"Papa..."
Arsen menoleh saat mendengar suara yang sangat dia kenal dengan baik. Saat dia berbalik dia langsung mendapatkan terjangan dari sosok yang sangat dia sayangi.
"Kak... Jangan melompat seperti itu! Itu berbahaya," Ucap Arsen.
Tangan kanan Arsen mengusap punggung sosok di dalam gendongannya dengan sayang. Dia memang menegur sosok itu tapi, rasa sayangnya pada sosok itu tidak akan bisa dikatakan dengan kata-kata.
"Eh... Ada Zachary," Ujar Alika yang baru saja kembali dari ruang perawat.
"Halo tante," Sapa sosok dalam gendongan Arsen yang tak lain adalah putra sulung Arsen.
"Papa mau tugas?" Tanya Zachary.
Arsen menggeleng kecil.
"Papa baru selesai dan kakak langsung melompat ke gedongan papa,"
Zachary mengeratkan pelukannya, membuat Arsen membenarkan sedikit gendongannya agar putra sulungnya lebih nyaman dan aman.
"Kakak kesini sendiri?" Tanya Arsen.
"Iya. Tadi aku mau kesini sama mama. Tapi, Vincent dan Xafe tidak mau ikut. Jadi, mama mau mengantar mereka dulu,"
"Mengantar? Mengantar kemana?"
"Ke tempat om Arman. Vincent dan Xafe mau main dengan kak Albern, juga Alden dan Alvian,"
Arsen mengangguk. Dia menggendong Zachary menuju ke ruangannya. Beberapa orang yang lalu lalang menatap ke arahnya dengan penuh kekaguman. Zachary sampai risih. Walaupun dia juga kedua adiknya sering datang ke rumah sakit tempat sang ayah bekerja tapi, dia tidak pernah terbiasa dengan tatapan para perawat dan staff yang menurutnya seperti mau memakannya.
"Kak,"
"Iya pa?"
"Bagaimana sekolah kakak hari ini?"
"Tidak menyenangkan,"
"Kenapa begitu?"
Zachary mengeratkan pegangannya.
"Kak?"
"Ada yang bilang kalau aku tidak mirip dengan Vincent dan Xafe. Padahal kan, aku kakak mereka. Mereka dan aku pasti mirip,"
Arsen cukup terkejut mendengar ucapan Zachary. Arsen akan datang ke sekolah Zachary besok. Dia mau memastikan anak-anak itu tidak lagi mengganggu Zachary.
"Oh, iya, pa,"
"Hm?"
"Nilai bahasa inggris-ku tadi 100,"
"Nilai apa?"
"Itu, karangan yang kemarin guru bahasa inggris-ku suruh,"
"Ah... Iya... Papa lupa, maaf,"
Zachary menggeleng kecil.
"Tidak apa. Papa kan membantu banyak orang. Jadi, pasti akan ada satu atau beberapa hal yang papa lupa,"
"Anak papa pengertian sekali,"
Arsen mendengarkan cerita keseharian putranya di sekolah. Mulai dari pelajaran, nilai, tugas, bahkan permainan apa yang putranya mainkan saat jam istirahat.
"Pa..."
"Iya, kak?"
"Ada pertemuan orang tua hari jumat nanti,"
"Apa gurumu sudah membagikan surat undangan?"
Zachary mengangguk.
"Nanti pulang akan papa lihat. Papa dan mama akan datang. Bisa beritahu papa tentang apa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...