Bolehkah?

5.7K 497 14
                                    

"Tawaranku waktu itu. Apa kamu mempertimbangkannya?"

Naira menghela kecil.

"Tidak. Saya tidak mempertimbangkannya,"

"Kenapa?"

"Saya rasa tidak ada yang harus dipertimbangkan,"

Arsen menarik lembut lengan Naira, membuat badan mungil itu merapat padanya.

"Kenapa tidak Nai?"

Kening Naira berkerut. 'Sejak kapan Arsen memanggilku Nai? Bukannya selalu Aira?' Batinnya.

Naira menjauh dari Arsen. Dia memilih mundur beberapa langkah dari badan tegap itu.

"Jangan terlalu mundur! Nanti kamu bisa jatuh,"

▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Naira mengernyit bingung. Ada perasaan yang berbeda di dirinya yang membuatnya meyakini sosok di depannya bukanlah Arsen. Mata Naira menelisik wajah tampan itu. Mencoba mencari letak perbedaan pria di depannya dengan Arsen. Tidak ada. Tidak ada yang berbeda. Semuanya sama. Bahkan Arman dan Arsen saja memiliki perbedaan bentuk wajah.

Atau hanya perasaannya saja? Yang jelas rasa tidak nyaman itu membuat Naira berusaha menjaraki diri dari pria di depannya.

"Maaf. Saya permisi,"

"Kemana?" Tanya Arsen saat dia menangkap tangan Naira.

"Mau mencari Alesha,"

"Dia sedang sibuk dengan keponakanku,"

Naira meneguk ludahnya perlahan. Dia sungguh ingin menjauh dari sosok di depannya. Sosok di depannya nampak menyeramkan baginya. Sekali lagi Naira merasa sosok itu bukanlah Arsen. Tapi, Naira tidak tahu siapa sosok di depannya jika bukan Arsen.

"Kenapa Nai? Kamu seperi menjauh dariku,"

"Tidak. Tidak apa-apa,"

Arsen melangkah mendekat. Naira mundur satu langkah.

"Lihat! kamu menjauhiku,"

"Emm... itu... tidak seperti itu,"

"Benarkah?"

Arsen kembali mendekat dan saat itu Naira kembali mundur. Kini Naira mulai takut. Dia berada di laut dan ini sudah senja. Ditambah dirinya tidak bisa berenang. Pembatas kapal ini tidaklah tinggi. Ya Tuhan! Naira berharap Arsen tidak melangkah ke arahnya lagi. Namun, permintaannya tidak terkabul. Arsen maju lagi selangkah dan saat itu Naira memilih menghindar ke sisi sebelah kanan.

Naira berjalan cepat ke sisi lain kapal. Dia berusaha menghindari Arsen yang hari ini nampak menyeramkan. Sampai dia menyadari lantai kapal yang dipijaknya licin. Entah karena apa, yang jelas lantai kapal itu licin. Naira langsung tergelincir dan berujung dirinya terlempar ke sisi luar kapal. Tangannya dengan cepat menangkap tiang besi yang ada di sisi kapal.

"Tolong!" Jeritnya.

Tidak ada tanda-tanda orang datang dan Naira kembali menjerit meminta tolong.

"Please, tolong saya..." Pinta sang gadis sambil menjerit ketakutan.

Dengan posisinya yang sekarang tentu saja dia akan menjerit ketakutan, siapa juga yang tidak akan menjerit ketakutan ketika dirinya tergantung di badan kapal, dengan air laut tepat berada di bawahnya sementara dia tidak bisa berenang? Hanya orang bodoh yang ingin mati saja yang tidak akan menjerit. Tapi beda halnya dengan dia, dia masih ingin hidup untuk adik-adiknya.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang