Kehilangan Kesempatan

5.2K 470 40
                                    

Pagi-pagi benar Arsen terbangun. Dia tersenyum saat melihat wajah cantik istrinya yang sedang terlelap. Arsen mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi istrinya dengan perlahan. Senyum Arsen semakin terkembang sempurna. Arsen menarik perlahan sebelah tangannya yang menjadi bantal Naira. Dia beranjak dari atas ranjang dan memilih beranjak menuju ke dapur di kamar berjenis presidential itu.

Arsen mengambil sebotol air mineral dan meminum air itu. Dia sekali lagi tersenyum tidak menyangka akan memiliki Naira sebagai istrinya. Gadis cantik yang selamanya akan menjadi gadisnya. Arsen membuka kulkas dan mengambil buah dari dalam kulkas. Memang kemarin kamar itu sudah diisi oleh kakaknya dengan beberapa buah-buahan dan sekotak teh, juga sekardus air mineral botol ukuran 300ml. Arsen yang meminta. Arsen mengambil teko listrik dan memanaskan air. Dia mengambil kotak teh dan berencana membuat teh untuk menemani paginya.

Sementara Naira yang terlelap di kamar membuka matanya dan kebingungan saat tidak ada Arsen di sebelahnya. Naira turun dari atas ranjang. Dia membuka pintu kamar dan mencium wangi teh yang sepertinya baru saja dibuat. Naira menghampiri Arsen di dapur kecil. Dia melihat punggung tegap suaminya yang berbalut kemeja putih.

"Sudah bangun?" Tanya Arsen saat tangan ramping istrinya memeluknya dengan erat.

"Hn. Kenapa kamu bangun sepagi ini?"

"Aku haus. Aku pikir secangkir teh akan menyenangkan,"

Naira mengusapkan hidungnya ke punggung Arsen. Dia menghirup dalam-dalam wangi badan Arsen.

"Mau minum teh juga?" Tawar Arsen

"Tidak. Aku menemanimu saja,"

"Baiklah,"

Arsen berbalik dan Naira masih memeluk pinggangnya. Arsen tersenyum dan mengecup bibir Naira dengan lembut.

"Masih mengantuk, hm?" Tanya Arsen.

Naira mengangguk.

Arsen mengambil cangkir tehnya dan menyesap teh itu. Dia menyodorkan cangkir itu ke arah Naira.

"Coba sedikit,"

"Teh stroberi?" Tanya Naira.

Arsen mengangguk. Naira menyesap teh itu. Arsen berbagi teh sampai isi cangkirnya habis. Naira masih memeluk bahkan sedang bersandar pada Arsen. Arsen terkekeh kecil. Dia tahu istrinya masih mengantuk karena kemarin mereka bangun jam segini untuk memulai riasan pengantin.

"Baiklah. Mari kita ke kamar lagi!" Ajak Arsen.

Arsen mengangkat pinggang istrinya. Dia membuat sang istri berada dalam gendongannya seperti koala. Arsen berjalan menuju kamar utama. Dia bahkan masih mengingat saat istrinya tersenyum padanya kemarin. Dia juga ingat saat dia berdiri di sebelah Naira dan menggenggam tangan istrinya sambil mengucapkan janji di depan keluarga mereka.

 Dia juga ingat saat dia berdiri di sebelah Naira dan menggenggam tangan istrinya sambil mengucapkan janji di depan keluarga mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang