"Eh, kenapa sayang?" Tanya Arsen saat tiba-tiba Naira merangsek masuk ke dalam pelukannya. Seperti hendak bersembunyi.
"Itu, ada dia,"
"Dia?"
"Itu di belakangmu," cicit Naira.
Arsen berbalik dan tahu siapa "dia" yang dimaksud oleh Naira. Arsen menarik badan Naira agar berada di belakangang punggungnya. Senyum Arsen keluar saat melihat orang itu terkejut dan mengkeret ketakutan kala beradu tatap dengan Arsen. Bagi semua orang yang pernah berurusan dengan Arsen, senyuman ditambah sorot mata Arsen saat ini pasti akan dikatakan menyeramkan.
Arsen melihat pria kekar di samping orang itu. Dia kenal pria itu. Sangat kenal. Jadi, Arsen memilih memasukkan Naira ke dalam mobilnya lebih dulu. Angga akan menjaga Naira dengan aman. Lalu, Arsen menyusul dua orang itu.
"Itu..." ujar pria berbadan kekar pada suster di meja pendaftaran.
"Mela," panggil Arsen.
"Dia kenalan saya. Biar saya yang memeriksa dia," ujar Arsen
Sungguh Arsen ingin tertawa puas saat ini. Melihat bagaimana badan orang itu gemetaran saat menatapnya. Arsen memakai jas putihnya kembali dan dia mendekati dua orang itu.
"Tenang saja. Kalau sudah memakai jas ini, aku terikat janji dan sumpahku. Aku tidak bisa macam-macam padamu," ujar Arsen.
Pria kekar itu menatap Arsen seperti tidak percaya. Tapi, tetap mengizinkan karena hanya Arsen saja yang bisa membantu mereka saat ini.
"Jadi, senang dengan mainan barumu, Carlo?" Tanya Arsen pada pria kekar itu dengan bahasa inggrisnya yang sangat fasih.
Carlo Ivanders Banderas. Seorang pengusaha kaya di Mexico. Tentu saja kekayaannya termasuk dengan bisnis ilegal yang dia punya. Dia berada di Indonesia, tentu saja membuat Arsen sempat terkejut. Tapi, saat melihat sosok yang dia bawa, Arsen tidak lagi kaget.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Carlo tanpa menjawab Arsen.
"Demam, 37,8 celcius. Apa yang kau lakukan padanya?" Tanya Arsen pura-pura. Padahal, Arsen tahu dengan jelas apa yang Carlo lakukan.
Arsen bahkan bisa melihat dari cara sosok itu berjalan.
"Kau membuang identitasnya dan menelantarkan dia di tempatku begitu saja. Dia bahkan tidak berani mengatakan apapun," ujar Carlo.
Arsen menatap Carlo dan menatap sosok itu.
"Carlo, kau... apa dia tinggal denganmu sekarang?"
Carlo mengangguk.
"Dia sudah fixed menjadi sepertimu, kan?"
"Entah. Tanya saja padanya,"
Arsen melirik sosok itu.
"Jujur saja, untuk dia aku baru mendapat kasus seperti ini," ujar Carlo.
"Maksudmu?"
"Kebanyakan "penghibur" di tempatku walau gay sekali pun tidak ada yang seperti dia. Dia sepertinya bukan gay tapi, tidak memiliki you know what I mean... Kesalahan sebesar apa yang dia lakukan sampai kau mengirimnya ke bar pelacuran milikku di Thailand?"
"Kau tidak pernah bertanya padanya?"
"Tidakkah kau lihat bagaimana dia saat melihatmu? Jujur saja menyebut namamu seperti taboo untuknya,"
Arsen terkekeh. Dia memberikan resep pada Carlo.
"Saat ini kau hanya harus menjadikannya sepertimu atau kau bisa membuangnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Ficção AdolescenteDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...