Tunggu Aku!

1.7K 329 46
                                    

"Sekarang bagaimana?"

Pertanyaan itu membuat kepala Arsen semakin sakit saja. Arsen sudah cukup pusing dengan keadaan rumah tangganya. Istrinya tiba-tiba menghilang dan belum ditemukan sama sekali. Sementara dia sudah mencarinya kemana pun. Termasuk pula adik iparnya yang baru dia tahu tidak ada di Paris. Arsen seperti orang bodoh yang langsung terbang ke Paris untuk mencari istrinya dan malah menemukan kenyataan baru kalau adik iparnya tidak pernah menjadi mahasiswa di salah satu universitas disana.

Mencari Naira selama dua minggu tanpa hasil sudah cukup membuat kepalanya sakit. Lalu, sekarang sang kakak malah bertanya padanya? Hebat sekali. Alih-alih membantu mencari, mereka malah balik bertanya padanya.

"Arsen," Panggilan itu membuat kepala Arsen terangkat.

Di depannya ada sang ayah yang baru keluar dari kamarnya dan duduk di salah satu sofa. Memang Arsen sedang ada di rumah ayahnya saat ini.

"Masih tidak mau bicara pada papi dan saudara-saudaramu?"

"Maksud papi apa?"

Arsen mendengar dengusan Arman.

"Mengataiku bodoh sendirinya juga bodoh," Ejek Arman.

Arsen ingin membalas ucapan kakaknya itu jika dia tidak sedang kehabisan tenaga. Serius, dua minggu tanpa Naira kehidupan Arsen hampa. Arsen sampai menjadi orang linglung. Tidak tahu harus berbuat apa. Semua terasa berat untuknya. Helaan napas Arsen dengar. Arsen menundukkan kepalanya menatap ponsel di tangannya tanpa niat mengangkat panggilan masuk di ponselnya itu.

"Pasien tercintamu itu sedang menghubungimu. Kau tidak angkat? Tumben sekali. Tidak takut pasien tercintamu itu mati?" Sindir Arman.

"Arsen, kamu masih berhubungan dengan pasienmu itu? Bukankah dia sudah sehat?" Tanya Alvaro.

Arsen tidak menjawab. Alvaro jadi gemas sendiri.

"Arsen, papi tanya sama kamu,"

Arsen tidak menyahut. Hanya diam di tempatnya duduk dengan kepala tertunduk.

"Siapa perempuan itu sebelum statusnya menjadi hanya pasien di rumah sakit kamu?"

Badan Arsen tersentak. Ardan, Arman, dan Alesha melihat itu. Bahkan kedua ipar Arsen juga melihatnya. Mereka menerka-nerka. Siapa perempuan itu dan apa statusnya sampai Arsen bisa menomor duakan Naira?

"Apa statusnya dulu sebelum dia menjadi pasienmu? Apa statusnya lebih tinggi dari Naira di hati kamu? Kenapa kamu memilih dia dibanding Naira dan memilih memakai kata tanggung jawab untuk menemuinya?"

Alvaro seperti sedang menyenggol Arsen. Alvaro dan anak-anaknya memang penasaran dengan perempuan yang berstatus pasien Arsen itu. Arsen berubah karena kemunculan perempuan itu.

"Dia memang tanggung jawab Arsen, pi,"

"Tanggung jawab kamu dalam artian apa?"

Arsen terdiam.

"Kamu pernah "ONS" dengannya sebelum menikah dengan Naira?" Tanya Alvaro tanpa basa-basi.

Bahkan Ardan dan Arman terkejut dengan pertanyaan sang ayah yang agak vulgar itu. Arsen mengangkat kepalanya dan menggeleng dengan cepat.

"Tidak, pi. Bukan begitu,"

"Lantas?"

"Lima tahun lalu, Arsen berteman dengan seseorang. Dia bisa dibilang sahabat dekat Arsen,"

Alvaro diam dan menatap Arsen. Meminta anak itu melanjutkan ucapannya.

"Hanya dia yang tahu sisi gelap Arsen. Dia juga yang membantu Arsen menghilangkan sisi gelap Arsen itu,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang