Bel berbunyi panjang di siang hari, tanda pulang sekolah.
"Hari ini kita makan mie ayam yuk!" Ajak Mada ke Aji dan Panji
"Tumben" Jawab Aji
"Ini punya senior kita namanya Kak Ajeng! Cantik loh!" Jawab Mada
"Sejak kapan kamu kenalan sama senior? Perempuan lagi!" Tanya Panji
"Tadi siang, dia pemilik Landak Putih Raksasa!" Jawab Mada
"Apa!!" Balas Panji dan Aji, mereka pun langsung bergegas untuk menuju kesana karena penasaran
Saat Mada, Aji dan Panji keluar gedung sekolah menuju gerbang, rupanya dua senior sudah menunggu mereka.
"Hei kalian!" Teriak salah satu senior
"Kami?" Tanya Mada
"Ikuti kami ke belakang sekolah!" Teriak senior tersebut
"Oke" Jawab Mada santai lalu mengikuti mereka
Saat Mada, Aji dan Panji mengikuti mereka. Rupanya dibelakang sekolah sudah menunggu empat senior yang membawa tongkat baseball.
"Kalajengking Abu-Abu" bisik Panji ke Mada dan Aji
"Kamu harus menggunakan kemampuanmu nji" Balas Mada
Saat mereka saling berdiri satu sama lain, Mada sudah menyalurkan energi zone dan menangkap pemilik Kalajengking Hitam Raksasa berada di lantai dua sekolah yang sedang menyaksikan.
"Pengecut" bisik Mada sembari menatap ke arah lantai dua
"Maaf kakak senior, kami tidak tertarik ikut klub baseball" jelas Aji, diiringi tawa para senior dihadapannya
"Hey anak kelas satu, ini bukan ekskul baseball tapi ekskul bertahan hidup Hahaha" teriak salah satu senior
Kemudian enam senior mulai berjalan ke arah Mada, Aji dan Panji sambil mengayunkan tongkat baseball mereka. Terlihat Kalajengking Abu-Abu berada didepan mereka mulai menyerang.
"Panji hati-hati" jelas Aji yang mulai memasang kuda-kuda
"AARRRGGGHH!!!!" Seketika Panji berlari dengan aura putih yang keluar dari badannya
Panji langsung menabrak dua senior dihadapannya dengan tubuhnya yang membuat dua senior itu terbanting secara kencang, seperti ditabrak seekor gajah.
"Waduh!" Celetuk Mada yang kaget sambil melihat Panji yang ikut terjatuh karena tidak terbiasa dengan kemampuan Gajah Putih.
Dari sebelah kanan Mada muncul layangan tongkat baseball, dia refleks menghindari dengan cepat. Mada dan Aji sama-sama menghadapi dua senior dengan tongkat baseball. Ia melirik sedikit ke arah Panji, rupanya Gajah Putih sudah menginjak Kalajengking Abu-Abu hingga lenyap seperti asap.
Mada dan Aji dengan refleks yang cepat menghindari serangan demi serangan bahkan keempat senior itu merasa kewalahan karena tidak ada serangan yang mereka kenai dari tadi.
"Hei bocah! Jangan menghindar terus!" Teriak salah satu senior yang mengusap keringatnya
"Okay!" Balas Mada dan Aji
Senior itu masih melemparkan serangan demi serangan menggunakan tongkat baseball, Mada dan Aji masih menghindarinya dengan cepat. Lalu Mada dan Aji mulai mengarahkan serangan mereka ke arah tongkat baseball itu. Dua tendangan beruntun dari Mada dan Aji berhasil melemparkan empat tongkat baseball senior itu dari tangan mereka. Para senior yang terkejut karena Mada dan Aji masih santai pun, berusaha berlari menuju tongkat baseball mereka.
"AARRGGGGHHH!" seketika teriakan Panji datang dari arah belakang yang berlari memburu dua senior didepannya yang berusaha mengambil tongkat baseball.
Saat dua senior mengambil tongkat baseball mereka dan berbalik badan, disana sudah ada Panji yang menabrak mereka. Lagi-lagi dua senior terbanting jatuh ke tanah diiringi Gajah Putih yang menginjak dua Kalajengking Abu-Abu hingga lenyap menjadi asap.
"Kayaknya dia lagi semangat deh" bisik Aji ke Mada
"Kayaknya sih" balas Mada
Dua senior lainnya yang berhasil mendapatkan tongkat baseball mereka, berlari menuju ke arah Mada dan Aji. Mada dan Aji pun memasang kuda-kuda, belum sempat dua senior itu melancarkan serangan. Mereka sudah ditabrak oleh Panji hingga terpental ke samping kencang. Lagi-lagi Gajah Putih menginjak dua kalajengking abu-abu hingga lenyap.
"Horee!!! Kita menang!" Teriak Panji, namun saat melihat ke arah Mada dan Aji, rupanya mereka berdua lagi memeriksa kondisi para senior.
"Syukurlah ga ada yang mati!" Celetuk Mada
"TAPI MEREKA PINGSAN SEMUA!" Teriak Aji
"Ditabrak gajah ya pasti pingsan lah hahaha" Balas Mada
"Maaf..." celetuk Panji sembari menghampiri mereka
Mada, Aji dan Mada bergegas pergi dari sana dan menuju toko mie ayam milik Ajeng. Mereka menyisakan rasa kesal dari Jimi yang menyaksikan semua kejadian tersebut, yabg kemudian pergi dari lantai dua.
Sore harinya seperti biasa Om Jami pulang dari kantor. Pemandangan rumah seperti biasa, Aji sedang asyik membaca buku di ruang tengah dan Mada yang sedang bermain dengan para Hewan Putih Legendaris. Saat ia meminum air putih didapur, ia mulai memfokuskan matanya ke arah belakang dan memperhatikan satu per satu Hewan Putih Legendaris itu.
"LANDAK!!! ITU LANDAK PUTIH?!" Teriak Om Jami
"Iya om!" Balas Aji sambil melirik ke arah Om Jami dari ruang tengah yang terkejut
"DARIMANA LANDAK PUTIH?!" Teriak Om Jami
"Itu milik Kak Ajeng Om, senior kami disekolah" Balas Aji
"Astaga! Rumah ini lebih mirip kebun binatang sekarang!" Balas Om Jami, diikuti tawa dari Aji
Seketika telepon Om Jami berbunyi, terlihat panggilan dari Eyang Arkana.
"Oi Jami, Singa Putih ada disitu?" Tanya Eyang Arkana
"SINGA PUTIH!!! KALAU KESINI IJIN DULU KE PAK TUA!!!" Teriak Om Jami ke halaman belakang yang membuat Singa Putih menunduk malu
"Pak Tua, kemarin Mada baru membawa Gajah Putih ke rumah dan hari ini dia membawa Landak Putih ke rumah ini!!!!" Keluh Om Jami
"Luar biasa hahaha" balas eyang dari telepon kemudian menutup teleponnya
"Kamu siapa?" Tanya Landak Putih yang mencul mendadak didepan Om Jami, Om Jami terkejut dan jatuh dari bedirinya. Mada dan Aji, langsung mengangkat Om Jami.
"Aku yang punya rumah!!! Jangan bikin kaget!!!" Teriak Om Jami, diikuti Mada dan Aji yang menahan tawa
"Salam kenal yang punya rumah, aku Landak Putih" Balas Landak Putih
"Aku tau!!! Aku bisa liat!! Namaku "Jami" bukan "yang punya rumah!" Balas Om Jami
"Salam kenal Jami, yang punya rumah ini siapa?" Tanya Landak Putih
"AKUUU!!! AKUUUUUUU!!!" Jawab Om Jami, yang diikuti tawa mereka semua
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
AksiIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...