Mada kecil sedang tidur dalam pangkuan Naga Putih yang mengayunkan tubuhnya perlahan. Saat Mada kecil semakin lelap dalam tidurnya. Singa Putih menghampiri Naga Putih dan mengingatkan bahwa ini sudah waktunya. Seluruh Hewan Putih Legendaris berkumpul melingkari Naga Putih yang sedang memangku Mada Kecil. Tidak ada satupun Hewan Legendaris yang rela berpisah dengan Mada untuk waktu yang lama. Semua Hewan Legendaris memohon kepada para dewa untuk membawa Mada ke masa depan untuk menjadi penyelamat Alam Manusia dan Alam Legendaris.
Cahaya putih menyilaukan perlahan terpancar dari semua Hewan Legendaris perlahan membentuk sebuah lingkaran bercahaya mengelilingi Naga Putih dan Mada Kecil. Belum terjadi sesuatu diantara mereka, bahkan Naga Putih belum memancarkan sinarnya. Singa putih mendekatinya dan mengusap kepalanya ke kepala Naga Putih, tanda Naga Putih harus merelakan Mada Kecil untuk pergi. Bagai ibu yang harus berpisah dengan salah satu anak kandungnya, Naga Putih meneteskan air mata lalu seketika memancarkan sinar putih diseluruh tubuhnya.
Perlahan Naga Putih menghirup seluruh aura putih yang terpancar dari para Hewan Putih Legendaris, seketika itu juga beberapa Hewan Legendaris jatuh tertidur seperti kehabisan energi dalam waktu singkat. Saat seluruh lingkaran cahaya putih memudar dan terkumpul dalam tubuh Naga Putih, saat itu juga dia mengembukan nafas energi putih ke seluruh tubuh Mada.
Tubuh mada kecil perlahan terangkat dan melayang ke udara, energi putih yang dihembuskan Naga Putih perlahan melingkari tubuh Mada Kecil membentuk sebuah bola kabut putih yang semakin lama dihembuskan semakin terlihat putih pekat hingga Naga Putih sudah tidak dapat melihat Mada Kecil yang tertidur didalam bola kabut putih itu. Naga Putih memejamkan mata dan semakin kuat ia mengeluarkan seluruh energi putih dalam dirinya ke Mada Kecil. Saat cahaya putih di tubuh Naga Putih tidak lagi bersinar, seketika itu juga Bola Kabut yang membawa Mada Kecil lenyap dan menyisakan tubuh Naga Putih yang terjatuh lemas dan tertidur bersama Hewan Legendaris lainnya.
Desa Mada, Tahun 2003
Pada malam itu desa mada sangat tenang, beberapa orang tua dan anak-anak berkumpul di balai desa bercerita tentang legenda zaman kerajaan yang diceritakan oleh Eyang Arkana yang merupakan seorang kepala desa disana. Eyang Arkana bercerita sambil menyelimuti tubuhnya dengan sarung batik dan dihiasi tawa canda penduduk desa yang sedang mendengarkan.
Di tengah ceritanya, Desa Mada yang diselimuti kabut perlahan lahan berhembus angin kencang. Semua orang mulai terdiam perlahan dan eyang arkana pun menghentikan ceritanya. Angin berhembus semakin kencang diiringi kabut yang perlahan menyelimuti seluruh Desa Mada. Anak-anak yang berada di balai desa mulai memeluk orang tuanya masing-masing merasa takut akan kejadian ini.
Eyang Arkana berdiri dari duduknya, dia mengepalkan tangan dan melempar pukulan ke udara. Energi putih yang dikeluarkan Eyang Arkana membuat sebuah lingkaran energi yang perlahan-lahan meluas keseluruh desa. Angin kencang yang berhembus perlahan-lahan mulai tenang diiringi kabut tebal putih yang menghilang diseluruh desa. Salah satu pemuda yang berjaga di gapura Desa Mada berlari menuju balai desa.
"Eyang, ada orang luar yang masuk ke Desa Mada" jelas pemuda itu
Sontak semua orang yang ada di balai desa bergegas menuju gapura Desa Mada.
Tidak jauh dari Gapura itu berada, Mada Kecil tertidur disana. Eyang Arkana yang baru tiba, bertanya pada penjaga gapura bagaimana anak ini bisa sampai disini. Namun para penjaga gapura memberikan keterangan yang sama. Saat kabut menghilang tiba-tiba saja anak kecil ini sudah tertidur disini. Warga desa yang berada disekitar kejadian saling berbisik satu sama lain. Bisikan itu perlahan membuat Mada Kecil terbangun dari tidurnya.
Betapa terkejutnya Mada Kecil ketika ia tersadar, dirinya tidak berada di Alam Putih Legendaris melainkan di sebuah desa yang ia tidak kenal sama sekali. Mada yang masih duduk terkejut, mundur beberapa langkah menyeret sembari menoleh ke kanan dan kiri memperhatikan seluruh warga desa. Eyang arkana perlahan maju mendekati Mada Kecil yang masih terkejut.
"Nak tenang, kami tidak akan menyakitimu" jelas Eyang Arkana yang berdiri dihadapan Mada.
"Kamu siapa, ini dimana?" Tanya Mada Kecil yang kebingungan
"Saya Arkana, Kepala Desa Mada tempat kamu berada sekarang" Jawab Eyang Arkana
"Mada?" Tanya balik Mada Kecil
" Iya nama Desa ini adalah Mada" jawab Eyang Arkana
"Namaku juga Mada" jawab Mada Kecil
Jawaban Mada Kecil sontak membuat semua orang semakin berbisik.
"Baiklah nak Mada, kebetulan yang aneh bukan nama desa ini sama dengan namamu. Kamu berasal dari mana?" Tanya Eyang Arkana
"Aku tinggal di Alam Putih" Jawab Mada Kecil, jawaban itu membuat semua warga desa saling berbisik karena tidak pernah mendengar nama itu.
"Alam Putih? Saya tidak pernah dengar. Siapa nama ayahmu, mungkin dia sedang khawatir mencarimu" Tanya Eyang Arkana
"Mada" Jawab Mada Kecil
"Iya, itu nama desa ini" Jawab Eyang Arkana, Mada Kecil menggeleng.
"Mada" jawab Mada Kecil sekali lagi
"Iya, itu namamu bukan." Jawab Eyang Arkana, Mada kecil menggeleng kembali
"Ayahku bernama Mada juga!" Jawab Mada Kecil, Eyang Arkana mulai kebingungan dan dibuat kesal oleh bocah ini.
"Mada, Mada dan Mada. Apakah semua orang yang kamu kenal bernama Mada?!" Dia melepas sarungnya dan menunjukan Badan Kekarnya dengan kaos singlet hitam bergamban band metal dan celana jeans cutbray. Ternayata Eyang Arkana walau udah sepuh, jiwanya tetep metalllll!
"Maaf nak, ini sudah malam dan tidak ada waktu untuk bercanda. Bagaimana kalau kita ulang sekali lagi hahaha" Aura putih terpancar dari tubuh Eyang Arkana.
"Siapa Namamu?!" Eyang Arkana bertanya sambil melesatkan tinju ke Mada.
"Maaaadaa!!!" Mada kecil menjawab, sambil melompat menghindari pukulan Eyang Arkana yang membuat tanah berhamburan keluar.
"Siapa Nama Ayahmu?!" Eyang Arkana bertanya lagi sembari melepas serangan kearah Mada.
"Maaaadaaa!!!" Mada kecil menjawab, sambil melompat kembali menghindari pukulan Eyang Arkana. Warga Desa hanya menyaksikan kejadian itu.
"Lincah juga kau nak!" Jawab Eyang Arkana, tapi serangan Eyang Arkana tidak kunjung berhenti. Mada terus menghindari serangan tiap serangan dari Eyang Arkana.
Hingga Mada Kecil terus menghindar hingga akhirnya ia terpojok disebuah monumen di pinggir Desa Mada. Saat Eyang Arkana berjalan sambil mengepalkan tangannya yang memancarkan aura putih. Mada yang sudah letih hanya bisa pasrah dan sudah tidak mampu lagi bergerak karena kelelahan. Seketika dari atas Mada Kecil melompat seekor Singa Putih Raksasa yang melindungi Mada dan mengaum.
"Apa benar dia orangnya?!!" Tanya Eyang Arkana kepada Singa Putih. Singa Putih menjawab mengangguk.
"Aji!!!" Terdengar suara Eyang Arkana memanggil cucunya.
"Siap Eyang!" Jawab seorang anak kecil dengan wajah polos rambut hitam tipis bulat.
"Ambil selimut dan teh hangat untuknya!" Perintah Eyang Arkana, dan aji pun bergegas menuju balai desa untuk mengambil perlengkapan.
"Aku akan tinggalkan kalian berdua, kalau sudah tenang ajak dia ke pendopo" ujar Eyang Arkana, lalu Singa Putih mengangguk mengerti.
Mada Kecil masih bersandar ketakutan di monumen tersebut. Saat Singa Putih itu berbalik dan memasang posisi duduk, Mada Kecil masih gemetaran dihadapan wajah Singa Putih raksasa.
"Hey Mada! Apa kamu lupa siapa aku?!" Ujar Singa Putih itu, Mada mulai berani memperhatikan wajah dan mata Singa Putih. Lalu perlahan ia mengangkat tangannya dan memegang kepala Singa Putih, seketika Mada terkejut saat merasa aliran aura Singa Putih.
"SIPUUU!!! SIPUUU!!!!" Mada sangat senang akhirnya ia bertemu salah satu mahluk legendaris yang ia kenal sejak sampai di Desa Mada dan merasa lebih tenang dari semua kejadian aneh yang terjadi hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
ActionIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...