Malam semakin dingin di Desa Mada, namun semua orang terasa sangat fokus berkonsenterasi dalam mengembangkan aura mereka. Namun disisi lain Eyang Ranu yang sedang berjalan memperhatikan mereka semua, lalu berhenti dihadapan Panji, Ajeng dan Vira.
"Kalian tidak menyerap energi kehidupan apapun" ujar Eyang Ranu
Vira, Ajeng dan Panji yang sedari memejamkan mata berkonsenterasi, mulai membuka mata mereka dan menatap ke arah Eyang Ranu.
"Ini sulit sekali Eyang, aku tidak merasakan apapun" ujar Vira
"Berapa kali aku mengambil atau menyentuhnya, tidak ada satupun energi yang melekat kepadaku" ujar Ajeng yang dibalas anggukan setuju dari Panji
"Kalian bertiga harus memahami bahwa energi kehidupan hanya bisa diambil dengam tekad yang kuat, ketenangan dan penerimaan. Saranku, kalian mulai lah menenagkan diri kalian dan menerima diri kalian apa adanya." Jelas Eyang Ranu
"Hal-hal tidak menyenangkan yang terjadi di masa lalu, perlahan harus kalian terima dengan pasrah, jangan jadikan beban untuk jiwa dan raga kalian. Hal itu hanya menghambat energi kehidupan untuk datang kepada kalian." Lanjut Eyang Ranu, yang kemudian meninggalkan mereka
Malam itu mereka semua mulai terdiam dan memikirkan semua hal yang terjadi pada hidup mereka. Tentang menerima luka, duka, kesedihan yang mereka alami. Walaupun pada akhirnya, malam itu mereka hanya mampu membuat energi kehidupan datang disekitar mereka tanpa mampu menyentuhnya.
"Baiklah hari ini cukup. Sekarang kalian semua istirahat" ujar Eyang Ranu saat mendekati fajar, diikuti mereka semua yang kembali ke kamar mereka masing-masing.
Pukul delapan pagi, kamar mereka masing-masing dihampiri warga yang memukul kentongan di setiap kamar mereka. Satu-persatu dari mereka mulai keluar dari kamar dengan wajah yang kusut.
"Kalian semua sikahkan mandi dan sarapan lalu berkumpul di pendopo kepala desa" ujar salah satu warga yang menyampaikan pesan kepada mereka
Di pendopo Eyang Arkana sudah terlihat Aji dan Mada yang sedang rebahan ditengah pendopo tersebut. Eyang Arkana lalu tiba saat mereka semua sudah berkumpul.
"Hari ini kalian akan berbaur dengan warga desa, membantu mereka melakukan pekerjaanya, mari ikuti aku" ujar Eyang Arkana
Eyang Arkana menuntun mereka semua hingga tiba disuatu tempat di barat Desa Mada.
"Aku berniat untuk membuat peternakan ayam" jelas Eyang Arkana
"Bukannya itu sudah ada Eyang?" Tanya Aji
"Tapi Desa Mada sekarang semakin besar, aku ingin membuat yang lebih luas" ujar Eyang Arkana
"Tapi tidak ada apa-apa disini, kecuali pria itu" ujar Pak Satya
"Benar, namanya adalah Pak Kukuh, ahli peternakan di Desa Mada. Kalian semua akan membantu beliau membangun peternakan terbesar di Desa Mada" jelas Eyang Arkana
"Terdengar seperti romusa.. hmmm" celetuk Mada, yang disusul jitakan dikepala Mada oleh Aji
"Selamat pagi semua, saya Kukuh peternak di Desa Mada. Apakah bapak ini tidur?" Ujar Pak Kukuh sembari menunjuk Pak Patra keheranan
"PAAAKKK!!! BANGUN PAKK!!" Teriak Mada dan Aji bersamaan
"Dimana kita?" Tanya Pak Patra
"Apa?! Kamu bener-bener tidur dari tadi!!" Jelas Pak Satya
"Iyaa, aku terbiasa tidur dalam medan apapun selama ada kesempatan" ujar Pak Patra santai, membuat mereka semua geleng-geleng tidak percaya
"Ajari aku!! ajari aku!!!" teriak Aji dan Mada
"Kalian semuaaa fokusssss!!!" Teriak Pak Satya, yang diikuti tawa semua orang yang ada disitu
Eyang Arkana lalu meinggalkan mereka semua dari sana dan menyerahkan semua hal kepada Pak Kukuh. Pak Kukuh lalu pergi sebentar dan datang dengan seluruh peralatan untuk membuat peternakan.
"Sebagaimana yang kalian lihat, tempat ini masih sangat hijau. Jadi saya minta kalian semua mengambil beberapa peralatan untuk memindahkan pohon disini dan juga mulai menggali tanah di wilayah yang sudah saya tandai" ujar Pak Kukuh sambil memperlihatkan konsep bangunan peternakan ayam yang benar-benar luas di sebuah kertas
"Itu masalah mudah!!" Teriak Pak Satya, yang kemudian mengambil sebuah cangkul
Saat Pak Satya mulai mencangkul dengan sekuat tenaga, cangkul itu seperti bertabrakan dengan sebuah besi. Padahal jelas sekali bahwa yang mereka lihat itu adalah tanah, mereka semua kaget dengan kejadian tersebut.
"Saya lupa menjelaskan, bahwa wilayah ini sudah diberikan mantra oleh kepala desa" jelas Pak Kukuh
"Maksudnya?" Tanya Pak Satya
"Kalian hanya bisa membantu saya dengan menggunakan aura kalian. Tanpa aura, kalian tidak akan pernah bisa menggali tanah itu" jawab Pak Kukuh
"Kakek yang kejam!" Keluh Pak Satya
Saat Pak Satya mulai mengalirkan auranya ke seluruh tangan, ia mulai mencangkul tanah itu kembali. Seketika tanah itu mulai terangkat dicangkul Pak Satya walau hanya sedikit.
"Begitu ya" celetuk Pak Patra
"Kenapa pak?" Tanya Panji
"Beliau sengaja melatih fisik dan penggunaan aura kita secara bersamaan. Tentunya menggunakan aura bagi yang tidak terbiasa cukup menguras tenaga, apalagi bagi kita yang tidak terbiasa melatih fisik dan aura kita, pasti itu benar-benar melelahlan" jelas Pak Patra, yang diikuti anggukan setuju dari Pak Kukuh
"Silahkan diambil perlengkapan kalian masing-masing" ujar Pak Kukuh
Lalu mereka semua mulai mengambil cangkul yang disediakan Pak Kukuh dan mengambil posisi masing-masing. Terlihat mereka semua mulai mengalirka aura ke arah tangan mereka lalu mulai mencangkul. Namun hanya Mada, Aji dan Pak Patra yang berhasil mencangkul begitu banyak tanah. Pak Satya pun masih berusaha mencangkul walaupun hanya sedikit tanah yang bisa ia dapatkan.
Disisi lain Vira, Ajeng dan Panji sama sekali tidak berhasil mengangkat tanah sedikitpun. Hingga perlahan Pak Satya mulai bisa mencangkul tanah sedikit banyak, diikuti dengan Vira, Ajeng dan Panji yang mulai bisa mencangkul sedikit tanah.
"Aku mengerti!" Ujar Pak Satya "kita tidak hanya berusaha untuk menyalurkan aura kita ke tangan, tapi juga ke cangkul ini!" Lanjut Pak Satya, yang diikuti senyuman dari Pak Kukuh
Dengan konsenterasi penuh, Vira, Ajeng dan Panji mulai mampu menyalurkan aura mereka ke cangkul dan mulai mampu mengambil tanah yang cukup banyak seperti yang lainnya. Hal itu membuat Vira, Ajeng dan Panji tertawa senang dan melanjutkan pekerjaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
ActionIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...