"Lis,"
Panggilan itu membuat Lisa langsung membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan kakaknya masuk.
"Ada apa, kak?"
"Kakak kangen sama papa mama,"
"Kakak mau pulang?"
Naira mengangguk. Lisa segera mengeluarkan buku-buku dari tas ranselnya. Dia hanya menyisahkan beberapa buku catatan disana. Lisa langsung membuka lemari pakaiannya dan mengambil beberapa pakaian yang bisa mereka kenakan untuk satu minggu.
"Lis?" Panggil Naira heran saat melihat Lisa mengepak beberapa pakaian.
"Ayo, kak! Kita berangkat sekarang. Lisa sudah membawa beberapa pakaian yang bisa kita pakai. Lisa ada beberapa dress yang bisa kakak pakai. Untuk pakaian dalam Lisa juga masih punya stok yang belum pernah Lisa pakai. Kakak bisa pakai itu saja,"
Naira takjub melihat adiknya secekatan itu. Bahkan dia sengaja memasukan pakaian-pakaian itu ke dalam ransel yang biasa dia bawa ke kampusnya.
"Kakak bawa tas kakak yang tadi saja. Sisanya biar Lisa yang bawa. Kalau kakak keluar bawa tas koper mereka akan menanyai kita," Ujar Lisa.
Naira mengangguk. Dia merapikan dirinya sedikit dan mengambil tas miliknya. Naira juga mengambil uang simpanan miliknya yang belum pernah dia pakai. Uang itu hasil bekerja di cafe dan restoran dulu, sebelum dia bertemu dengan Arsen.
Naira menatap sekali lagi pada foto pernikahan mereka yang tergantung di salah satu dinding kamar.
"Maaf, ya, kak. Nai mau pergi sebentar," Pamit Naira pada foto sang suami.
Naira keluar dari kamar itu. Benar saja. Saat dia keluar dari pintu utama, beberapa supir menanyai kemana dia akan pergi. Naira tentu berujar mau mengantar Lisa ke kampus dan juga menemui teman Lisa. Supir pribadi Arsen memaksa mengantar mereka ke kampus dan Naira menyetujui. Toh dia memang akan ke kampus Lisa dulu untuk mengurus izin tidak mengikuti kuliah.
Saat sampai di kampus Lisa, Naira dan Lisa berjalan ke kantin. Lisa menemui temannya dan temannya juga dia kenalkanmpada Naira. Berbincang sejenak lalu, mereka ke ruang pengurus kampus. Meminta izin dan setelah itu mereka pergi melalui pintu belakang kampus Lisa. Beruntung supir pribadi Arsen tidak menyadari Lisa dan Naira lewat di dalam sebuah taksi.
"Kak, yakin tidak mau ke London saja?" Tanya Lisa.
Naira mengangguk. Dia hanya rindu pada kampung halamannya. Tempat dia dibesarkan oleh kedua orang tuanya.
"Nanti kita kost saja ya, kak, disana?"
"Iya. Lalu, kita cari pekerjaan juga disana,"
Lisa tidak terkejut. Dia memang sudah tahu kalau kakaknya pasti akan bersembunyi untuk sementata waktu. Agak kekanakan memang, namun, sifat ini yang belum bisa Naira rubah sampai saat ini. Melarikan diri dari masalah untuk sementara waktu sampai dia bisa meyakinkan dirinya untuk menghadapi masalah itu.
Lisa langsung memesan tiket bus saat mereka sampai di terminal. Menunggu satu jam dan bus itu yang akan mereka tumpangi datang. Naira dan Lisa segera naik. Sekitar pukul 7 malam bus itu berangkat. Naira dan Lisa hanya membawa bekal berupa roti yang tadi sempat Lisa beli di kantin kampusnya. Mereka memakan roti itu dan tidur setelahnya. Tidak lama. Hanya dua jam setiap orang. Memang sudah jadi kebiasaan bagi mereka untuk selalu tidur bergantian saat mereka dalam perjalanan.
Ponsel milik Naira sengaja dia matikan. Naira tidak berniat menerima telepon atau pesan dari siapapun. Sementara Lisa? Lisa berencana mengganti nomor ponselnya nanti, saat mereka sampai di kampung halaman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...