Disisi kanan, Mada masih bermain kejar-kejaran dengan tujuh orang yang ia bawa ke barisan meja dan bangku bekas sekolahan. Tujuh orang tersebut kewalahan mengejar Mada bahkan setiap serangan yang mereka berikan tidak mengenainya sama sekali. Salah satu dari mereka melompat ke atas meja untuk memukul Mada, namun Mada dengan cepat menghindari pukulan itu lalu berguling turun dari Meja dan menedang sisi meja yang membuat meja itu terlempar menabrak dua orang dihadapannya yang terbanting jatuh kesakitan secara bersamaan.
Orang yang mengejarnya diatas meja pun ikut terjatuh karena hilang keseimbangan. Mada kemudian melemparkan pukulan keaarah bawah tepat dimana satu orang yang jatuh tadi terbaring, satu orang sudah tumbang dan dua orang lainnya masih merintih kesakitan. Empat orang lainnya mengejar Mada, kini Mada terpojok diantara tumpukan Meja dibelakangnya. Satu orang disebelah kanan dan didepannya lalu ada dua orang disebelah kirinya.
Empat orang langsung memukulnya bersamaan dengan tongkat baseball yang mereka pegang, namun Mada dengan cepat menghindari setiap pukulan yang datang ke arahnya. Sembari ia menghindari serangan tersebut, Mada mencuri kesempatan untuk menendang satu orang dihadapannya yang terlempar ke arah tumpukan Meja. Tiga orang masih tersisa, dikanan dan dikirinya.
Saat mereka saling melemparkan pukulan, Mada terus menghindar serangan tersebut. Tiga orang tersebut merasa sangat kewalahan untuk mendapat satu pukulan ke arah mada. Mereka bertiga mulai menekuk kakinya tanda kelelahan. Saat orang disebelah kiri mengayunkan tongkat ke arah kepalanya, Mada dengan refleks menarik baju orang disebelah kanannya lalu menunduk dengan cepat sehingga tongkat tersebut mengenai rekannya sendiri. Satu orang terjatuh kesakitan dihadapannya. Dua orang yang sama-sama bingung dengan apa yang barusan terjadi, membuat mada mempunyai kesempatan melakukan tendangan split ke dua wajah orang tersebut. Tiga orang diamankan oleh Mada, lalu Mada berlari keluar dari tumpukan Meja bekas tersebut.
Aji yang berada disisi kiri tempat kursi dan lemari bekas berada. Juga ikut bermain kejar-kejaran dengan tujuh orang yang memegan tongkat baseball tersebut. Banyak celah disana, bagaikan labiri penuh kursi dan lemari. Mereka kebingunga mencari kemana Aji bersembunyi. Satu orang dibelakang mereka tiba-tiba terkena lemparan kursi kencang yang dari belakangnya. Kursi itu patah bersamaan dengan orang tersebut yang jatuh dan merintih kesakitan. Rupannya Aji bersembunyi di belakang mereka.
Lorong lemari dan kursi bekas tersebut sangat sempit, membuat mereka harus berbaris saat mengejar Aji. Aji yang berada di lorong tersebut sudah tidak berlari lagi, bahkan dia sudah siap menghajar mereka semua. Satu orang paling depan maju menyerang, namun Aji berhasil menunduk menghindar saat ayunan tongkat datang. Tongkat tersebut tersangkut diantara tumpukan meja yang membuat orang tersebut sulit menariknya. Satu pukulan datang ke arah orang tersebut oleh Aji, dia merintih kesakitan. Aji langsung menendang selangkangannya, yang membuat orang tersebut refleks menunduk dan membenturkan kepalanya di tongkat baseballnya sendiri.
Dua orang sudah tumbang, kini Aji memegang dua tongkat baseball. Lima orang dihadapanya kini waspada, kemudian Aji mulai berjalan sambil membenturkan dua tongkatnya ke kursi dan lemari yang membuat bunyi menyeret dari tongkat baseball tersebut. Orang didepannya langsung mengayunkan tongkat baseball dengan kedua tangannya ke arah kepala Aji, Aji menangkisnya dengan 1 tongkat baseball ditangan kanannya. Dari celah samping datang tongkat yang melesat ke arah dada Aji, namun aji berhasil menghindari menyerong.
Aji langsung memukul tangan orang tersebut dengan tongkat baseballnya di tangan kiri, alhasil orang tersebut terlepas dari tongkat baseball ditanganya dan mengaduh kesakitan. Melihat itu orang didepannya akan menendang Aji, namun aji yang cepat melihat itu langsung menginjak kakinya dengan keras. Orang terdebut merintih kesakitan sambil memoertahankan pegangan tongkat baseballnya. Seketika Aji, menarik tongkat baseball yang sedang menahan itu dan membuat orang tersebut terdorong kedepan dan terjatuh menabrak lemari bekas karena kehilangan keseimbangan.
Kini tiga orang sudah tumbang, menyisakan empat orang dihadapannya. Lalu Aji dengan cepat melempar tongkat baseball ditangan kanannya lurus, yang berhasil mengenai orang didepannya dan jatuh kesakitan. Ia mengambil tongkat baseball yang ada dihadapannya dan melempar lagi, orang berikutnya berhasil menangkis dengan tongkat baseballnya saat serangan itu datang. Saat ia membuka pertahanannya lalu muncul kursi sekolah yang terbang ke arahnya dan menabraknya tepat dimuka.
Aji dengan cepat dan sekuat tenaga, melempar tongkat baseball yang tersisi ditangannya bersama kursi sekolah bekas disamping kanannya. Tiga orang tersebut terkejut ketika melihat tongkat baseball dan beberapa kursi sekolah melesat lurus cepat ke arah mereka. Tidak sempat menghindari tiga orang tersisa bertubi-tubi ditabrak oleh tongkat baseball dan kursi itu yang membuat mereka terkapar kesakitan. Aji pun membersihkan bajunya, lalu berjalan melewati mereka dan menarik satu kursi yang ada disampingnya, hal itu membuat tumpukan kursi jatuh meniban mereka semua yang ada di lorong itu.
Mada dan Aji yang berlari menuju tengah gudang, sangat terkejut saat melihat panji telah ditendang oleh Romi. Panji berusaha mundur sambil menyeret badannya dan menahan setiap tendangan Romi. Mada dan Aji berlari dengan cepat lalu melompat dan mengeluarkan tendangan ke arah Romi. Disaat yang sama jimi dan Romi menendangkan kaki mereka ke udara menangkis tendangan Mada dan Aji.
Sejenak mereka terhenti diudara karena dua tekanan yang sama-sama kuat dari kedua belah pihak. Mereka sama-sama melepas tendangan yang membuat Mada dan Aji turun tepat disamping Panji. Mereka membawa Panji menjauhi area perkelahian, saat mereka mau mengejar anak panah sudah turun menghadang mereka yang ditembakan dari Ajeng. Ajeng kembali melemparkan anak panah menuju mereka, namun Romi dan Jimi bisa menghindari dan menangkis serangan itu dengan cepat. Kini Ajeng berada dalam ujung tenaganya karena tidak biasa menggunakannya.
Mada dan Aji yang telah membawa Panji ke tempat yang aman tiba-tiba merasa sakit pada kaki mereka.
"Arrrgghh" rintih Aji
"Racun!" Ujar Mada, yang baru menyadari saat mereka menendang Romi dan Jimi, Ular dan Kalajengking Hitam mereka juga menyerang kaki mereka.
Aji kembali berdiri dan berusaha menahan rasa sakit itu, begitupun dengan Mada. Mereka kembali ke tengah gudang dimana Romi dan Jimi masih menunggu.
"Aku kira kalian kabur hahaha" teriak Romi, namun tak ada balasan dari Mada dan Aji.
Seketika Mada dan Aji mengeluarkan aura putih yang sangat besar menyilaukan hingga aura putih itu membentuk diri mereka masing-masing. Romi dan Jimi hanya terdiam melihat hal tersebut untuk pertama kalinya. Untuk melawan pemilik Binatang Hitam, Eyang Arkana mengajarkan mereka teknik aura kembar untuk mereka yang tidak memiliki Hewan Legendaris. Artinya saat manusia saling bertarung, maka aura putih merekalah yang akan melawan Binatang Hitam tersebut. Resikonya, mempertahankan Aura Kembar sangat menguras tenaga mereka saat melakuan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mada & Naga Book 1 : Melintasi Waktu
AksiIni kisah tentang Hewan Legendaris yang hidup jauh sebelum adanya manusia. Mereka hidup berdampingan dalam dimensi yang berbeda. Suatu ketika, tiba masanya dimana dimensi itu harus runtuh karena ulah manusia yang ingin memiliki kekuatan lebih untuk...