Arsen memeriksa adik Naira dengan teliti. Semua hal dia perhatikan termasuk, asupan makanan dan hal lainnya. Permasalahan barunya adalah Arsen harus dengan cepat mencari donor yang pas bagi adik Naira. Kening Arseng berkerut memikirkan siapa donor yang sesuai untuk adik Naira.
Arsen melepas jas putihnya. Dia berdiri dan menghubungi kakak tertuanya. Beberapa kali gagal tersambung, akhirnya, pada panggilan kelima, panggilan itu terjawab.
"Aku mau minta tolong kak," ujar Arsen langsung.
"Hah?"
"Tolong minta teman kakak carikan donor ginjal. Aku akan kirimkan datanya,"
"Untuk siapa?"
"Adiknya Naira,"
"Okey. Akan aku carikan,"
"Thanks kak,"
Arsen baru mau menutup panggilan itu jika saja, kakaknya tidak memanggilnya.
"Kenapa kak?"
"Mencari donor urusan mudah. Tapi, kamu tahu kan, biayanya,"
"Aku tahu. Aku rasa aku yang akan menanggungnya,"
"Dia tidak akan mau. Mengingat sejak SMA saja dia sudah memilih kerja sambilan untuk menghidupi adik-adiknya,"
"Lalu, mau bagaimana lagi?"
"Kamu pikirkan saja caranya. Aku akan menghubungi temanku. Cepat kirimkan datanya,"
"Okey. Thanks kak,"
"Sama-sama,"
Arsen duduk di kursinya. Matanya terpejam memikirkan cara untuk mengatakan hal itu pada Naira. Arsen akui ucapan kakak tertuanya itu benar adanya. Naira akan menolak bantuannya. Pasti akan menolak bantuan darinya.
"Hhh..."
Arsen memutuskan berkeliling. Memang sudah waktunya memeriksa pasien. Arsen memeriksa setiap pasien dengan teliti. Dia menanggapi keluhan para pasiennya dengan baik. Kamar terakhir adalah kamar adiknya Naira.
"Di, kamu kembali saja. Berikan papannya pada saya," ujar dokter pada perawat yang menjadi asistennya.
Perawat itu menurut. Dia memberikan papan yang diatasnya berisi data Eren, adik Naira. Arsen tersenyum dan berterima kasih sebelum dia beranjak menuju kamar Eren.
"Permisi," ujar Arsen saat dia masuk ke kamar Eren.
Seperti dugaannya, ada Naira dan Lisa disana. Arsen tersenyum. Dia mendekati Eren dan menanyakan keadaan anak itu sambil memeriksa suhu badan dan tekanan darah anak itu.
"Jadi, bagaimana hari ini?" Tanya Arsen.
Eren tersenyum kecil saja.
"Nanti jam 1 diambil oleh suster, okey?" Ujar Arsen dan Eren mengangguk.
"Eren sudah makan malam?"
"Belum,"
Arsen berbalik dan menoleh ke arah Naira dan Lisa.
"Kalian juga belum makan, kan?"
Lisa mengangguk kecil.
"Kalian tidak ada alergi pada makanan tertentu, kan?"
"Tidak ada," jawab Lisa.
"Seingatku tidak ada," ujar Eren.
Arsen mengangguk. Dia pamit ke ruangannya dan kembali beberapa saat kemudian dengan plastik berisi makanan. Arsen meletakan makanan itu di meja kecil di dekat sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...