39. Terbongkar

3.6K 206 7
                                    

Bentuk cinta itu tak selamanya harus di ungkapkan dengan kata-kata. Bentuk cinta bisa di tunjukan dengan segala sikap yang kita berikan.

Gilang Saputra

Hallo semua!

Budayakan vote dan komentar di setiap paragraf, okey.

Karena komentar kalian sangat berarti untuk menjadi penyemangat saya:)

Happy Reading:)

¯\_ಠ_ಠ_/¯

Sepenggal ingatan yang menelusuri otaknya mulai memecahkan beberapa kendala yang menghambat Leonard mempertanyakan isi hatinya, melupakan kehidupannya, juga menghadapi segala sesuatu yang sulit ia hadapi. Pikirannya kini bercabang semakin rumit, mengantarkannya pada beberapa pilihan yang sulit ia pilih. Terlebih apa yang sudah ia pilih sebelumnya mengantarkan ia pada jurang penyesalan. Penyesalan akan perasaannya yang datang terlambat untuk ia pahami.

Semua yang sudah ia lalui sungguh tidak sesuai perkiraan. Masalah yang menyelimuti ruang lingkup keluarganya yang belum bisa sepenuhnya berdamai, ditambah dengan masalah-masalah baru yang menghampiri kisah asmaranya. Leonard benar-benar diujung pada pilihan titik kehidupan seseorang. Antara menyelamati Luna, atau mempertahan kondisi Suci.

Helaan napas kasar terdengar berat seiringnya ia berjalan memasuki sebuah perusahaan besar untuk menemui seseorang yang mungkin saja bisa membantu untuk menyelesaikan beban yang ia pikul. Setelah menaiki lift yang menuju lantai paling atas, ia kembali berjalan dan memasuki sebuah ruangan tanpa mengetuk pintu itu terlebih dahulu. Pemandangan pertama yang ia temui adalah, melihat sang ayah yang kini tengah berkutat dengan beberapa berkas juga laptop di depannya.

“Apakah Ayah tengah sibuk?” Pertanyaan itu membuat fokus Vino—sang ayah teralih pada putranya yang sudah duduk di depannya yang terhalang meja kerja.

“Tidak, jika itu sudah berhadapan dengan kamu.” Vino menutup laptopnya, setelah ia menyimpan hasil kerjanya. “Ada apa tiba-tiba datang ke kantor? Kamu bisa tunggu Ayah di apartemen, bukan?”

“Ini sangat penting. Leo butuh bantuan, Ayah.” Vino melipat dahinya. “Pacar Leo, butuh donor ginjal.”

“Kamu punya pacar? Siapa? Selama ini kamu tidak bercerita apa pun sama, Ayah. Sekarang, dengan tiba-tibannya kamu mengatakan, bahwa pacarmu butuh donor ginjal.”

Leonard menghela napas sebentar. “Luna, pacar Leo adalah, Luna Amara Yesha. Siswi SMA Dream High yang kini menyandang sebagai kekasih Leo yang tidak pernah Leo ceritakan sama Ayah.”

“Lu-Luna?” gumam Vino, pelan. Ia terdiam sebentar, mencerna perkataan putranya yang baru saja secara tidak resmi menceritakan siapa kekasihnya.

“Apa yang membuat pacarmu membutuhkan donor ginjal? Dan apa yang harus Ayah lakukan?”

“Luna mengidap gagal ginjal karena pengaruh pola hidupnya yang tidak sehat, juga alkohol. Kondisinya semakin parah di saat ia kembali meneguk minuman keras itu kembali saat mendatangi sebuah club malam.” Leonard memijit pelipisnya yang terasa pusing. “Leo tidak mengetahui cerita jelasnya seperti apa, hanya itu yang baru saja Leo ketahui tentang penyebab kondisi Luna yang kembali memburuk.”

“Baiklah, Ayah mengerti,” jawab Vino yang sejujurnya masih tidak paham mengenai alasan Leonard secara langsung tentang meminta bantuan donor ginjal itu. “Tapi kenapa kamu harus meminta bantuan Ayah? Pasti gadis itu memiliki orang tua, bukan? Suruh mereka saja yang mendonorkan ginjalnya.”

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang