Bel gedung karantina etika berbunyi berulang kali, itu merupakan tanda bahwa semua penghuni untuk bangun dan bersiap berolahraga pagi. Mada dan yang lainnya sudah bangun lalu bersiap untuk keluar. Pintu seketika terbuka, petugas masuk dan mempersilahkan Mada dan yang lainnya untuk keluar lalu mengikutinya. Mada dan teman-temannya menyusuri lorong kamar menuju ruang tengah. Diruang tengah sudah tidak ada lagi murid-murid SMA Arya dan Barata yang terluka tadi malam.
"Pak mereka kemana?" Tanya Mada ke petugas
"Mereka sudah dipindahkan ke rumah sakit" ujar petugas
"Kenapa pak?" Tanya Aji
"Karena luka mereka sangat parah" ujar petugas
Mada lalu melihat kearah Aji dan Panji. Mereka terlalu sibuk tadi malam untuk membantu petugas membawa SMA Arya dan Barata yang terluka, sampai tidak menyadari seberapa parah luka yang mereka alami. Disisi lain, Tejo benar-benar terlihat sangat ketakutan dengan apa yang barusan didengarnya. Panji yang berada disamping Tejo lalu merangkulnya.
"Jo, ga usah khawatir. Selama ada Mada dan Aji, semua akan baik-baik saja" ujar Panji
Tejo yang kaget karena Panji mengerti kekahwatirannya pun hanya bisa menunduk lesu.
"Kenapa kamu bisa begitu tenang?" Tanya Tejo
"Dulu aku juga sama penakutnya sepertimu, mau ditindas dengan orang yang salah dan sok kuat. Tapi mereka berdua yang menyadarkanku" ujar Panji
"Menyadarkan tentang apa?" Tanya Tejo kembali
"Bahwa diam saja dan ditindas itu tidak selamanya baik, kadang satu pukulan cukup membuat mereka sadar bahwa kita semua sama dan tidak seharusnya saling menindas" jawab Panji sambil tersenyum, Tejo pun diam dan memikirkan perkataan Panji
Mada dan yang lainnya memasuki lapangan dan ikut berlari pagi bersama peserta karantina. Mada dan Aji masih mengawasi gerak-gerik penghuni lain, namun semua terasa normal dan tidak ada yang janggal. Begitupun saat siang hari mereka memasuki kelas dan makan siang. Semua biasa-biasa saja, bahkan Tejo tidak mendapatkan perlakuan yang seenaknya dari mereka. Kekosongan SMA Arya dan Barata membuat jarak kursi kosong di ruang makan antara barisan belakang yang diisi oleh penghuni lama dan Mada beserta teman-temannya yang ada di barisan depan.
Lalu dari pintu ruang makan terlihat Pak Komar dan Pak Patra yang datang bersama petugas lainnya. Pak Patra melihat seisi ruangan, lalu menemukan Mada dan yang lainnya. Dia berjalan menuju mereka, lalu mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan "anggap kita tidak saling kenal". Kemudian Pak Patra berjalan ke belakang menuju barisan belakang memperhatikan penghuni lama satu persatu.
"Pak Komar, bisakah saya membawa beberapa orang disini untuk diinterogasi?" Tanya Pak Patra
"Silahkan Pak Patra" ujar Pak Komar
Pak Patra kembali kesamping Pak Komar lalu menunjuk Mada, Tejo dan dua penghuni barisan belakang. Seketika petugas datang menghampiri mereka dan meminta mengikuti keruang rapat di kantor gedung karantina etika.
"Yang bernama Mada silahkan masuk" ujar petugas
Mada memasuki ruangan tersebut dan duduk berhadapan dengan Pak Patra. Lalu petugas meninggalkan mereka berdua.
"kamu masih menggunakan kacamata itu" ujar Pak Patra, Mada pun mengangguk
"Yang lainnya juga?" Tanya Pak Patra
"Iya" jawab Mada
"Mereka menghancurkan seluruh cctv diruangan ini, tidak ada bukti yang bisa kita lihat. Laporan Pak Komar mengatakan pertarungan ini murni antara SMA Arya dan Barata, apakah itu betul?" Tanya Pak Patra
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
ActionIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...