Axeon menghela kecil. Dia baru saja mendengar penjelasan dokter. Axeon bisa bernapas lega kala mendengar luka itu tidak terlalu dalam dan juga tidak akan meninggalkan efek buruk pada kesehatan Zachary. Axeon masuk ke ruang rawat dan duduk di sisi Zachary tangannya langsung menggenggam tangan Zachary.
"Maaf. Maafkan daddy. Daddy harusnya tidak lengah seperti itu,"
Axeon bahkan masih bisa merasakan tangannya yang gemetar. Dia sudah berusaha menenangkan dirinya sejak tadi. Tapi, apa dayanya ketika rasa khawatir dan takut-nya sangat besar? Axeon mengecupi punggung tangan Zachary. Dia bahkan menangis disana.
"Maafkan daddy, Aaric. Daddy minta maaf," Ucapnya dengan suara yang sangat lirih.
Melihat bagaimana tadi mata Zachary terpejam dan tubuh Zachary terhuyung hingga menabrak dirinya, membuat Axeon sangat takut. Bahkan napasnya sempat tertahan sejenak tadi. Axeon benar-benar tidak menyangka wanita yang selama ini dia anggap sahabat kecilnya itu bisa berbuat senekat itu.
"Ungghh... Dad?" Panggil Zachary.
Zachary mengerjapkan matanya dan langsung disuguhi pemandangan dimana ayahnya tengah menatap dirinya dengan mata yang masih berair juga merah. Zachary langsung tahu kalau ayahnya sedang menangis.
"Dad... Aku tidak apa-apa,"
Axeon tidak berujar apapun. Dia hanya memeluk Zachary dengan erat. Sangat erat sampai Zachary sendiri merasa sedikit kesakitan. Zachary mendengar ucapan permintaan maaf dari sang ayah.
"Dad... Jangan meminta maaf! Itu bukan salah daddy," Ucap Zachary.
Memang bagi Zachary apa yang baru saja terjadi padanya itu bukanlah kesalahan sang ayah. Lagi pula sepertinya dia hanya terluka kecil. Dia sendiri terkejut saat melihat dirinya terbaring di sebuah kamar VVIP di rumah sakit.
"Dad... Jangan meminta maaf lagi! Daddy membuatku seperti anak yang sangat buruk,"
Axeon tersentak. Dia langsung melepaskan pelukannya.
"No! Kamu anak terbaik yang daddy punya. Kamu adalah hadiah terbaik dari Tuhan untuk daddy," Ucap Axeon tidak setuju dengan ucapan Zachary.
"Kalau begitu, daddy harus berhenti meminta maaf,"
Axeon mengangguk. Dia memilih pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya sejenak sebelum kembali menemani Zachary. Tepat saat itu ponsel miliknya berdering. Axeon mengangkatnya dan langsung mendapatkan rentetan panjang pertanyaan dari Arsen.
"Aku ada di rumah sakit. Zack baik-baik saja. Dokter mengatakan lukanya tidak dalam dan tidak akan memberikan efek buruk pada kesehatan Zack," Ucap Axeon menjelaskan.
"Apa itu papa?" Tanya Zachary pada Axeon yang dijawab dengan anggukan kecil dari Axeon.
Zachary meminta ponsel Axeon dan Axeon memberikannya.
"Halo, pa. Aku baik-baik saja. Hanya tergores sedikit saja. Papa jangan khawatir. Daddy menjagaku dengan baik. Besok juga aku sudah bisa keluar dari rumah sakit,"
"Kak... Pastikan dengan jelas. Kalau dokter belum mengizinkanmu pulang, kamu tidak boleh pulang. Tetap di rumah sakit dan dengarkan ucapan dokter, paham?"
"Tapi, pa... Aku benar-benar tidak apa-apa. Hanya tergores kecil saja,"
"Kak, ayahmu ini khawatir. Lagi pula kalau memang hanya tergores kecil, tidak mungkin daddy-mu membawamu ke rumah sakit,"
"Daddy panik, pa. Makanya, daddy membawaku ke rumah sakit,"
Axeon mendengarkan perdebatan dalam bahasa indonesia. Axeon yakin kalau Arsen sedang menasihati Zachary, sementara Zachary berusaha memberitahu kalau dirinya baik-baik saja. Axeon yang mendengarkan itu merasa memang lebih baik kalau Zachary tinggal dengan Arsen saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Novela JuvenilDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...