Menemukan Yang Lebih Baik

1.7K 344 49
                                    

Seminggu. Sudah seminggu Naira berada di Bali bersama dengan para ipar-iparnya. Hari ini Naira pulang dan langsung dibawa ke rumah sang mertua. Naira terkejut saat melihat telinga Arman dijewer oleh sang ayah.

"Papi sudah bilang kan, kak. Jangan menyusul mereka ke Bali!" Ujar Alvaro.

Memang sih Arman datang di hari ke empat mereka di Bali. Natasha tertawa geli saat melihat Arman datang hanya dengan baju kerja yang menempel apik di badannya.

"Arman mana bisa dipisahkan dari Asha dan Albern, pi..." Ucap Arman membela diri.

Natasha terkekeh melihat suaminya masih dijewer oleh mertuanya. Sementara Ardan tengah sibuk menggendong kedua anak kembarnya dan menciumi pipi tembam kedua bayi itu. Maura juga sedang menggendong dan menciumi pipi putrinya. Naira jadi merasa bersalah. Karena dia, kedua iparnya harus seperti itu.

"Kak Arsen mana, pi?" Tanya Alesha menyadarkan Naira.

Arsen tidak ada. Entah pria itu tidak tahu atau tengah sibuk. Sedikit rasa nyeri di rongga dadanya dia rasakan.

"Sedang sibuk mungkin," Ujar Naira menjawab Alesha.

Kini tatapan mata semua orang terarah padanya. Naira hanya bisa tersenyum di depan mereka.

"Nai jangan pulang dulu. Disini saja temani papi dan Alesha," Ujar Alvaro membuat Naira mengangguk.

Akhirnya, Naira kembali melalaikan tugas sebagai istri dan melewati hari di rumah mertuanya. Naira merawat mertuanya dengan baik. Asupan makanan dan vitamin sang mertua, Naira yang menyiapkan dibantu oleh Alesha. Ponselnya disita sang adik ipar dan dia disibukan oleh adik ipar juga mertuanya. Terkadang dia dititipi bayi kembar Maura saat Maura ada urusan di kantor Ardan. Singkatnya, Naira tidak punya waktu untuk sejenak memikirkan keadaan Arsen dan hubungan mereka, berkat usaha keluarga suaminya ini.

Brakk!

Naira yang ada di dapur cukup terkejut sebelum dia melangkah keluar usai pamit dari kedua kakak iparnya.

"Naira!"

Suara Arsen masuk ke telinganya diiringi pelukan erat di badannya. Naira tidak sempat bertanya apapun.

"Kamu kenapa tidak pulang ke rumah? Kenapa tidak mengabariku saat sudah kembali dari Bali?"

"Kak..."

"Kenapa memilih tinggal di rumah papi? Pergi ke Bali pun tidak bilang padaku. Kalau bukan karena pemberitahuan dari bank aku tidak akan tahu kamu ada di Bali dan menggunakan kartuku. Apa masih kurang kamu bersenang-senang dengan kartuku sampai kamu masih belum mau pulang ke rumah?!"

"Arsen!!" Bentakan itu membuat Arsen terkejut.

'Apa yang baru aku katakan?' Batin Arsen bertanya saat Arsen melihat wajah ayah dan kedua kakak kembarnya sangat marah.

Arsen melirik Naira yang sejak tadi tidak berujar apapun. Naira terkaku di depannya. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri ada Lisa yang sama terkejutnya. Belum selesai disana, Arsen menutup sebelah matanya saat sebuah kartu atm terlempar dan mengenai sudut matanya.

"Kami yang memakainya! Kalau mau menyalahkan, salahkan kami saja!" Ujar Maura dengan tegas.

"A-Ai..." Arsen memanggil.

Saat dia ingin mendekat tangan Alesha lebih dulu memeluk Naira dan sedikit menarik mundur badan Naira.

"Alesha menyimpan ponsel Naira. Alesha yang tidak mengizinkan Naira menghubungi kakak. Lagi pula, untuk apa Naira menghubungi seseorang yang bahkan tidak sedikit pun mencoba menghubungi istrinya?"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang