Agatha terdiam kala ditatap oleh keluarganya. Dia tidak menyangka Arsen akan mengetahui sebanyak itu dan membeberkannya di depan keluarga mereka. Jika Agatha tahu, dia tidak akan mengusik Naira.
"Agatha, apa yang dikatakan Arsen benar?" Tanya Varrell.
Agatha meneguk ludahnya. Dia merasa terdesak. Agatha tidak tahu harus menjawab apa.
"Jawab Agatha!" Bentak Varrel.
Agatha menunduk. Alvaro berdiri menyandar pada plastik bening yang seperti kaca itu. Dia mendengarkan hal yang diributkan oleh Varrel dan juga Alexander saat ini tapi, dia juga sedang memperhatikan kondisi anak ketiganya dan mencoba mencerna ucapan putranya tadi.
"Bunda, bunda benar mengatakan itu pada Alle?" Tanya Alexander.
Varrel terduduk dan menghembuskan napas keras. Puluhan tahu bersama istrinya membuat dia tahu tabiat dan kelakuan istrinya. Dia tahu kalau apa yang cucunya katakan adalah kenyataan.
"Bagaimana bisa kamu melakukan itu? Allecia anak kita juga. Anak kamu! Bukan anak dari perempuan lain yang aku bawa pulang! Bukan pula anak hasil perkosaan! Bagaimana bisa kamu memperlakukan Allecia seperti itu?" Ujar Varrel frustasi.
Dia benar-benar merasa bersalah pada putrinya. Dia tidak pernah membahagiakan anak itu dan malah menerima kebaikan dari putrinya yang menyelamatkan nyawanya.
"Apa otak dan pikiran kamu hanya di penuhi Alexis? Apa kamu lupa kalau bukan hanya Alexis tapi Allecia juga anak yang kamu lahirkan dengan susah payah?" Tanya Varrel lagi.
"Kamu membuatku menanggung dosa besar, Agatha!" Ujar Varrel kesal.
Agatha menunduk saja. Alvaro tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Dia terlalu kaget dengan kenyataan kalau kematian istrinya bercampur tangan dengan ibu mertuanya.
"Varo," panggilan itu membuat Alvaro mengalihkan tatapannya.
"Bagaimana?" Tanya Alvaro.
"Kau ingat, kan aku pernah bilang putramu itu sebenarnya trauma pada sesuatu?" Tanya Romeo atau Joshua.
Alvaro mengangguk.
"Apa kau sudah menemukan pada apa putramu trauma?" Tanya Joshua lagi.
Alvaro mengangguk lagi. Kini tatapan matanya mengarah pada Agatha.
"Pada bunda?" Tanya Joshua meyakinkan diri.
"Hn. Dia membuat Arsen trauma. Dulu, saat kamu memeriksanya itu tepat saat dia datang ke rumah sehari setelah Allecia dimakamkan,"
Joshua menghampiri ibu mertuanya. Dia berlutut di depan ibu mertuanya.
"Boleh Joshua tahu apa yang bunda katakan padanya? Atau hal apa yang membuat Arsen begitu trauma pada bunda?" Tanya Joshua.
Dengan berat hati, Agatha membongkar tentang hari itu.
Jakarta, 24 tahun lalu,
"Mami,"
"Hm?"
"Arsen mau ke kamar mandi,"
"Kenapa tidak ke kamar mandi di kamarmu saja, dek?"
"Dipakai kakak. Yang di luar dipakai kak Ardan,"
Allecia tersenyum. Dia mengusap rambut putranya dan mengangguk. Arsen langsung melesat menuju kamar mandi di kamar orang tuanya. Tak lama setelah itu, pembantu rumah tangga di rumah Alvaro mengatakan Agatha mau bertemu. Arsen yang baru mau keluar dari kamar mandi akhirnya tidak jadi keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...