrak heboh. Ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, seperti seseorang yang baru saja mendapatkan lotre. Sebagai seorang sahabat, Nadia ikut senang. Semoga, setelah kedekatan Suci dan juga Leonard, dirinya bisa ikut dekat dengan Risky. Secara gitu kan, Risky dan Leonard adalah teman dekat.
"Mimpi apa gue semalam, tiba-tiba Leo ngajak gue pulang bareng, terus minta kontak gue dong," ujar Suci tak menyangka. "Kayaknya gue mimpi durian runtuh Tok Dalang deh, Nad."
"Ngomong-ngomong, pas di mimpi lo ketemu si Opet, nggak?" tanya Nadia polos.
Suci menggeleng pelan. "Enggak, tapi gue ketemu Leonard, hahaha."
Nadia berdehem. "Hmmm ... lo ngerasa aneh enggak sih, kok tiba-tiba si Leo minta nomor lo, ya? Bukannya, si Leo nolak lo secara halus?"
Ucapan Nadia kembali membuat Suci terdiam dan sedikit berpikir. Memang benar, ada yang aneh dalam sikap Leonard barusan. Apalagi, Leonard sempat menunjukkan tampang tak suka, dan Suci juga mengetahui sikap Leonard yang garang.
"Mungkin setannya lagi pulang kampung kali, ya, Nad. Mungkin, ini adalah keajaiban dari Tuhan, seperti yang lo katakan pas di kelas."
"Bener juga sih, ya, mungkin si Leo udah dikasih hidayah sama Tuhan," ujar Nadia membenarkan. "Ya udah yuk, balik."
"Ayo!"
---------------------
Setelah mengantarkan Nadia pulang, Suci langsung bergegas menuju rumahnya tanpa berniat mampir terlebih dahulu ke rumah Nadia. Baru saja Suci sampai di pekarangan rumahnya, ia melihat kakek dan neneknya yang tengah berpamitan pada Yesha, Ara dan juga Luna.
Suci menghampiri mereka. Ia juga melihat koper kakek dan neneknya di luar. Di tambah, mobil sudah siap dengan sopir yang tengah berdiri menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Ficção Adolescente[Harap follow sebelum membaca] "Sunyi itu tidak buruk. Hanya saja terlalu sepi." By : Mamake_Nyong. Ini tentang gadis bernama Suci Amara Ayesha. Gadis kesepian, yang terpaksa hidup diantara keramaian di tengah-tengah keluarga bahagia. Sayangnya, Suc...