Special Chapter #4

1.1K 190 7
                                    

"Kakak!"

Pekikkan itu membuat Aaric tersenyum. Senyum lepas yang baru Aaric tunjukan hari ini. Kemarin malam setelah pesta, saudara-saudara Aaric menginap di mansion Kenneth, beserta dengan ayah, ibu, juga istri atau suami mereka. Aaric sendiri langsung pamit ke kamarnya dan tidak lagi keluar kamar setelah pesta. Pagi ini saat mereka akan sarapan, Aaric hanya menyapa Axeon juga ibu sambungnya. Pekikkan Evony membuat Aaric tersenyum lepas dan dia segera mendudukan Evony di pangkuannya.

"Guten morgen, Princess. Apa mimpimu indah semalam?" Tanya Aaric.

Para saudaranya tidak mengerti dengan bahasa Jerman. Berbeda dengan Aaric yang sudah menguasainya sejak usianya sembilan tahun. Namun, saudara-saudara Aaric tahu kalau Aaric sangat hangat dan lembut pada Evony.

"Evony, jangan duduk disana, nak! Sini duduk di kursimu," Ucap Greta pada Evony.

"Tidak apa, mutter. Biarkan princess duduk disini,"

"Nanti kamu repot, nak. Lagi pula, Evony kalau makan masih berantakan,"

"Tidak apa, mutter,"

Greta nampak ragu namun, pada akhirnya Greta mengangguk.

"Zachary," Panggilan dari suara lembut itu membuat tangan Aaric terhenti.

Aaric tahu sosok yang sangat sering dia impikan itu pasti ikut datang juga ke Jerman. Ibunya yang juga merupakan salah satu nyonya Dimitra, Naira.  Aaric baru mau menjawab jika saja, suara Evony tidak lebih dulu terdengar.

"Zachary itu siapa, kak?" Tanya Evony pada Aaric.

Aaric meneguk ludahnya. Greta menatap ke arah Axeon.

"Zachary itu nama kakakmu, nak. Apa kamu tidak tahu?" Tanya Naira mengingat tadi Evony bertanya dalam bahasa inggris.

"Hm? Tapi nama kakak adalah Aaric, aunty. Bukan Zachary,"

Jawaban Evony membuat Naira tersentak. Saat itu Naira bertemu tatap dengan Aaric. Aaric sendiri langsung menundukkan kepalanya. Dia memilih menyuapi Evony dengan sayang. Aaric menyelesaikan sarapannya dan Evony lebih dulu. Aaric bahkan membawa Evony bersamanya ke kamarnya.

"Evony main disini dulu, ya. Kakak mau mengganti pakaian dulu,"

Evony mengangguk. Dia duduk di ranjang besar milik sang kakak. Tangan Evony memainkan ujung bantal milik Aaric. Bosan bermain, Evony turun dari ranjang Aaric. Dia berjalan keluar dan bersenandung kecil. Sementara Aaric yang baru selesai berganti pakaian dibuat terkejut dengan menghilangnya Evony dari kamarnya.

Aaric berlari keluar. Dia melangkah ke kamar Evony yang bersebelahan dengan kamarnya. Evony tidak ada disana. Aaric langsung berjalan menuju kamar Axeon. Berharap menemukab Evony disana. Yang Aaric temukan hanya pintu yang terkunci. Jelas, Axeon dan Greta tidak ada di dalam apalagi Evony.

"Apa kau melihat Evony?" Tanya Aaric pada salah satu pelayan yang lewat di lorong.

"Nona sedang di taman, tuan muda. Tadi nona diajak oleh saudara sepupu anda untuk bermain di taman,"

"Terima kasih,"

Aaric bergegas menuju ke taman belakang. Dia melihat Nia dan Ella sedang tertawa bersama Evony. Disana juga ada sepupu-sepupunya yang lain. Termasuk Vincent dan Xaferius. Aaric memanggil salah satu pelayan dan bodyguard di mansion.

"Tolong jaga Evony. Kalau dia sudah lelah bermain, ajak dia ke kamarnya untuk tidur. Kalau guru private-nya sudah datang, bawa saja guru private-nya ke perpustakaan lebih dulu dan tunggu sampai Evony bangun dengan sendirinya. Jangan berani-berani membangunkannya!" Titah Aaric.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang