Alvaro-Arman

1.3K 220 6
                                    

Alvaro dibuat terdiam oleh ucapan putra sulungnya. Tangan Alvaro yang tengah mengusap rambut Ardan pun ikut terhenti. Ucapan terima kasih yang tulus itu keluar dari bibir Ardan padanya yang sudah banyak meninggalkan luka psikis bagi Ardan.

"Papi merasa tidak pantas untuk menerima ucapan terima kasih darimu, kak. Papi terlalu banyak bersalah padamu,"

"Ardan sudah tidak mengingatnya lagi pi. Kali ini Ardan serius. Sudah terlalu banyak hal baik dan menyenangkan yang Ardan ingat sampai Ardan sudah lupa rasanya waktu itu seperti apa,"

Alvaro tahu Ardan berbohong. Alvaro bisa melihat anak itu meremas bantal di pangkuannya tadi. Sementara mereka tidak tahu kalau Arsen dan Arman mendengarkan di depan pintu. Semua hal yang membuat Arsen merasa bersalah pada sang kakak. Arsen mendengarnya hari ini.

"Mungkin besok saja, aku kesini lagi," Ujar Arman.

Arsen mengangguk setuju. Arsen melangkahkan kakinya menjauh dari kamar sang ayah. Arsen masuk ke kamarnya dan suara tawa kecil Zack masuk ke telinganya.

"Ah... Putra papa sedang main dengan mama, hm? Kenapa papa tidak diajak. Papa jadi merasa terasingkan,"

Naira terkekeh geli. Arsen bergabung dengan Naira dan Zack. Dia sesekali menggelitiki perut kecil Zack atau sekedar bermain ciluk ba dengan bayi itu. Saat Zack menguap kecil, saat itu Arsen menggendongnya. Naira sudah menyodorkan sebotol susu. Tenang, Arsen dan Naira tidak setega itu untuk memberikan Zack susu formula. Naira memberikan ASI untuk Zack. Ya, kalau susunya ada di botol itu karna ASI Naira lumayan banyak jadi Naira memompa ASI-nya untuk Zack minum.

Arsen akan selalu menjadi yang pertama bangun jika Zack menangis. Dia juga sangat senang dengan tugas merawat Zack. Naira saja kadang-kadang heran dengan Arsen. Jika biasanya suami akan sulit diminta bantuannya untuk merawat bayi, kalau Arsen malah kebalikannya. Arsen akan merengut jika dalam satu hari dia tidak memandikan, menggantilan popok, memberikan susu, dan mengajak bermain. Pokoknya, Arsen mau bahkan sangat mau menjaga dan merawat bayi gembul mereka.

"Apa sayang? Minum susu dulu nanti baru tidur okay..." Ucap Arsen.

Satu botol susu belum habis, Zack sudah terlelap di pangkuan Arsen membuat Arsen terkekeh.

"Sudah tidur saja, jagoan papa,"

Meski Zack sudah terlelap, Arsen akan tetap membiarkan botol susu itu di mulut Zack. Karna, walau mata anak itu sudah tertutup, mulut kecilnya masih menghisap dot botol susu dengan kuat. Saat botol susunya kosong, Arsen menarik perlahan botol itu dan menggantinya dengan botol berisi sedikit air putih hangat. Begitu air putihnya habis, Arsen menarik kembali botol kosong itu.

"Shhh... Jagoan papa tidur yang nyenyak... Mimpi indah, sayang,"

Arsen masih mendekap Zack sampai sepuluh menit setelahnya sebelum dia meletakan Zack di box bayi miliknya. Arsen juga meletakan boneka beruang kecil di sebelah Zack. Senyum Arsen terkembang saat melihat anak itu terlelap nyenyak.

"Sudah tidur?" Tanya Naira sambil mendekat ke arahnya.

Arsen mengangguk.

"Gemas sekali melihatnya jadi segemuk itu. Padahal baru beberapa hari kita pulang dari rumah sakit,"

"Dia memang menggemaskan,"

"Alesha terus bertanya kenapa baby Zack seperti tidak mirip dengan kita,"

"Biarkan saja. Kita memang tidak memberitahu Alesha,"

.........

Seperti ucapan Arman, Arman datang menghampiri sang ayah saat sang ayah sedang duduk di ayunan.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang