Bab 45 : Keputusan Walikota

2 1 0
                                    

Keesokan harinya di kantor Polisi terlihat rombongan SMA Arya dan Barata yang sedang berolahraga pagi mengelilingi halaman belakang kantor Polisi, disana terdapat sebuah lapangan yang luas tempat latihan para Polisi.

"Jangan malas kalian! Lanjut berlari! Sebelum 100 putaran tidak boleh berhenti!" Teriak seorang Polisi diatas sebuah podium kayu sembari memegang TOA berteriak ke rombongan yang terlihat berjalan lamban

Dari depan kantor Polisi terlihat keramaian wartawan yang sudah menunggu sejak pagi karena kehadiran Kepala Dinas Pendidikan yang mendampingi Walikota disana.

"Dalam hitungan ke tiga! Semuanya Istirahat ditempat gerak!!!" Teriak Polisi diatas Podium lalu diikuti dengan hitungannya yang membuat semua siswa SMA Arya dan Barata berhenti berlari lalu berbaris menghadap Polisi tersebut dengan tangan kebelakang

"Kalian semua, kembali ke aula sembari mengambil air minum dan roti yang telah kami sediakan, mengerti?" jelas Polisi tersebut

"SIAP LAKSANAKAN!" Jawab seluruh murid SMA Arya dan Barata

Di gedung aula kantor Polisi terlihat begitu banyak kursi untuk para media yang menghadap kesebuah podium dimana Walikota, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah SMA Arya dan Barata serta Pak Patra duduk disana.

Para murid yang datang dari lapangan lalu berjalan dan berkumpul, duduk dibelakang para wartawan menghadap podium sesuai arahan petugas Polisi disana. Hadir juga beberapa tamu undangan seperti Om Jami dan Pak Tondo disana.

"Baiklah kita akan mulai penjelasan bentrokan yang terjadi antara SMA Arya dan Barata" ujar Pak Patra sembari menjelaskan laporan yang ia buat serta bukti yang ditampilkan melalui layar kepada para media.

"Pak Walikota bagaimana tanggapan anda tentang kejadian ini?" Ujar seorang wartawan

"Saya sangat menyayangkan kejadian seperti ini bisa terjadi. Seharusnya sebagai pelajar, para siswa harus fokus ke pelajarannya bukan hal-hal lain seperti tawuran!" Jawab Walikota

"Lalu bagaimana solusi anda agar hal ini tidak terulang?" Tanya wartawan lainnya

"Saya sudah menimbang dan memutuskan, untuk seluruh siswa yang ada disini, tanpa melihat siapa yang benar dan salah! Mereka semua akan dikirim ke sekolah karantina etika selama satu bulan mulai besok!" Ujar Walikota

"Apa itu sekolah karantina etika?" Tanya Aji

"Aku juga ga paham" jawab Mada

"Itu tempat pembinaan ketat oleh Polisi untuk pelajar bandel diseluruh Kota!" Jawab Panji

"Kamu tau?" Ujar Aji

"Aku hampir pernah dikirim kesana karena perkelahian waktu SMP, tapi tak kusangka sekarang akan benar-benar pergi!" Balas Panji

"Bagaimana dengan mereka yang sakit?" Tanya seorang wartawan

"Saya tentunya berterimakasih kepada Naraya Group sudah mau ambil andil untuk pengobatan para siswa tanpa melihat sekolah asal mereka. Maka dari itu untuk mereka yang sakit tetap akan diskors sebulan dan akan mengikuti pelatihan kepolisian disini setelah mereka pulih" Jawab Walikota

"Apa kita pura-pura sakit?" Ujar Panji, namun Mada dan Aji hanya diam menggeleng

"Apa kalian benar-benar mau ketempat itu?" Tanya Panji tidak percaya

"Sepertinya ga masalah juga, aku pengen tahu apa lagi hal yang belum kita tau" jawab Aji

"Astagaaa! Sungguh tidak bisa dipercaya!" Jawab Panji

"Anggap saja ini liburan" jawab Mada

"Tolongg pak polisi saya sakittt!!!" Ujar Panji yang berpura-pura kesakitan sambil jalan mengesot ke seorang petugas di pinggir aula

"Kalau kamu bohong, hukuman kamu akan jadi dua bulan!" Teriak petugas tersebut

"Aaahhh!! Ternyata hanya pegel aja pak" ujar Panji yang seketika berdiri lalu menggerakan badannya seperti melakukan pemanasan lalu meninggalkan petugas tersebut, diikuti tawa Mada dan Aji

"Bagaimana dengan pekan olahraga SMA yang akan dilaksanakan sekitar satu minggu lagi?" Tanya seorang wartawan

"Kami terpaksa menunda pekan olahraga SMA hingga kondisi tenang terlebih dahulu. Selama satu bulan ini bersama kepolisian kami akan mengirimkan pasukan di semua sekolah dan berpatroli di jalan penghubung antar SMA yang ada di Kota" jawab Kepala Dinas Pendidikan

Setelah acara konferensi pers selesai para wartawan lalu menuju pihak Kepala Sekolah SMA Arya dan Barata serta menuju Pak Tondo dan Om Jami. Terlihat para Kepala Sekolah saling meminta maaf ke media tentang kejadian tersebut bisa terjadi karena diluar pengawasan mereka. Disisi lain Om Jami menjelaskan tentang kondisi para murid yang sakit setelah bentrokan yang sedang dalam perawatan rumah sakit milik Naraya Group.

"Apakah benar, bahwa anak kelima CEO Rama Group ikut dalam tawuran pelajar tersebut?" Tanya seorang wartawan ke Pak Tondo

"Romi anak kelima dari CEO Rama Group saat ini sedang berada dirumah sakit milik Rama Group imbas kejadian tersebut, dan benar dia ada disana" ujar Pak Tondo

"Apa kau menghajarnya sampai sekarat?" Tanya Aji ke Mada

"Hmmm engga juga deh" Jawab Mada

"Mungkin itu alasan mereka saja agar Romi tidak ikut dengan kita" balas Panji

"Dari gelagatnya sih dia tidak pernah kapok. Setidaknya kita tidak melihat wajahnya selama karantina" jawab Aji

"Hei kalian" suara Lutfi terdengar menghampiri Mada, Aji dan Panji, bersama dengan Wawa

Mada dan teman-teman lainnya pun langsung berdiri menghadap kearah Lutfi dan Wawa yang diikuti empat pilar dibelakang mereka.

"Sebulan waktu yang lama bukan?" Tanya Lutfi

"Lalu?" Balas Aji

"Kami ingin berdamai" ujar Lutfi lalu menjulurkan tangannya untuk bersalaman diikuti senyum Wawa dan empat pilar lainnya. Mada tanpa basa basi pun langsung menyalaminya dan membalas senyum kepadanya. Hal itu dilihat oleh seluruh rombongan murid SMA Arya dan Barata disana, mereka semua memberikan tepuk tangan tanda perdamaian SMA Arya dan Barata.

Wawa kemudian merangkul Mada dari samping kanannya.

"Yahh, hidup normal mungkin lebih baik buatku" jawab Wawa sambil mengedipkan mata

"Maksudnya?" Tanya Mada bingung

"Kami semua sudah bukan pemilik Hewan Legendaris lagi, apa kau lupa?" Ujar Wawa, Mada hanya membalas senyum

"Lagian pula kami sudah ditendang dari Jimbon Brothers, aku sadar mereka cuman menganggap kami sebagai pasukan mereka saja. Aku pikir mereka kawan kami" jelas Wawa

"Setidaknya kamu dan mereka masih bersama" balas Mada

"Betul dan itu lebih dari cukup! Mungkin memberikan tahta ke Ojan dan mendukungnya lebih baik untuk SMA Barata" balas Wawa dan Mada pun membalas senyum dengan jawaban itu

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang