Ancaman Arsen

5.2K 505 14
                                    

Beberapa hari berlalu sejak Naira dirawat di rumah sakit. Dengan segala perdebatan dan rengekkan Naira, akhirnya hari ini Naira diizinkan pulang ke rumahnya. Naira bahkan mengabaikan raut tidak bersahabat yang dikeluarkan oleh kekasihnya itu. Walau akhirnya dia agak tidak nyaman dengan aura yang keluarkan oleh kekasihnya.

"Kak..."

Arsen diam.

"Kakak..."

Tetap hening tidak ada jawaban. Naira akhirnya memilih menjadi manja. Setelah dia tahu kalau dengan menjadi manja Arsen akan luluh padanya, dia akan menjadikan manja sebagai alat melawan kekeras kepalaan Arsen. Naira menarik lengan kanan Arsen. Dia kemudian mengusapkan hidungnya ke lengan atas Arsen. Perbuatannya membuat Angga dan supir Arsen terkejut juga membatin dalam hati tentang bagaimana menggemaskannya kekasih boss mereka itu.

"Kakak...." panggil Naira lagi.

Arsen menoleh ke arah Naira dan menundukkan kepalanya. Naira segera mengangkat kepalanya hingga wajahnya kini berhadapan dengan wajah Arsen.

"Jangan marah lagi!" Pinta Naira.

"Ya? Ya?" Naira merengek.

Arsen menghembuskan napasnya. Dia melepaskan tangan Naira dari lengannya dan kini kedua tangannya malah mengangkat pinggang Naira hingga gadis itu duduk di atas pangkuannya.

"Aku benar-benar tidak bisa menang melawanmu, sayang," ujar Arsen sambil mencium kening Naira.

"Maafkan aku. Aku hanya tidak betah disana," ujar Naira.

Arsen mengusap batang hidung naira dengan jari telunjuknya yang sedikit ia tekuk. Hal itu membuat Naira tersenyum. Dia tahu Arsen sudah tidak marah padanya. Hal yang baru saja Arsen lakukan adalah buktinya. Naira memeluk leher Arsen dan menyandarkan dagunya di bahu Arsen.

"Jangan marah lagi!" Pinta Naira lagi.

Arsen memeluk erat badan ramping itu.

"Mana bisa aku marah kalau kamu semenggemaskan ini?"

Naira terkekeh. Arsen mengusap punggung Naira hingga gadis itu mengantuk. Memang sebelum pulang tadi, Naira sempat meminum obatnya. Jadi, sekarang dia mulai mengantuk. Ditambah lagi elusan di punggungnya dan gumaman Arsen yang seperti sengaja untuk membuatnya terlelap.

"Angga. Apa orang yang mengintai rumah Naira sudah berhenti?" Tanya Arsen saat Naira sudah telelap pulas.

"Dia masih datang, tuan. Namun, tidak sering. Sepertinya dia tahu kita menjaga rumah nona,"

"Siapa orang itu?"

"Seperti dugaan anda, tuan. Itu anak dokter Tomo. Apa anda mau kami menangkapnya?"

"Kumpulkan saja buktinya dulu. Nanti akan aku putuskan mau diapakan orang itu,"

"Baik tuan. Saya mengerti,"

Arsen menggendong Naira ke dalam rumah. Dia menemani Naira sebentar di kamar anak itu sebelum dia turun dan berbincang bersama dua adik Naira. Bahkan Arsen membantu kedua anak itu mengerjakan pekerjaan rumah mereka.

"Kak... kakak tuh pinter banget sih. Aku aja nggam ngerti-ngerti pelajaran ini," ujar Lisa pada Arsen.

Arsen tersenyum dia mengacak rambut Lisa dengan gemas.

"Kakak tidak pandai. Hanya sering membaca buku dan mencoba-coba melakukannya seperti yang di buku,"

Lisa mengangguk. Eren kemudian mengambil ponselnya. Dia mengirimkan sesuatu pada Arsen dan membuat Arsen membelalakkan matanya.

 Dia mengirimkan sesuatu pada Arsen dan membuat Arsen membelalakkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang