Bel sekolah berbunyi panjang tanda persekolahan selesai untuk hari ini. Mada dan Aji sedari tadi hanya duduk diam tidak bergerak seperti sedang menunggu sesuatu, Panji yang duduk dibelakang mereka, hanya melihat alura putih yang meledak dari keduanya sedari tadi. Semenjak istirahat, suasana di kelas menjadi hening dan kembali berbisik karena kegaduhan yang terjadi di kantin. Seketika Mada dan Aji sama-sama menghembuskan napas panjang, mereka melihat satu sama lain seperti memberikan tanda untuk berangkat.
Suasana di kelas sudah sepi, Mada dan Aji pun bergeas untuk pergi. Saat Panji mengikuti mereka, Mada menghentikannya.
"Nji, ini terlalu bahaya untuk kamu" Jawab Mada, Panji pun terdiam mendengarkan
"Lebih baik kamu pulang dan istirahat, biarkan kami yang membereskan perkara ini" Lanjut Aji, dan Panji masih terdiam lesu
Seketika Aura Putih Aji juga meledak keluar tubuhnya dan bersamaan dengan Gajah Putih yang muncul dari belakangnya. Seketika tangan Panji melayang meninju Mada, namun dengan cepat Mada menangkapnya. Terasa angin kencang yang berhembus di keduanya saat pukulan itu ditangkap.
"Jadi ini keputusanmu?" Tanya Mada, lalu Panji mengangguk
"Baiklah karena kita mulai semua ini bertiga, ga ada salahnya kita selesaikan bertiga juga" Jawab Aji tersenyum, kemudian mereka bertiga berjalan keluar sekolah
Disisi lain Pak Satya sedang menyimak gudang sekolah dari bagian belakang gedung sekolah. Vira dan Ajeng datang bersamaan.
"Apa aku telat?" Tanya Vira
"Tidak, sepertinya mereka bertiga yang telat" Jawab Pak Satya, lalu ia melirik ke Ajeng yang membawa perlengkapan panah
"Itu buat apa Ajeng?" Tanya Pak Satya
"Buat membantu mereka! Ini pertarunganku juga!" Jawab Ajeng, lalu ia memeriksa semua anak panah yang dibawa oleh Ajeng. Semua anak panah ini kepalanya tumpul, bahkan terasa ada bantalan di ujungnya.
"Selama kamu ga bunuh mereka, aku akan pura-pura tidak tau" Balas Pak Satya tersenyum
"Itu mereka!" Teriak Vira, ketika melihat Mada, Aji dan Panji yang datang ke gudang belakang.
Pemandangan di gudang belakang terasa sangat menegangkan, apalagi aura hitam terasa memenuhi seluruh wilayah gudang sekolah. Di hadapan Mada, Aji dan Panji terlihat dua puluh pasukan Romi dan Jimi yang berdiri dengan membawa tongkat baseball. Di depan pasukan itu terlihat Kalajengking dan ular abu-abu yang berdesis dari tadi tanda mengancam. Romi dan Jimi terlihat berada jauh dibelakang mereka bersama dengan Ular dan Kalajengking Hitam Raksasa.
Panji mulai merasa gemetaran, lalu Mada dan Aji memegang pundaknya dan seketika ledakan Aura Putih keluar dari tubuh mereka.
"Lagi-lagi cahaya putih itu!" Ujar Jimi
"Sepertinya bukan apa-apa hehe" Balas Romi
Panji mulai merasakan ketenangan dan kepercayaan dirinya pulih kembali, bahkan Gajah Putih keluar dari tubuhnya.
"Apa kau sudah tenang Panji?" Tanya Aji, balas Panji mengangguk.
Mada, Aji dan Panji melepaskan tas mereka bersamaan, disusul Romi dan Jimi yang mulai berdiri melakukan pemanasan.
"Sebaiknya kalian bertiga jangan sampai pingsan duluan, sebelum sampai kesini hahaha" Teriak Romi
Kini dua puluh pasukan Romi dan Jimi berlari menggiring tongkat baseball mereka kehadapan Mada, Aji dan Panji.
"Berpencar!" Teriak Aji, Mada berlari ke arah kanan dan Aji berlari ke arah kiri. Panji masih berdiri ditempatnya bersiap-siap.
Seketika Pasukan Romi dan Jimi berpencar menuju mereka masing-masing, enam orang berlari lurus menuju Panji.
"Mohon bantuannya Gajah Putih!" Ujar Panji
"Baik!" Balas Gajah Putih
Belum sampai enam orang tersebut menuju Panji, Panji sudah berlari ke hadapan mereka. Panji berlari sekuat tenaga dan melemparkan dirinya ke arah tiga orang dihadapannya. Tiga orang terbanting jatuh dan berteriak kesakitan bersamaan dengan Panji yang terguling tidak jauh dari situ. Tiga orang sisanya berlari menuju Panji yang masih belum tegak berdiri. Mereka bertiga mengayunkan tongkat baseball mereka ke tubuh Panji, Panji pun menunduk sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan. Ia merintih kesakitan karena menahan pukulan demi pukulan.
"Sampai kapan kau mau terus seperti itu?" Tanya Gajah Putih
Saat tiga pukulan bersamaan datang ke arah tubuh panji dan mengenai tubuhnya, seketika Panji mendorong kembali tongkat tersebut dari tubuhnya ke udara yang membuat tiga orang tersebut terdorong mundur dan terlepas dari tongkat baseballnya masing-masing. Orang pertama datang dan melempar pukulan keras ke arah wajah Panji, namun Panji tidak mundur sedikitpun dan menahan dengan wajahnya. Seketika Panji sudah memegang keras kerah orang tersebut dan menariknya kearahnya. Seketika tandukan datang ke wajahnya yang membuat orang tersebut terlempar jatuh.
Dua temannya langsung datang menyerang Panji, diikuti dengan tiga orang laiinya yang sempat dibanting Panji. Mereka melemparkan pukulan dan tendangan ke arah Panji. Panji masih tegak berdiri dan sebisa mungkin menahan tiap serangan yang datang ke arahnya. Saat ada kesempatan satu pukulan masuk ke wajah salah satu orang tersebut dan menumbangkannya. Dua orang sudah jatuh di tangan Panji, namun empat orang ini masih terus menyerang Panji.
Napas Panji mulai terengah-engah, staminanya terus terkuras, sakit ditubuhnya semakin terasa, bahkan wajahnya mulai membiru lebam. Beberapa pukulan datang ke arah Panji lagi, saat ia melemparkan pukulan, salah satu orang dengan cepat menendang tangannya untuk menangkis pukulan tersebut, alhasil Panji teriak kesakitan. Walau begitu ia sempat memberikan tendangan balasan ke arah orang yang mendenganya tadi dan berhasil menumbangkannya.
Sekarang tiga orang masih berdiri, namun Panji mulai kewalahan. Seketika, Tiga orang tersebut terdiam saat melihat bayangan titik-titik seperti hujan dari atas mereka. Rupanya itu Panah tumpul dari Ajeng, saat Ajeng melepas satu panah ke udara, ia dapat memecah panah tersebut menjadi beberapa anak panah karena kemampuan Landak Putih. Panah-panah tersebut datang ke arah tiga orang tersebut yang tepat jatuh di pundak, tangan dan kaki mereka dan membuat mereka berteriak keaakitan.
Saat ada peluang di depan mata, Panji mulai menanduk satu persatu dari mereka, yang membuat tiga orang dihadapanya jatuh tidak berdaya. Lalu Panji berteriak kencang seperti orang yang baru saja memenangkan kejuaraan lalu terjatuh ketanah karena kewalahan dan kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
AcciónIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...