Arsen menatap malas keberadaan sosok di depannya. Sosok yang sangat amat teramat dia hindari. Baru saja dia mau kembali melangkah ke bangsal khusus anak, dia sudah dihentikan di tengah jalan.
"Siang dokter Tomo," sapa Arsen pada dokter yang lebih tua dari dirinya dan mungkin lebih tua dari ayahnya.
"Siang dokter Rio,"
Arsen melangkahkan kakinya namun, dirinya dipanggil oleh dokter itu.
"Ada apa ya?"
"Itu... dokter Rio, anda bisa-"
"Ah!" Arsen memekik.
"Saya lupa ada janji dengan pasien di bangsal anak. Saya permisi dulu," sambung Arsen.
Arsen melangkahkan kakinya dengan cepat menuju bangsal anak. Dia memeriksa anak-anak yang dirawat disana. Tidak semua, hanya anak yang berada di bawah pengawasannya saja.
"Siang semuanya," sapa Arsen.
"Om dokter datang!" Anak-anak itu menjerit bersamaan.
Arsen memang terkenal ramah dan cepat bergaul dengan pasien-nya terutama anak-anak. Arsen terkekeh geli melihat anak-anak itu begitu menggemaskan. Arsen segera memeriksa dan mencatat keadaan anak-anak itu. Semua dia catat dengan baik. Arsen juga memberikan beberapa gantungan kunci berbentuk boneka dan bola untuk anak-anak itu.
"Jangan lupa minum obat-nya!" Pesan Arsen pada anak-anak itu.
Arsen pamit dan segera menuju ke kamar lainnya. Memeriksa pasien-pasien di bawah pengawasannya dengan teliti. Dia ingat hari ini Naira mau datang mengunjunginya. Dia pun memang hanya ada jadwal sampai jam tiga nanti. Setelah semua selesai, Arsen berjalan kembali ke ruangannya. Dia melirik arlojinya.
"Baru jam dua kurang. Ai sudah sampai belum, ya?"
Gumaman Arsen terjawab saat dia melihat Naira berdiri di tak jauh darinya. Di depan Naira ada sosok perempuan dan beberapa orang yang seperti hendak menuding Naira. Meski raut wajah Naira sangat tenang, Arsen yakin Naira pasti takut juga.
"Ada apa ini?" Tanya Arsen.
Tangan kanannya langsung meraih pinggang Naira dan menarik pelan gadis itu agar mendekat ke arahnya. Arsen memeluk pinggang sempit berperut ramping itu dengan erat.
"Re, ada apa?" Tanya Arsen pada Reyhan teman seprofesinya.
"Dia menamparku!" Ujar perempuan yang berdiri tak jauh dari-nya dan Naira.
Sebelah alis Arsen naik. Dia tidak yakin dengan ucapan perempuan di depannya.
"Tidak hanya itu, dia juga menarik lenganku dan menjambak-ku,"
"Nak Rio... saya tidak terima kalau anak saya diperlakukan begitu! Wanita itu harus menanggu akibat dari perbuatannya!"
Tangan dokter itu terulur ke arah Naira dan Arsen langsung menghalanginya dengan papan yang sedari tadi dia bawa di tangan kirinya.
"Dokter Arsen! Kenapa anda malah melindunginya?! Dia melukai saya!"
Arsen masih diam. Dia mendengar bisik-bisik dari beberapa suster juga pasien di sekitarnya. Arsen memiringkan sedikit kepalanya.
"Sudah?" Tanya Arsen dengan santai.
Naira langsung mendongak ke arah Arsen. Sementara orang-orang di sekitarnya justru tercengang dengan ucapan Arsen yang kelewat santai itu.
"Ap-apa?" Ujar perempuan di depan Arsen.
"Saya sedang bertanya, apa anda sudah selesai mengeluarkan cerita picisan anda itu?" Ujar Arsen masih dengan nada santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...