"Kak, Zack tidak mau turun?"
Arsen menggeleng kecil saat Alesha menanyainya. Saat dia dia berada di area parkir gereja. Zachary masih berada dalam gendongannya. Arsen pun masih menjawab beberapa pertanyaan yang terlempar dari sepupu jauh yang sanking jauhnya Arsen sampai tidak kenal dengan orang itu.
"Kenapa?" Tanya Alesha.
Arsen menggeleng lagi. Arsen rasa jika Alesha terus bertanya padanya, lehernya bisa sakit dan kepalanya akan menjadi pusing.
"Kak... Mau turun dulu untuk minum?" Tawar Arsen.
Bukan jawaban verbal yang Arsen dapat, melainkan remasan di bagian belakang jas-nya yang menguat yang Arsen dapatkan. Arsen paham Zachary tidak mau berada jauh darinya. Zachary sangat jarang bersikap seperti ini. Biasanya kalau Zachary bersikap seperti ini, itu artinya dia benar-benar takut, atau dia sedang sakit. Arsen sendiri heran dengan hal yang membuat Zachary sampai merasa takut seperti ini.
Arsen menepuk pelan punggung Zachary. Dia berusaha menenangkan Zachary. Arsen juga terus mengecupi pipi dan pelipis Zachary dengan sayang.
"Jadi, kalau kamu ada waktu luang, boleh tolong periksa kesehatan pamanmu ini?" Tanya salah satu kerabat Arsen.
"Akan aku usahakan,"
"Baiklah kalau begitu,"
"Rio, maafkan kami tidak hadir saat ayahmu meninggal,"
"Tentu. Tidak masalah. Setiap orang punya urusannya sendiri,"
"Wah, Rio sudah besar sekali sekarang. Dulu kamu sangat kecil saat aku berkunjung ke Jakarta,"
Arsen hanya tersenyum dan sedikit tertawa.
Beberapa orang sudah berlalu melewatinya, Arsen menunduk dan melihat Zachary sudah terlelap dalam gendongannya. Pelahan remasan tangan Zachary mengendur."Kamu kenapa, sayang? Kenapa seperti ini? Kamu takut pada apa, hm?" Gumam Arsen.
Arsen kembali menepuk pelan punggung Zachary saat tidur Zachary nampak terusik.
"Kak, aku kembali ke mansion duluan. Zack sudah tidur," Ujar Arsen berbisik pada Ardan.
Ardan mengangguk. Arsen juga pamit pulang lebih dahulu pada pamannya dan juga Lotta. Arsen mengajak istri juga anak-anaknya pulang. Perjalanan pulang diisi keheningan lantaran Vincent dan Xaferius tahu kakak mereka sedang terlelap.
"Apa Zack sakit?" Tanya Naira.
Arsen menggeleng. Dia tidak tahu kenapa Zachary seperti ini. Tiba-tiba saja menghampiri dan memeluk erat dirinya. Tidak mau terlepas dari gendongan Arsen. Entah apa yang terjadi pada Zachary sebenarnya.
"Mungkin kakak gugup, pa," Ujar Vincent.
"Hm? Memangnya kakak bilang apa padamu dek?"
"Tadi sebelum kami berbaris di depan aunty Lotta, kakak bilang dia takut melakukan kesalahan. Pernikahan aunty Lotta, kan acara penting. Lalu, kakak juga sempat bilang ada yang memperhatikan kakak,"
"Memperhatikan?"
Vincent mengangguk mantap. Arsen mengusap rambut Vincent. Berterima kasih pada Vincent sebelum dia menunduk untuk menatap Zachary yang terlelap di pangkuannya dengan nyaman. Arsen mengantar Vincent ke kamarnya. Xaferius memutuskan untuk menemani Vincent tidur di kamar anak itu, Naira pun memilih menemani Vincent dan Xaferius. Arsen mengantar Zachary ke kamar. Dia mendudukan diri di ranjang besar yang Zachary tempati semalam. Di pangkuannya Zachary masih terlelap tanpa terusik sedikit pun.
Arsen melepaskan sepatu dan kaus kaki yang Zachary pakai. Dia juga melepaskan jas yang dipakai Zachary sebelum dia membaringkan Zachary di atas ranjang. Arsen berjalan ke walk-in closet yang ada di kamar itu. Dia mengambil satu set pakaian santai yang biasa Zachary pakai di rumah. Arsen membawa pakaian itu dan meletakannya di dekat kaki Zachary. Arsen kemudian pergi ke kamar mandi dan membasahi handuk kecil dengan air. Lalu, dia kembali ke sisi Zachary.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...