15. Belenggu Keluarga

2.2K 186 11
                                        

"Tak semua rumah memiliki keluarga yang hangat."

-Leonard Malvino-

Alunan melodi terdengar begitu merdu, mengayunkan setiap nada yang membuat siapa pun yang mendengarnya akan terbawa hanyut suasana. Seperti yang dirasakan oleh Restu saat ini. Kini pikirannya hanyut begitu jauh, memikirkan gadis yang akhir-akhir ini sering kali bertemu tanpa sengaja.

Gadis yang sangat sederhana, yang mampu menyembunyikan setiap luka dalam senyumannya. Suci Amara, namanya. Sosok gadis yang hebat, yang sebelumnya tak pernah Restu temui. Kekagumannya membuat Restu ingin menjadi pelindungnya. Namun sayang, Suci masih setia dengan kekasihnya yang sama sekali tak memiliki hati.

Cinta memang sangat lucu. Sering kali membutakan mata hati seseorang.

Apakah salah, jika Restu mencintai seseorang dalam waktu yang bisa dikatakan singkat? Restu sama sekali belum pernah merasakan jatuh hati, meski dengan Luna sekalipun. Selama hubungannya dengan Luna, hanya terasa hambar. Maklum saja, hubungannya hanya karena maksud dan tujuan tertentu.

Restu mencoba membuka room chatnya. Entah kenapa, hatinya tergerak untuk mengetahui kabar Suci. Ya, meskipun sepulang sekolah Restu tak sengaja bertemu dengannya.


Restu.
P

Suci Amara.
Assalamualaikum.

Restu.
Assalamualaikum. Maaf, gue lupa.
Lo lagi sibuk nggak? Keluar, yuk.

Suci Amara.
Wa'alaikum salam. Enggak juga, sih. Emangnya mau ke mana?

Restu.
Nanti juga lo tahu. Gue jemput lo sekarang.
Dan jangan lupa, share lok rumah lo.

Suci Amara.
Suci Amara membagikan lokasi.

Restu tersenyum. Ia meraih jaket kulitnya, dan juga kunci mobilnya. Restu tak sabar bertemu dengan gadis itu. Restu akan membawa Suci ke suatu tempat, yang ia yakini bahwa gadis itu akan menyukainya.

Sedangkan Suci sendiri. Ia mengulamkan senyumannya senang. Tapi tunggu, bukannya Suci sudah janji sama Leonard, bahwa ia tidak akan dekat-dekat dengan laki-laki lain?

"Aduh, gue lupa lagi. Gue, kan, udah janji sama Kak Leo. Tapi kalau gue bilang nggak jadi, Kak Restu udah otw ke sini." Suci menggigit bibir bawahnya. "Enggak papa, deh. Enggak enak juga, kan, kalau nggak jadi. Hmm ... kak Leo, maafin Suci, ya. Tapi Suci nggak selingkuh kok, tenang aja," monolognya.

Setelah berpikir, Suci langsung memakai jaket bomber berwarna merah maron, dengan celana jins panjang yang ia kenakan. Tak lupa, Suci selalu membawa slimbagnya kalau pergi ke mana-mana.

Saat Suci akan membuka pintu kamarnya, ia kembali terdiam dan berpikir sejenak. Bagaimana caranya ia bisa keluar tanpa amarah dari kedua orang tuanya? Ah, Suci benar-benar harus memutar otaknya sebisa mungkin. Hmm ... sepertinya Suci tahu.

Suci mencoba menemui kedua orang tuanya yang tengah melakukan makan malam di meja makan bersama Luna. Suci meneguk salivanya susah payah, takut jika orang tuanya tidak memberikan izin.

"Ayah, Bunda, maaf Suci ganggu makan malam kalian. Suci mau minta izin untuk keluar, mau cari warnet. Karena ada beberapa file yang harus Suci print. Boleh, kan?" tutur Suci begitu gugup.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang