Kekhawatiran

5.3K 468 20
                                    

"N..."

"Sen..."

"Arsen!"

Arsen tersentak kala suara keras yang sedikit membentak itu masuk ke telinganya berbarengan dengan tepukan di bahunya.

"Ya? Ada apa?" Tanya Arsen.

"Ck! Harusnya aku yang tanya begitu, dek!"

Arsen diam saja. Dia memilih berdiri dan berjalan menuju ke tempat seseorang yang sedang berdiri di dekat dapur kamar rawatnya.

"Eh? Kenapa dek?" Tanya sosok yang sedang memasak itu.

"Biar begini sebentar kak..."

Sosok itu mengangguk dan membiarkan Arsen menyandarkan kepala di punggungnya.

"Ini anak ya! Dipanggil malah kabur kesini. Masih bagus ditemenin! Kamu pikir aku badut lawak apa? Kalau bukan adik kembar sudah aku hajar mukamu yang tidak seberapa itu!"

"Kak Arman menyebalkan!" Ujar Arsen.

"Apa-apaan itu?! Apa kau sadar kalau kau sedang bertingkah seperti anak perempuan? Alesha saja kalah denganmu!"

"Kak..." rengek Arsen pada sosok yang dia sandari.

Sosok itu mengulurkan tangannya ke depan dan menyentil kecil kening Arman si sosok yang membuat Arsen terkejut dan lari dari kamar.

"Biarkan dia. Jangan diganggu!" Ujarnya.

Arsen menjulurkan lidahnya. Dia meledek kakak keduanya itu.

"Kak Ardan terbaik," ujar Arsen.

Arman mendengus dan Ardan terkekeh kecil. Sebenarnya Arman tahu kenapa adiknya menempel pada kakak sulung mereka itu. Hanya saja, dia harus bisa menormalkan keadaan, kan? Jadilah, dia mengajak adiknya itu berdebat.

"Besok aku mau pulang kak," ujar Arsen.

"Hah?" Arman yang merespon dengan cepat.

"Kau gila, hah?" Marah Arman.

Arsen menggeleng.

"Ada di rumah lebih menenangkan daripada disini," ujar Arsen.

Arman menatap Ardan dan akhirnya si sulung mengangguk.

"Akan kakak bicarakan dengan papi. Tapi lebih baik kamu sarapan dulu," ujar Ardan.

Ardan menyodorkan sepiring nasi goreng yang baru dia hangatkan dengan microwave.

"Masakan Aira, ya ini?" Tanya Arsen.

Ardan mengangguk.

"Dia ada urusan. Tidak bisa datang,"

Kening Arsen berkerut dalam. Dia menghentikan kegiatannya.

"Urusan? Urusan apa?" Tanya Arsen.

"Dia tidak bilang. Dia hanya bilang akan pergi dengan Eren dan Lisa," ujar Ardan.

Arsen mengambil ponselnya dan menghubungi Eren. Saat panggilan Eren tidak terjawab dia mengumpat kecil. Dia langsung mengganti pakaiannya. Mengingat dia sudah membersihkan badannya tadi.

"Ada apa kak? Aku sedang di kelas. Tidak bisa mengangkat telepon,"

Pesan masuk ke ponselnya membuat Arsen mengumpat. Dia dengan cepat mengambil dompetnya dan segera keluar.

"Eh! Mau kemana kamu?" Tanya Arman.

"Menjemput Aira,"

"Dia kan, sudah bilang akan pergi dengan Eren,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang