48. Wanita Simpanan

4.1K 226 25
                                    

Gess ... Jangan lupa vote dan komentar di setiap paragraf.

Jangan lupa pula rekomendasikan cerita ini ke temen-temen kalian.

Revisi akan di adakan jika sudah tamat!

Happy Reading!

Mobil berwarna hitam legam membelahi jalanan kota Jakarta yang tengah diguyur hujan. Ia terus melaju dengan kecepatan sedang, hingga di mana jalanan mulai macet lantaran sebuah kecelakaan. Beberapa polisi sudah berkerumun memasang garis polisi di sana. Leonard penasaran dengan kecelakaan itu, tapi ia tak dapat melihat lantaran kerumunan orang. Alhasil, ia hanya bisa cuek dan fokus pada perjalanannya.

Tersita waktu 15 menit terjebak macet, akhirnya Leonard bisa bebas melajukan mobilnya ketika ia berbelok ke arah kiri memasuki area rumah sakit, di mana Luna di rawat. Leonard buru-buru turun, ia melebarkan langkahnya menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju kamar Luna. Baru saja Leonard membuka knop pintu itu dengan pelan, namun matanya harus disuguhkan dengan pemandangan yang ada di depannya.

Leonard urung memasuki kamar rawat Luna, ia memilih berdiam diri diambang pintu sembari mendengarkan percakapan mereka yang terdengar sangat mesra. Sayangnya, mereka sama sekali tak menyadari kehadiran Leonard saat ini yang tengah menahan kilat emosi yang terbakar membara.

“Mas minta maaf, Luna. Seharusnya saat itu Mas tidak mengajakmu ke club malam. Mas menyesal sekali. Gara-gara Mas, kondisi kamu jadi drof.”

Ya, saat itu, Luna dengan nekat memasuki club malam dan menghabiskan beberapa gelas alkohol bersama pria yang tengah duduk di kursi tunggu di sampingnya. Sejak saat itu, kondisi Luna benar-benar menurun drastis. Ia harus dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan intensif. Namun, tak ada yang mengetahui kalau dirinya pergi ke club malam bersama pria ini. Mereka hanya tahu bahwa Luna diajak ke club malam oleh Megi dan Farah. Tentu saja kalau alasan itu sebenarnya adalah bohong belaka.

Luna tersenyum samar. “Mas, tidak salah. Saat itu aku juga yang mau. Mas sudah banyak membantu aku. Mas selalu memenuhi kebutuhan aku.” Luna mengusap punggung tangan pria itu dengan lembut. “Lagi pula Mas tidak usah khawatir, sebentar lagi aku akan sembuh. Aku akan segera mendapatkan donor ginjal dari adikku.”

“Kamu serius? Adikmu sudah setuju untuk mendonorkan ginjalnya untuk kamu?”

“Mau tidak mau dia harus setuju, Mas. Karena sebentar lagi juga dia akan mati dengan penyakit leukimianya,” jawab Luna tersenyum miring.

“Mas sayang kamu, Luna. Mas tidak sabar melihat kamu cepat-cepat lulus sekolah. Setelah itu Mas akan segera menikahi kamu.” Pria itu mencium punggung tangan Luna dengan lembut.

Bruk!

“Ayah!” Leonard memasuki kamar rawat Luna dengan emosi yang menggebu. Luna dan Vino seketika terperanjat terkejut saat pintu ruangan dibuka dengan kasar.

“Le-Leonard ....” Vino beranjak berdiri. Wajahnya pucat saat ia didapati tengah menemui Luna. “A-ayah bisa jelaskan sama kamu. Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan.”

Kedua tangan Leonard mengepal kuat. “Cukup, Yah! Semuanya sudah jelas. Leonard denger semuanya, Yah!” seru Leonard emosi. “Jadi, selama ini Ayah berhubungan dengan Luna? Pacar Leo sendiri?”

“Le-Leo, ini tidak benar,” cicit Luna lemah, karena ia masih tak memiliki tenaga.

“Lalu, yang benar yang mana, hah?!” tanya Leonard yang semakin tidak bisa menahan emosinya. Ia menatap ke arah ayahnya dengan tatapan benci. “Selama ini bukan Bunda yang selingkuh, tapi Ayah?!”

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang