Arsen merasa telinganya baru saja salah mendengar. Namun, melihat bagaimana raut wajah Alika, Reihan, dan dokter di depannya, Arsen tahu dia tidak salah mendengar. Arsen menyerahkan bayi di tangannya kepada Alika. Kini Arsen masuk ke ruang bersalin dan melihat putranya sedang dibersihkan oleh sang suster. Mereka bilang segala upaya sudah dilakukan tapi, bayinya tidak menangis. Bagaimana bisa? Putranya masih bergerak aktif di kandungan ibunya tadi sore.
Suster yang melihat Arsen datang langsung menggendong bayi Arsen dan memberikannya pada Arsen. Arsen melihat wajah bayinya sangat mirip dengan Naira. Sangat tampan.
"Baby..." Panggil Arsen.
"Baby tidak mau ikut pulang dengan papa?" Tanya Arsen.
Arsen mendekap bayinya dan menciumi kening bayinya dengan sayang. Bahkan Arsen menangis.
"Baby... Bangun yuk, sayang. Bangun biar kita bisa pulang ke rumah, ketemu opa, om dan tante, juga sepupu-sepupu kamu,"
"Baby..."
Arsen tidak lagi bisa menahan tangisannya. Dia menangis disana dengan bayinya di pelukannya. Kini Arsen tahu arti dari mimpinya. Sang ibu sudah memperingatkannya. Mungkin jika Arsen membawa Naira ke rumah sakit untuk di operasi caesar di hari pertama dia mendapat mimpi itu, bayi mereka masih bisa diselamatkan.
"Arsen..." Panggil Reihan.
"Putraku Re... Dia bahkan belum sempat melihat ayah dan ibunya..." Ujar Arsen sambil menangis.
"Ikhlaskan, Sen. Aku tahu itu berat. Namun, kamu harus mengikhlaskan,"
Arsen mengangguk. Arsen berdiri dan memakaikan pakaian bayi yang dia beli ke badan bayinya. Dia juga membungkus bayinya dengan sangat perlahan. Seolah bayinya masih hidup.
"Bantu aku ya, Re,"
"Tentu. Aku harus membantu apa?"
Arsen berbalik setelah mengusap airmatanya.
"Naira belum tahu keadaan anak kami, kan?" Tanya Arsen.
Semua orang mengangguk.
"Keluarga-ku apa mereka sudah datang?"
"Belum. Terakhir saya melihat hanya ada suster Alika di depan tadi,"
"Panggil Alika masuk,"
Arsen kemudian menggendong bayinya dab membawanya ke tempat Naira. Dia meletakan bayi mereka di atas dada Naira untuk sejenak.
"Maaf, sayang. Maafkan aku," Bisik Arsen sambil mengecup kening Naira.
Arsen kemudian berbalik. Dia menatap dokter di depannya.
"Hubungi dokter di tempat pengimpanan darah. Tanyakan apa darah milik Axeon Darelano Eginhardt masih ada disana atau tidak. Kalau masih bawa ke lab," Ujar Arsen.
"Baik dokter,"
"Lalu, Alika, tolong ambil sedikit darah bayi itu,"
Alika melakukan apa yang Arsen minta. Setelah darah bayi itu terambil sedikit. Alika menyerahkan darah itu pada Arsen. Arsen menyuruh seorang suster lagi untuk mendekat ke arahnya.
"Bawa ini ke Lab. Katakan pada mereka lakukan test DNA antara Axeon dengan anak ini. Hasilnya ku tunggu dalam 24 Jam. Lalu, aku akan membayar mereka Tiga kali gaji untuk siapa pun yang membantu dalam test ini,"
"Baik, dokter,"
Ruang bersalin kembali sepi. Arsen melirik istri dan anaknya. Dengan berat Hati Arsen mengambil kembali putranya dari atas dada sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #3] Save Me Hurt Me
Teen FictionDimitra Series yang ketiga Putra ketiga dari keluarga Dimitra yang bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit "Tolong saya..." Sebuah kalimat yang terngiang di kepala sang dokter selama berhari-hari. Apakah permintaan orang tersebut? Akankah sang...