Arsen sedang memandangi wajah Naira saat ponselnya bergetar beberapa kali. Arsen melepaskan pelukannya dengan perlahan. Dia bangkit dari ranjang dan segera mengambil ponselnya di nakas. Sebuah pesan masuk dari ayahnya.
"Turun?" Tanya Arsen bingung.
Arsen turun ke bawah sesuai permintaan sang ayah. Begitu dia sampai di bawah, dia dihadapkan dengan Alesha dan juga sang ayah yang sudah menunggunya. Bahkan ada Ardan dan Arman disana.
"Kapan kalian datang?"
"Jam sembilan tadi. Kami bahkan membawa istri dan anak kami kesini," Ujar Arman.
Arsen mengangguk. Dia lalu menoleh ke arah ayahnya.
"Ada apa, pi?" Tanyanya.
Alvaro tidak menjawab apapun. Arsen malah dibuat kaget dengan kakak sulungnya yang tiba-tiba menyodorkan sepatu lari ke arahnya.
"Ini untuk apa, kak?" Tanya Arsen pada Ardan.
"Pakai," Ujar Alvaro.
"Hah?"
"Pakai sepatunya Arsen,"
Tanpa disuruh tiga kali, Arsen langsung memakai sepatu lari itu. Sepatu yang masih baru.
"Lari,"
Mata Arsen sedikit melebar saat mendengar ucapan ayahnya.
"Lari?"
"Iya. Lari memutari gang blok ini sebanyak 10 putaran,"
"Pi..."
"Lari sekarang Arsen!"
Arsen menurut. Dia berlari mengitari bloknya yang itu artinya dia harus melewati gang sebelah. Ditambah lagi ukuran rumah di blok tempat sang ayah tinggal lumayan besar. 10x20 adalah ukuran rumah di blok tempat Arsen tinggal belum termasuk dengan total luas pekarangan sebesar 5 meter. Plus satu gang bisa diisi 30 rumah. Bayangkan betapa jauhnya Arsen harus berlari. Arsen bahkan harus berlari tanpa suara mengingat ini sudah tengah malam.
Sepuluh menit Arsen baru menghabiskan dua putaran. Saat dia sampai di depan rumahnya sang ayah menyuruhnya untuk lebih cepat lagi. Arsen mau menangis rasanya. Dia seperti sedang dilatih militer oleh sang ayah.
"Pi... Itu kak Arsen sudah kembali," Ujar Alesha.
Arsen berhenti dan mengambil napas dengan rakusnya. Baju yang dia pakai sudah basah kuyup lantaran dia berlari selama empat puluh lima menit. Belum juga Arsen sempat minum, Alvaro sudah menyuruh Arsen untuk push up sebanyak 100 kali. Dihitung oleh Arman melalui alat penghitung. Selesai push-up, sang ayah menyuruhnya squat jump sebanyak 50 kali. Arsen menatap ayahnya dengan tidak percaya. Dia benar-benar mau menangis saja rasanya.
"Pi... Arsen minta maaf," Ujar Arsen dengan napas yang tidak teratur karena lelah.
"Pi... Please.. Maafin Arsen, ya?" Pinta Arsen lagi.
Arsen bukannya tidak tahu kalau sang ayah sedang menghukumnya. Dia juga sadar dia sangat salah dan sangat bodoh. Hanya badannya benar-benar lelah.
"Pi..."
Alvaro menghela kecil. Dia menyuruh Arsen berhenti tepat di lompatan ke 36. Arsen langsung duduk di atas aspal. Arsen menarik napasnya dalam-dalam. Menghirup oksigen dengan rakus. Ardan dan Arman menggelengkan kepalanya. Beruntung mereka tidak pernah berdebat dengan istri mereka. Jika tidak mereka akan mengalami hal seperti Arsen.
"Kalau lain kali Naira seperti tadi lagi, hukumannya bertambah dua kali lipat, Arsen. Tidak akan ada dispensasi seperti hari ini. Okay?" Ujar Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...