Kemanjaan Arsen

7K 498 27
                                    

"Haish!"

Gerutuan itu entah sudah berapa kali Arsen keluarkan. Dia terus menggerutu lantaran pekerjaannya tidak kunjung selesai. Arsen mengacak rambutnya dengan kasar. Dia melirik lagi jadwalnya untuk hari ini. Nyatanya, semakin melihat, Arsen semakin meringis.

Arsen memilih masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Setelah wajahnya lebih segar, Arsen keluar dan memakai jas putih miliknya. Dia segera keluar dan menjalankan pekerjaannya. Memeriksa pasien satu per satu. Arsen selalu memasang senyuman di bibirnya. Seperti tidak pernah mengenal lelah.

"Lain kali jangan nakal lagi, okey? Hari ini om bisa bantu. Coba kalau besok-besok, belum tentu om bisa bantu loh," ujar Arsen pada salah satu anak kecil yang dia bantu operasinya.

Anak itu mengangguk. Dia berterima kasih pada Arsen. Arsen mengangguk dan mengusap rambut anak itu. Usai memeriksa pasien di kamar rawat, Arsen pergi ke ruang intensif. Dia memeriksa kemajuan beberapa pasiennya yang sempat dinyatakan kritis. Lanjut setelahnya, dia duduk di poli tempatnya bekerja. Dia memeriksa, mencatat keluhan dan menuliskan resep-resep untuk para pasiennya.

"Hey!" Sapaan itu membuat Arsen menoleh dan tersenyum kecil.

"Kenapa?" Tanya orang itu.

"Capek Re... kamu lagi sepi?" Tanya Arsen.

"Nggak. Kapan sih kita sepi? Apa lagi sedang musim sakit begini,"

Arsen mengangguk.

"Eh, pacarmu itu... siapa deh namanya? Yang kakaknya si Eren,"

"Kenapa?"

"Dia nggak pa-pa?"

Kening Arsen berkerut. Teman seprofesinya itu menepuk bahunya dengan lumayan kuat.

"Gimana sih?! Dia kan ada sakit asma. Kamu sendiri yang bilang waktu itu," ujarnya.

Arsen menepuk dahinya. Bagaimana bisa dia lupa pada kesehatan kekasihnya padahal dia adalah dokter?

"Thanks sudah mengingatkan," ujar Arsen.

"Jangan lupa kasih dia vitamin! Sedang musim pancaroba begini pasti daya tahan tubuhnya akan sedikit tidak baik,"

"Iya Re... nanti aku ke rumahnya,"

"Emang bisa? Bukannya kita nanti ada jadwal operasi bareng Andreas, ya?"

Lagi-lagi Arsen menepuk dahinya. Belakangan ini pekerjaannya terlalu menumpuk sampai dia lupa pada hal-hal kecil.

"Reihan! Rio!"

Arsen dan dokter yang sedari tadi berbincang dengannya menoleh. Disana berdiri si dokter bedah, Andreas.

"Kenapa Dre?" Tanya Arsen.

"Operasinya dimajukan!"

Arsen dan Reihan segera berlari. Mereka bertiga langsung masuk ke persiapan. Mereka membuka jas putih mereka dan juga jam tangan mereka. Ketiga dokter itu menukar pakaian mereka dengan pakaian khusus, setelahnya, mereka mensterilkan tangan mereka sebelum mereka masuk ke ruang bedah. Mereka memulai operasi panjang yang sudah terjadwalkan sejak dua minggu lalu itu.

.............

"Dokter Rio..."

Arsen menoleh. Setelah empat jam berkutat di ruang operasi, dia baru saja keluar dan menghirup udara segar. Namun, panggilan beberapa saat lalu itu membuat Arsen kembali dalam mode siaga.

"Ada apa?"

"Ada tamu untuk dokter. Dia menunggu di ruangan pribadi dokter,"

"Siapa?"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang