Arsen menoleh saat bahunya ditepuk ringan. Senyuman khas dari seorang Gio Armano Arsen dapatkan. Senyuman mengejek yang sering sekali sang kakak tujukan padanya.
"Kau tidak pernah mengikuti rapat komite sekolah sebelumnya, apa tidak salah kau tiba-tiba meminta kepada kepala sekolah untuk mengadakan rapat komite?"
Arsen mendengkus saat mendengar ucapan sang kakak. Arsen tidak menjawab pertanyaan kakak kembarnya itu. Dia menyingkirkan tangan Arman dari bahunya dan berjalan santai memasuki gedung sekolah. Memang Arsen langsung menerima surat undangan rapat dari kepala sekolah. Undangan itu sampai pada Naira sehari setelah masalah kecil yahg menyangkut Zachary terjadi.
Arsen memasuki ruang aula yang dijadikan tempat rapat. Mata Arsen menatap ke arah beberapa orang tua yang Arsen kenal baik. Salah satunya adalah ketiga orang yang ada bersamanya di ruang kesiswaan. Arsen duduk di kursi yang memang sudah disediakan untuknya.
"Berhubung para peserta rapat sudah sepenuhnya datang, mari kita mulai rapat ini," Ucap sang kepala sekolah.
"Jadi, belum lama ini, bapak Rio meminta agar rapat ini digelar. Beliau ingin menyampaikan beberapa masukan," Ucap sang kepala sekolah.
"Silahkan, pak," Sang kepala sekolah mempersilahkan Arsen berujar.
Arsen tidak berniat untuk berujar apapun sebenarnya. Dia hanya ingin mengeluarkan semua guru di sekolah dan menggantinya dengan yang baru. Semudah itu.
"Sebenarnya, tidak ada yang ingin saya sampaikan. Kecuali, saya ingin semua guru di sekolah ini diberhentikan dan digantikan dengan yang baru,"
Ucapan Arsen mengejutkan semua peserta rapat. Termasuk juga kedua kakak kembarnya dan Alesha.
"Maaf, pak. Saya rasa hal itu tidak mungkin, pak. Selain itu boleh saya tahu apa alasannya?"
"Hanya ada satu alasan dan itu adalah tentang moral. Saya rasa bermula sejak bapak Thomas menjabat disini. Sejak saat itu hampir semua guru disini selalu mementingkan materi dibandingkan dengan moral,"
Arsen meminta Angga membagikan beberapa lembar kertas ke masing-masing peserta rapat.
"Disana tercatat beberapa pengakuan dari orang tua murid di sekolah ini. Beberapa dari mereka terpaksa membiarkan anak mereka menjadi korban bullying karena mereka ingin anak mereka lulus dari sekolah yang ternama. Yang lebih mengejutkan lagi, ketika semua pelaku bully selalu berputar pada orang yang sama,"
"Putra saya adalah satu dari sekian siswa yang melawan pelaku bullying dan berakhir harus menerima hukuman dari guru kesiswaan. Selain itu, ada kasus seperti yang salah seorang siswa alami. Kebetulan sekali siswa itu adalah keponakan saya. Saya dengar-dengar, pelaku pelemparan batu dan juga pelaku pencemaran nama baik itu masih bersekolah tanpa sanksi sama sekali. Hebat sekali,"
Arman terkejut kala mendengar ucapan Arsen. Arman tidak pernah tahu kalau adik kembarnya itu bisa bersikap seperti hari ini. Aura yang Arsen keluarkan sangat teramat mirip dengan sang ayah. Ardan mungkin bisa menyamai sang ayah jika dalam ranah bisnis. Sedangkan Arsen? Arsen hanya mengucapkan semua fakta itu dengan tenang dan hebatnya nyaris semua peserta rapat tertunduk dengan wajah pucat dan keringat dingin.
"P-pak... Saya rasa semua bisa di diskusikan. Untuk perombakan guru, bagaimana jika guru yang bersangkutan saja yang kita keluarkan?"
"Dan membiarkan para wali kelas yang melakukan hal sama tetap berada disini?"
Kepala sekolah itu tertunduk. Arsen melirik ke arah ketiga pasang orang yang kini tengah menatap kesal sekaligus takut ke arahnya.
"Dua pilihan, keluarkan semua guru lama yang berkelakuan buruk dan gantikan dengan yang baru. Atau mari kita tutup saja sekolah ini sekalian," Ucap Arsen dengan senyum di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Novela JuvenilDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...