Bab 6 : Kebenaran

27 5 0
                                    

Mada terbangun di rumah Eyang Arkana, disana sudah ada Aji dan Singa Putih yang menunggunya bangun. Sepertinya Mada merasa lelah dengan apa yang terjadi semalam, sampai-sampai ia tertidur di pelukan Singa Putih. Mada yang kelaparan lalu mencium aroma makanan dari luar kamar, ia pun terkejut saat melihat Eyang Arkana sedang memasak. Karena melihat Eyang Arkana, Mada langsung lari ketakutan ke dalam kamar. Singa putih dan Aji hanya melihat Mada yang melompat ke kasur sambil menarik selimut.

"Kamu kenapa?" Tanya Aji ke Mada

"Takut! Ada kakek galak tadi malam" jawab Mada

"Oh Eyang Arkana?" Tanya Aji

"Iya!!!" Jawab Mada sambil mengangguk

"Ini kan rumahnya" jawab Aji polos

Mada yang kaget dengan jawaban itu, langsung lari ke Singa Putih san memohon menyelamatkan nyawanya. Seketika pintu kamar ditendang oleh Eyang Arkana, Mada langsung gemeteran ketakutan. Saat Eyang Arkana mulai terlihat masuk kamar, Mada langsung berteriak ketakutan.

"Hey! Hey! Mada!! Kamu kenapa girang banget!" Tanya Eyang Arkana yang membawa makanan buat Mada.

"AKU TAKUT BUKAN GIRANG!!" teriak Mada yang masih bersembunyi dibalik Singa Putih.

Tiba-tiba terdengar suara perut bunyi panjang tanda Mada kelaparan.

"Hahahaha! Kamu lapar ya? Ini kamu makan, takut-takutannya dilanjutin nanti lagi setelah makan hahaha" jelas Eyang Arkana

Singa Putih pun menyenggol Mada, meminta ia untuk bergegas makan. Mada pun pelan-pelan menuju meja makan dan langsung melahap makanan dengam cepat. Eyang Arkana yang duduk di depan dia hanya tersenyum memperhatikannya.

"Makanlah yang banyak, lalu bergegas mandi Mada. Aku akan mengajakmu untuk keliling Desa Mada" jelas Eyang Arkana

"nyamm.. baik kakek galak!!.. nyam" jawab Mada

"PANGGIL AKU MAS ARKANA!!!" teriak Eyang Arkana

"TAPI KAU SUDAH TUA KAKEK!!!" jawab Mada, diiringi tawa Aji dan Singa Putih

Selesai makan dan mandi, Mada pun menyusul Aji, Eyang Arkana dan Singa Putih di halaman rumah. Kemudia mereka mulai berkeliling Desa Mada. Desa Mada bisa dikatakan memiliki lebih dari 1.000 warga yang tinggal disini secara turun temurun. Dikelilingi kabut putih magis yang tebal membuat Desa ini tidak terlihat dari luar dan tidak bisa dimasuki oleh pemilik Aura Hitam.

Penduduk disini terbiasa untuk membuat persediaan sandang, pangan dan papan mereka sendiri, jadi tidak heran bila disekeliling kita warga sibuk bercocok tanam, berternak dan lain sebagianya. Para penduduk disini juga boleh keluar dari Desa Mada untuk beraktifitas seperti manusia pada umumnya. Namun, rata-rata dari penduduk disini memiliki aura putih dan mampu mengendalikan energi tersebut.

Mada hanya terpukau dengan kegiatan penduduk, sesekali ia mampir memperhatikan para penduduk yang sedang bekerja. Para penduduk menyapa Mada dengan sangat ramah, Mada menjadi merasa aman dan nyaman berada disini, apalagi ini pertama kalinya ia tinggal di alam manusia.

Kemudian sampailah mereka di monumen tempat kejadian Mada dan Eyang Arkana bertemu. Mada melihat monumen itu langsung tersadar bahwa monumen itu membentu patung seperti ayahnya.

"Ayah!! Ini ayah!! Wah ayah ga pernah cerita kalau dia membuat patung dirinya sendiri" Mada berlari sambil melihat dari dekat patung tersebut.

"Kalau disini ada patung ayah, pasti ayah tinggal disini kan? Ayah lagi dimana eyang?" Tanya Mada

"Lebih tepatnya, ayah kamu lah yang membangun desa ini. Itu lah mengapa nama desa ini adalah Mada" jawab Eyang Arkana

"Wah!! Ayah tidak pernah cerita kalau dia membangun desa. Ayah memang hebat!! Ayah lagi dimana eyang?" Tanya Mada.

Kemudian Eyang Arkana dan Singa Putih memegang pundak Mada. Mada pun terbingung dengan gelagat Eyang Arkana dan Singa Putih.

"Dahulu kala kakek dan ayahku bercerita akan sebuah legenda. Pada suatu saat, akan datang seorang anak manusia yang merupakan anak kandung dari Tuan Mada, yang tumbuh besar di Alam Putih Legendaris, tempat dimana para Hewan Legendaris tinggal" jelas Eyang Arkana

"Anak itu akan tiba bersamaan dengan lenyapnya Alam Legendaris yang membuat para Hewan Legendaris akan hidup dalam jiwa-jiwa manusia. Anak tersebut akan membantu penerus Desa Mada dimasa depan untuk membantu memulihkan Alam Legendaris." Lanjut Eyang Arkana, kemudian Mada hanya bingung mendengar penjelasan itu.

"Anak yang diceritakan legenda itu adalah kamu Mada!" Jelas Eyang Arkana.

"Kamu tidak berasal dari masa ini Mada, kamu berasal dari 2.000 tahun yang lalu!" Lanjut Eyang Arkana

"Ayah! Ayah!!" Teriak mada yang mulai meneteskan air mata

"Maafkan Eyang Mada, tapi ayah kamu sudah tiada. Bahkan semua yang ada disini merupakan peninggalan beliau sari 2.000 tahun yang lalu, yang terus kami jaga dan lestarikan. Kamu, adalah satu-satunya sejarah hidup Mada. Kamu, adalah leluhurku" jelas Eyang Arkana

"Ini bohong kan!!! Ini tidak mungkin, aku baru ketemu ayah kemarin!!! Benar kan Sipu, ini hanya lelucon!!" Mada teriak sambil menangis menghadap ke arah Eyang Arkana dan Singa Putih.

Namun Eyang Arkana dan Singa Putih hanya bisa terdiam dan tidak menjawab.

"Mada, tidak ada satu katapun yang dijelaskan Eyang Arkana itu bohong. Alam Legendaris dimana kita bertemu, bermain dan tumbuh besar kini sudah tiada. Para Hewan Legendaris semua terpencar mencari jiwa-jiwa putih yang bisa kami tinggali." Jelas Singa Putih, yang membuat Mada semakin menangis bersujud didepan monumen ayahnya.

"Maafkan kami, tapi kami lah yang mengirim kamu ke masa tersulit ini untuk membantu kami mengembalikan Alam Legendaris dimana kita tinggal Mada." Lanjut Singa Putih

"Tapi aku tidak pernah meminta itu Sipu!!! Kalian jahat!!!" Teriak Mada

"Maaf Mada, tapi itu bukan kehendak kami. Itu merupakan kehendak ayahmu" jawab Singa Putih

"Ayahh.. kenapa ayahhh? Kenapa ayah melakukan ini ke Mada. Apa ayah ga sayang lagi sama Mada" teriak Mada ke hadapan patung ayahnya.

Disamping monumen itu berada ada sebuah rumah kecil. Saat Mada terus sujud dan menangis ditemani Singa Putih. Eyang Arkana berjalan menuju rumah itu dan membuka pintunya.

"Mada, rumah ini merupakan tempat tinggal ayahmu. Rumah ini kemudian kami jadikan sebuah perpustakaan tempat kami mendalami sejarah Tuan Mada sendiri dari jaman dahulu hingga sekarang." Jelas Eyang Arkana

"Kakek dan Ayahku selalu mengingatkanku tentang peraturan paling penting perpustakaan ini! Yaitu, tidak boleh ada gulungan, kitab dan buku yang rusak atau hilang, semua harus dibaca dan dirawat dengan baik dan diteruskan ke generasi selanjutnya. Karena Sejarah dan Ilmu merupakan salah satu warisan terpenting bagi penerus Desa Mada" Lanjut Eyang Arkana

"Dari semua gulungan, kitab dan buku yang telah aku baca. Selalu aku sadari, ada satu peti yang berisi banyak gulungan yang tidak bisa aku pahami isinya. Namun sejak apa yang terjadi tempo hari aku menyadari, bahwa gulungan itu buka berisi tentang kisah ataupun ilmu. Melainkan sebuah pesan yang dibuat oleh ayahmu untuk kamu Mada" jelas Eyang Arkana

Seketika Mada yang mendengar itu, langsung terangkat kepalanya menatap Eyang Arkana.

"Luapkan semua sedih dan amarahmu Mada, karena bila aku berada diposisi yang sama, aku juga akan menangis dan marah. Bila kamu sudah tenang masuklah kerumah ini untuk mencari jawaban yang kamu cari" jelas Eyang Arkana

"Aji dan Sipu, biarkan Mada sendiri dulu" lanjut Eyang Arkana.

Lalu Eyang Arkana, Aji dan Singa Putih berjalan meninggalkan Mada yang masih menangis dan meluapkan kesedihan serta amarahnya, dihadapan patung ayahnya.

Mada & Naga Book 1 : Melintasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang